pro

10 4 0
                                    

Dia Intan. Gadis cantik yang bersama Elfata di mall waktu itu.
Duduk disampingku melontarkan banyak pertanyaan yang mau tidak mau harusku jawab.

"Masuk jurusan apa?" Setiap pertanyaannya selalu diakhiri dengan senyuman yang sangat menawan. Sepertinya dia salah satu mahasiswi populer dikampus ini. Dari awal kami bercerita banyak mahasiswa yang menyapanya ramah, seperti teman akrab bisa kulihat dari cara mereka menyapa ada yang kakak semester dan adik semester.

"Komunikasi, tapi masih ingin melihat jurusan lainnya juga"
Sebenarnya bingung mau menjawab dengan ekspresi apa. Berbeda dengan Intan yang sepanjang berbicara terus melihatku. Pandangan ku sesekali menjawab dengan tidak ingin melihatnya. Tapi aku takut dibilang sombong.

" Yaudah, kalau gitu ayo ke gedung bisnis, lihat-lihat siapa tahu berubah pikiran mau masuk bisnis" ucapnya terkekeh tanpa mendengar jawabanku dia sudah menarikku menaiki tangga utama gedung untuk pergi ke gedung fakultas mereka.

Banyak mahasiswa yang bertanya padanya tentangku, dia juga bertingkah seperti teman dekat saat temannya menanyakan siapa aku dia akan menjawab 'temanku'.
Dia menjawab tanpa ragu tapi aku yang merasa ragu -ragu dengan kepribadian Intan yang cepat akrab.

Dia mengajakku ke-sebuah gedung yang sisi depannya berkaca menunjukkan beberapa mahasiswa dan dosen yang sedang berkonsentrasi entah apa yang sedang mereka dengar dan lihat dengan cermat pada seorang laki-laki yang berdiri tegap mempresentasikan sesuatu. Aku tahu siapa dia.

"Itu El, sudah tiga hari ini dia tidak masuk kelas untuk mempersiapkan presentasi pada beberapa dosen tentang beberapa matakuliah jurusan kami. Cerdas bukan? Bisa menjadi murid yang bisa dipercayai prsentasinya oleh dosen Dia juga punya banyak prestasi di jurusan kami"
Intan berkata sambil menunjukkan laki -laki yang berdiri dengan gagah disana. Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan Intan tentang Elfata yang merupakan salah satu siswa berprestasi dijurusan mereka.

"Kenal baik sama El?"
Aku bingung harus menjawab apa walaupun begitu aku menyembunyikan raut wajahku yang kelihatan bodoh dengan pertanyaan itu.

"Nggak juga sih"
Intan hanya membalas jawaban ku dengan anggukan, sampai raut wajahnya bersinar saat pintu kaca diujung sana terbuka dan beberapa dosen dan mahasiswa keluar meninggalkan laki-laki yang sedang mengemas barang-barangnya.

" sudah selesai, ayo kita ke El" ucap intan menarik tanganku. Ingin sekali aku memberi tahunya agar jangan asal tarik saja.

Intan memperlambat langkahnya saat Elfata sudah keluar dari ruangan itu tangannya masih terus ada dipergelanganku.

"Intan? Hey, alana ngapain disini?"
"Eh--itu mau lihat persyaratan"
"Ngapain capek-capek kesini? Kebagian link daftar gak?"

Sebenarnya aku sudah punya jawaban hanya saja. Raut wajahku sudah dahulu terlihat bodoh membuatku ragu untuk menjawab.

"Gak apa-apalah El, mungkin Echa mau sekalian cek keadaan kampus.
Ini gue bawa dia lihat presentasinya lo biar dia berubah pikiran dan masuk bisnis" ucap intan tertawa

"Emangnya presentasi gue bisa buat orang berubah pikiran ya Ntan?"
"Gak juga sih, tapi siapa tau aja Echa terpengaruh iya gak Cha?" ucap intan menatapku. Yang sekarang juga sedang menatap interaksi mereka berdua yang sudah seperti orang pacaran.
Aku hanya tertawa menanggapi perkataan intan.

" Alana masih mau keliling gak? Aku temenin"

Ah, satu lagi cara bicaranya padaku dan intan yang jelas-jelas membuat berbeda.Menurutku terlalu sopan sedangkan dengan intan sangat santai.

"Gak usah, ak---gue bisa sendiri"Ucapku. Aku juga kenapa harus terlihat gagap begitu susah untuk melepaskan bahasa baku yang sudah seringku pakai dengan tasya.

"Gue ke kelas dulu ada perlu, El hari ini lo belum masuk kelaskan?"tanya intan sambil menyimpan ponselnya di saku setelah membaca pesan.

"Iya gue udah izin sama pak Leo tadi"Intan mengangguk dan berbalik padaku.
" gue tinggal yah Cha, nanti gue temenin lagi kelilingnya"
Aku hanya mengangguk dan membalas lambaian tangannya.
Sekarang hanya tinggal aku dan Elfata. Bingung juga sih mau berbicara apa.

"Kekantin mau gak?"El melihatku meminta persetujuan.
"Iya, boleh"

Langkah kakinya menyeretku berjalan tepat disampinya menuntun kearah kantin yang cukup ramai.
Mataku terus memperhatikan kantin ini, sangat bersih banyak anak laki-laki yang duduk memainkan gitar bermain ponsel sambil sarapan.

"Makan apa? Disini hanya ada mie, nasi, bakso, sama makanan ringan"
" kakak eh, samain aja sama punya lo"
Dia terkekeh sambil menyimpan tasnya dikursi.
"Bicaranya jangan diubah santai aja pakai bahasa yang sering kamu pakai sama tasya"

Setelah beberapa menit dia kembali dengan nampan yang berisi air mineral dan dua mangkuk bakso.
Setelah menaruh bakso dan air dihadapanku dia langsung menyantap makanan tanpa berbicara apa-apa hingga makanannya habis, aku juga langsung berhenti makanan tidak suka jika makan didepannya saat dia sudah berhenti makan.
"Mau langsung balik?"
"Maunya Pulang sih, kalau balik gak tau kemana"
"Ngelucu yah?"
Aku terkekeh dengan pertanyaannya.
"Udah tau mau masuk jurusan mana?
"Komunikasi"
Dia berhenti tertawa lalu menatapku membuat aku juga langsung berhenti tersenyum.
"Ku pikir presentasiku bisa memengaruhimu masuk bisnis seperti kata Intan"

Dia tersenyum membuatku tertawa dengan perkataannya.
Banyak topik pembicaraan diantara kami. Lebih tepatnya Elfata anak itu banyak bertanya sehingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang.

" jadi sekarang sudah mau pulang belum?"
"Iya, udah mau sore aku pulang dulu"
" yaudah, ayo."
"Loh, ayo kemana?"
"Aku anter kamu pulang, nanggung sekalian mau balik eh, pulang" ucapnya sambil tertawa menarik tanganku keparkiran kampus.
Elfata dan intan sama memang sering asal tarik tangan saja tanpa minta persetujuan.
Sepanjang perjalan Elfata banyak bertanya tidak seperti sebelumnya.
"Tasya kuliah dimana?"
"Solo, jurusan kedokteran"

.
.
Mobilnya sudah memasuki area sekitar rumahku.
Aku turun, dan menengok lewat jendela mobilnya
" makasih udah nganterin"
"Sama-sama, nanti sering deh"
"Sering apa?"
"Yaampun Al.. sudahlah, cepat masuk"
"Nanti, kamu duluan yang pergi"
"Ngusir halus nih?"
Aku terkekeh mendengar perkataannya. Namun cepat -cepat aku ubah raut wajahku menjadi tenang Membuatnya tertawa dengan tingkahku. Bodoh memang aku.
"Yaudah pulang dulu"katanya
Aku mengangguk melihat mobilnya yang sudah jauh.

.
.
.
.
.
Yayayyayya,,,,,
Gimana??

So softly?
Really crunchy?
Or nothing feel?😂
I see it & feel that😴😴😴
Jangann lupa vote sama komen yahhh..
Readerrrss

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang