At the moment that.

15 5 0
                                    

Akhirnya hari Yang paling ditunggu-tunggu oleh anak SMA dan yang paling mendebarkan akhirnya datang.
Setelah mendengar hasil pengumuman itu mereka semua berhamburan berpelukan bahagia. Ada yang menangis karena perpisahan ada yang aku lihat biasa- biasa saja.

Hari ini juga Tasya tidak ada. Perempuan itu tidak bisa kembali untuk mendengar hasil ujian karena ada beberapa hal yang harus dia urus di solo dan tidak bisa ditinggalkan, membuat moment berharga ini tidak ada artinya bagiku.
Banyak anak-anak yang berfoto, menyalami guru sekedar mengucapkan kata-kata perpisahan atau terimakasih.
Tidak ada aksi coret-coretan disekolah kami, bukan ketinggalan zaman tapi mungkin karena sudah dari awal disekolah ini dididik disiplin dan menaati peraturan jadinya aksi coret-mencoret sudah dianggap melanggar peraturan.

Langkah kakiku menuntun mengikuti teman-teman yang berbondong-bondong menyalami wali kelas kami, Bu Rury.
Guru itu sudah menangis. Aneh rasanya melihat guru itu menangis, secara dia guru yang sangat keras dan jarang terlihat mengekspresikan wajah sampai menangis sesegukan begitu aku jadi bingung ingin bereaksi seperti apa jika sampai dihadapannya nanti. Yang aku tahu semua teman-teman meneteskan air mata saat berpelukan dengan Bu Rury yang jelas-jelas tidak mereka sukai dulu.
Aku berdiri di depan bu Ruri yang sedang menyeka air matanya yang baru saja keluar saat memeluk Andre temanku yang paling nakal sehingga sering membuat guru itu pusing.

"Lafesya.."ucap bu Rury
Aku tahu. Yang membuat semuanya menangis pasti nada bicara bu Rury yang sangat lembut seperti menyiratkan sedihnya guru itu jika harus berpisah dengan kami.
"Iya bu?.."
Bu Rury menggenggam tanganku dengan isakan yang semakin keras. Jika dipikir-pikir aku termasuk murid kesanyangannya, aku jadi ingin menangis saat melihatnya menangis.
" kamu harus banyak bersosialisasi lagi yah? Kan sekerang Tasya gak bisa lagi sama kamu kayak masih di Sma ini.
Kamu harus punya teman di kampus yah?jangan sendiri-sendiri lagi, semangat kejar cita-citamu ya, ibu udah jagain kalian selama 3 tahun dan ibu tahu kamu kayak gimana. Kejar masa depan kamu" ucap bu Rury yang memelukku.
Aku jadi ingin menangis, tapi aku tahan rasanya aneh jika harus mengeluarkan air mata didepan teman-teman lain. Jadinnya aku hanya mengangguk dan berlalu dari hadapan bu Rury.

Di depan kelas sudah ada Yasra,
Aku tersenyum saat melihatnya dulu saat yasra mengatakan menyukaiku aku langsung membuat tembok setinggi-tingginya diantara kami. Tidak memberikan celah atau keretakan sedikitpun untuk dia bisa masuk tapi saat melihatnya berdiri dihadapanku hari ini sepertinya aku ingin berdamai. Lagi pula bukan hak ku juga melarang perasaan orang.

"Cha..?"
"Iya Yas?
"Kita temenan yuk?" Ucap Yasra
Aku terkekeh mendengar nada bicaranya. Seperti mengintimidasiku bahwa hanya ada satu jawaban yaitu 'iya kita temenan'
"Kenapa ketawa?"
"Gak kenapa-napa"

Iyakah? Aku dan Yasra bisa berteman? Tasya. Yah tasya tahu bahwa Yasra sudah mengatakan mencintaiku dari waktu kita kelas 10 awal, atau mungkin anak-anak lain juga tahu.
Hebat yasra tiga tahun bilang suka padaku membutuhkan begitu banyak waktu dan sekarang hanya membutuhkan beberapa menit untuk memintaku menjadi temannya.
"Lupain aja gue pernah bilang suka sama lo, lupain aja gue pernah se-alay dulu waktu nyatain perasaan gue ke lo dilapangan waktu kelas sepuluh"

Tidak. Jangan bilang Yasra menyesal pernah menyukaiku? aku coba terus mendengarkan perkataannya.
"Gue gak nyesel suka sama lo dulu malahan sampai detik ini, hanya aja gue tahu diri. Jadinya kita temenan aja deh ya, ya, ya? Janji gue gak bakal ngelibatin perasaan deh. Asal lo-nya mau temenan baik sama gue, gimana?" Ucap yasra
Sangat beda dengan yasra yang biasanya terlihat cool di depan siswa perempuan lainnya.

"Iya, kita temenan deh, maaf juga dulu aku kayaknya suka ngatur perasaan kamu boleh suka sama aku atau enggak padahalkan perasaan orang gak ada yang tahu"
Yasra langsung tersenyum mendengar ucapanku disampai berani memberantakkan rambutku dengan tangannya.
"Yaudah ayok gue anter pulang, ini pure temenan, bukan modus Cha..".ucapnya saat melihat tatapan menelitinya.
Aku langsung tertawa mendengar ocehannya. Dan berakhir dengan pulang lagi dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang