5

101 8 5
                                    


"Bisakah kau urus ini?" Sokjin menyerahkan dokumen pengajuan kerjasama dengan perusahaan rivalnya.

Mungkin itu teredengar aneh.

Maksudnya kenapa harus melakukan kerjasama dengan perusahaan yang menjadi lawan kita?..

Didunia bisnis itu sudah biasa, dan Sokjin tipe pengusaha yang akan merangkul musuh untuk menjadi teman yang saling menguntungkan.

"Akan ku usahakan, walau terdengar mustahil tapi ini menarik" Jawab sekretaris cantiknya, wanita itu merasa keputusan Sokjin bukan suatu hal yang mudah apalagi setelah menimbang-nimbang bahwa perusahaan rivalnya adalah perusahaan mengerikan yang mempunyai buku hitam.

Perusahaan dengan catatan buku hitam itu seperti rahasia umum dikalangan pengusaha, karna rata-rata pengusaha pastikan akan melakukan penyelidikan sebelum melakukan kerjasama.

Hal ini biasanya untuk menghindari penipuan saham, resiko penghianatan, atau pengaruh reputasi suatu perusahaan.

"Apa ada lagi yang anda butuhkan?" Tanya sekretarisnya.

"Tidak, kau boleh pergi!" Perintahnya.
Sekretaris cantik itu menunduk sopan dan kemudian memutar badan untuk pergi meninggalkan ruangan Sokjin.

Tetapi hanya beberapa langkah sekretaris itu melangkah ia berbalik.

Ia berbalik dengan maksud ingin menyampaikan sesuatu yang ia hampir lupakan.

"Hmmm.. Sir, aku hampir lupa memberi tahu adik anda menunggumu di ruang tunggu" Beritahunya sedikit gugup.

"Suruh saja masuk bukankah Jungkook biasanya langsng masuk keruanganku tanpa perduli aku sedang apa atau tanpa meminta izin darimu?" Jawab Sokjin tanpa melepaskan pandangannya dari komputernya.

Sekretarisnya menatap gusar, tangannya bahkan menggaruk tengkuknya yang tak gatal mencari-cari ungkapan yang pass agar tidak membuat atasannya itu tersinggung, "Bukan Jungkook yang saya maksud".

Sokjin tak membalas hanya beralih menatap sekretarisnya.

Sekretarisnya cukup paham dengan situasinya sekarang.

Karna wajah Sokjin meminta penjelasan lebih detail mengenai ucapannya yang cukup jelas terbaca.

"A-adik kandungmu Sir, bu-bukan Jungkook" Jelas ragu sekretarisnya tanpa diminta.

**


"Yujin, soal yang kemarin aku minta maaf! Kau tidak marahkan?" Wonyoung masih merasa bersalah pada Yujin karna setelah kejadian ia dan Jungkook kemarin Yujin seperti menghindarinya.

Kali ini salahkan si pria bodoh bernama Jeon Jungkook.

Entah bagaimana rumor bisa menyebar dengan cepat tapi yang pasti sekarang di sekolah itu hampir semua pengikut dan pemuja Jungkook membenci Wonyoung, mereka mengetahui kedekatan Wonyoung dengan Jungkook.

Dan.. Wonyoung tak bisa membantah karna pada dasarnya mereka memang dekat tapi dalam artian berbeda dengan apa yang orang-orang bayangkan.

Mereka berdua memang dekat tapi kedekatan mereka hanya sebatas teman bertengkar dan bertukar pikiran sesekali, itupun karna mereka merasa ada kecocokkan dalam bercerita dan tidak perlu was-was dengan adanya kemungkinan ketertarikan lawan jenis.

Yujin hanya tersenyum tanpa membalas ucapan Wonyoung.

Astaga hal ini membuat Wonyoung frustasi. Ia bisa saja untuk masa bodo dengan orang-orang yang membencinya tapi tidak dengan Yujin.

"Sebagai umpeti permintaan-maafku aku akan mengajakmu ke tempatku latihan hari ini!" Ajak Wonyoung.

"Baiklah.." Yujin akhirnya bersuara walau setelahnya berbalik memunggungi Wonyoung.

COLORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang