Farabel Adhelliya

54 6 6
                                    

Nadine melempar tasnya ke atas kasur seraya duduk di sana. Ia mendengus sebal, "kenapa gue harus  ketemu sama tuh cowok lagi, sih?".

"Swear, ngeselin banget", ungkapnya.

Tok tok tok...

"Siapa?".

"Ini mami, Nad", jawab Eve.

"Masuk aja mi, nggak dikunci".

Eve masuk dengan membawa segelas minuman dingin di tangannya, " nih minum! Kamu kayaknya capek banget habis sekolah".

"Thanks, mi", Nadine meminumnya segera sampai tersisa setengah gelas.

"Tadi di sekolah kamu baik-baik aja, kan?".

"Nadine baik-baik aja, tapi tadi emang sempet istirahat di UKS".

Eve segera memegang kening putrinya itu.

"Nadine udah nggak papa, mami. Mami nggak usah khawatir".

Eve mendengus, sedikit lega. "Mami emang kepikiran kamu terus dari tadi. Ternyata bener kan feeling mami. Kalo gitu sekarang ganti baju, gih. Mami ambilin makan siangnya", ujarnya.

"Nggak usah mi, ntar Nadine turun aja", elak Nadine.

"Be--"

"Beneran!", Nadine menyunggingkan senyumnya.

"Ya udah, tapi nanti habis makan minum obat, ya!".

Nadine mengangguk setuju.

*

Jam dinding di kamar Nadine sudah menunjukkan pukul 21.30 namun, ia belum bisa tertidur juga.

Nadine bergerak krasak-krusuk di atas kasur, mencari posisi yang paling nyaman. Akhirnya ia mengambil posisi telentang tepat menatap langit-langit kamarnya.

Sedetik kemudian ia memegang keningnya sendiri lalu mengernyit, " badan gue nggak panas, nggak anget. Tapi kenapa masih susah tidur??". Ia jadi kesal sendiri.

"Masa iya gara-gara gue tidur di UKS tadi?", ia berpikir-pikir.

Enggak deh, kan tidur gue cuma sebentar!!?.

Dering hape Nadine sempat mengagetkannya. Siapa yang nelpon gue malem-malem gini? Ganggu.

"Apaan??", tanya Nadine setelah ia tahu bahwa yang menelponnya adalah seorang Farabel Adhelliya, sahabat ter...

"Cantik??", ucap Nadine mengulang perkataan Abel yang didengarnya.

"Batik, budeg! Gue mau pinjem baju batik sama lo", Abel geregetan.

"Emang buat apa? Lo mau ikut fashion show?".

"Ih..diem dulu makanya. Gue mau pinjem buat malam ini", jelas Abel.

"HAH???! Malem ini? Serius, lo?", Nadine kaget.

"Seribu rius!".

"Gue nanya bener-bener, Abel".

"Gue juga jawab bener-bener. Gimana, boleh nggak?".

"Buat apaan sih sebenernya?", tanya Nadine benar-benar penasaran.

Tok tok tok...

Nadine terkesiap. " Siapa?", tanya Nadine kepada pengetuk pintu kamarnya.

"Bukain buruan. Ini gue Abel", jawab Abel dari luar kamar Nadine.

"What!!?", kaget Nadine. Ia melihat layar hapenya, panggilan telah diakhiri.

Si Abel bener-bener, deh. Sejak kapan dia udah di sini?, batin Nadine sambil berjalan membukakan pintu.

"Gila banget, sih!? Kenapa lo tiba-tiba di rumah gue?", tanya Nadine dengan kening yang berkerut.

"Gue ceritain di dalem", jawab Abel sambil menutup pintu kamar Nadine dari dalam.

Nadine sudah duduk kembali di kasurnya, "kenapa?", tanyanya.

"Gue tadi ditelpon sama Kak Dion, drumer anak band sekolah, Black Panther", ucap Abel.

"Terus hubungannya sama baju batik apa?".

"Orangtua  Kak Dion lagi ngadain pesta batik, nah gue diundang sama Dion", cerita Abel dengan wajah berseri-seri.

"Tunggu deh. Kak Dion?", Nadine mencoba mengingat-ingat seorang pemilik nama tersebut.

"Iya Kak Dion. Drummer Nad, drummer", Abel bergelora.

"Dion-Valentino-Rasya??", tebak Nadine dengan mata yang mengerjap berkali-kali.

Abel mengangguk semangat.

"Huwaaaaa...yang ganteng itu? Serius lo, Bel?".

"Seribu rius, beneran deh gue nggak bohong", balas Abel, meyakinkan.

Nadine tersenyum lebar lalu mendengus lega, " akhirnya sahabat gue dikecengin juga, setelah dua tahun menjomblo".

"Hufttt...meskipun itu tadi mengejek gue, tapi gue emang seneng..." Abel memeluk Nadine.

"Ya udah kalo gitu lo gue dandanin sekarang juga".

" Siap!", ucap Abel sambil mengacungkan dua jempolnya.

💖

NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang