"Ahh~ jungkook-ah, sepertinya aku kurang enak badan hari ini. Kau pulang saja yaaa, sana sanaa pulang!!", ucapku sambil mendorong punggung 'sahabatku' ini keluar dari kamarku lalu cepat-cepat menutup pintu kamarku.
"Yaaa!! Eunha-yaa.. kau kenapa, tadi kau bilang tak apa-apa??!!", teriak Jungkook yang masih dapat kudengar dalam kamar.
"Yaaa!!! Jung Eunbii"
"Ahh, baiklah aku akan pulang. Aku akan mengirim pesan padamu nanti, jangan lupa balas ya!!!",
"Annyeongg!!!", teriaknyaAuthor POV
Diam. Eunha terdiam berdiri mematung dibalik pintu. Wajah yang biasanya memancarkan kebahagiaan, kini akan membuat iba siapapun yang melihatnya. Kosong, tatapan mata hitam pekatnya itu kosong menghadap pintu yang sudah lama ia tutup. Kini buliran-buliran kristal yang tak kuasa ia bendung akhirnya tumpah juga. Bibir mungilnya tetap mengatup rapat bahkan bibir mungil itu tak menghasilkan isakan isakan kecil meski sedang menangis.
"Aku sudah tau ini akan terjadi, bukankah aku sudah memperingatkanmu dulu Eunha-yaaa", gumamannya itu tertuju pada dirinya sendiri.
Perlahan ia berjalan menghampiri nakas di sebelah tempat tidur yang kini terlihat berantakan seperti kapal pecah ulah sahabat sekaligus cinta pertamanya. Eunha membuka laci nakasnya lalu mengambil sebuah kotak berpita merah hati. Dibukanya kotak berpita itu, di dalamnya terdapat 3 kartu ucapan, beberapa foto yang ia ambil bersama cinta pertamanya, Jungkook dan selembar kertas berwarna hitam dengan guratan spidol putih di atasnya. Eunha memaksakan senyumnya kala mengingat momen-momen barang itu, sebulir kristal luluh kembali dari mata sayunya.
"Cihh, jadi dia sudah lama merencanakan matang-matang hal seperti ini?", ucapnya ketika memegang selembar kertas hitam bergurat spidol putih tadi. Di sana tertulis 'Sertifikat Persahabatan Selamanya'Flashback ON
'nyess' Jungkook mendekatkan botol minum dingin pada pipi mulus Eunha yang saat ini sedang memejamkan mata setelah lelah penilaian berlari. Eunha yang masih mengatur napas tidak sempat memaki Jungkook. Ia hanya melihat Jungkook dengan tatapan seperti ingin menarik, menjambak, mencakar Jungkook. Jungkook yang sadar dengan tatapan maut Eunha segera menengahi.
"Minumlah, tenggorokanmu pasti meronta meminta minum sekarang", ucap Jungkook sambil menyodorkan botol minum yang ia bawa tadi. Tak lupa, sebelum ia serahkan pada tuan putri, Jungkook sudah membukakan segel tutup botolnya. Lantas Eunha mengambil dan meminum minuman dari Jungkook.
"Gomawo (terimakasih)"
"Eunha-yaa, berjanjilah jangan bertengkar dan menjauhiku karena hal sepele nanti",
"Sepele? Apa kau sedang mengibarkan bendera perang padaku?"
"Anii(tidak), maksudku kan nanti bukan sekarang. Entah apapun masalahnya nanti."
"Kau ini Jeon, memangnya aku ini wanita seperti apa. Aku punya mental yang kuat"
"Yaaa!! Sudah kubilang panggil aku Jungkook!!", teriak Jungkook sambil menarik pipi Eunha
"Yayayayaya!!! Appo (sakit)", ucap Eunha sambil menepuk-nepuk lengan Jungkook.
"Baiklah, karena kau menyebalkan kita buat perjanjian saja", ajak Jungkook
"Perjanjian?", Eunha mengangkat alisnya tanda tak paham.
"Ayo ke kelas, aku akan membuatnya di sana", Jungkook menarik Eunha pergi ke kelas. Tangan Jungkook kini menggenggam tangan mungil Eunha, momen tak terlewatkan itu pun disaksikan banyak pasang mata sepanjang jalan menuju kelas.Sesampainya di kelas Jungkook segera menyobek dua lembar kertas dari buku favorit Eunha.
"Yaa!! Paling tidak minta izin dulu padaku Jeon!!!!", makian Eunha tak digubris indah oleh Jungkook, justru sekarang ia sedang sibuk menggoreskan sepatah dua patah kata pada kertas hitam yang tadi ia sobek dari buku Eunha menggunakan spidol putih miliknya.'Sertifikat Persahabatan Selamanya'
Aku yang bernama Jung Eunbi (Eunha)
akan menjadi Sahabat Jeon Jungkook
selamanya 'berjanji' :
1. Memanggil saudara Jeon Jungkook dengan panggilan 'Jungkook'
2. Tidak memanggil Jungkook dengan panggilan lain kecuali panggilan seperti 'lelaki tampan' diperbolehkan
3. Mengingat tanggal kelahiran lelaki tampan : 1 September 1997 (jangan lupa beri aku kado😉)
4. Tidak menjauhi Jungkook hanya karena masalah percintaan
5. Mendukung dan membantu Jungkook mendapat wanita pujaan hatinyaTertanda,
Jung Eunbi
"Nahh, Ini. Tidak ada perubahan lagi dan tanda tanganilah di sini", dengan santainya Jungkook berbicara seperti itu dan memindahkan kertas yang sedari tadi sibuk ia kerjakan ke meja Eunha.
"Ige mwoya?! (Ini apaan?!), Kau kurang kerjaan sekali membuat hal kekanakan seperti ini. Aku tidak mau menandatanganinya!!", Jawab Eunha sambil membuang mukanya dari Jungkook. Diam-diam Jungkook mengambil tinta stempel di meja guru dan cepat-cepat menarik tangan Eunha. Eunha yang terkejut tidak bisa melakukan apa pun, ia pasrah dengan kelakuan kekanakan sahabatnya. Jempol mungil Eunha sudah diambil alih oleh Jungkook, ditempelkannya ke tinta stempel lalu berpindah ke kertas 'Sertifikat Persahabatan Selamanya' tadi.
"Yaa!!! Ini tidak adiilll. Ini penipuan, kau memaksaku Jeon", teriak Eunha setelah sadar dengan apa yang dilakukan Jungkook
"Eunha-yaa, aku akan memaafkanmu kali ini karena memanggilku Jeon. Lain kali kau akan mendapat penalti", ujar Jungkook dengan tenang "nah, ini. Kau bisa menulis apapun yang kau mau atas namaku", lanjut Jungkook.
Rupanya perkataan Jungkook direspon baik oleh Eunha, sangaaatt baikk. Eunha yang tadinya bermuka masam karena insiden cap jempol, kini memasang wajah senyum penuh arti. Entah apa yang ia pikirkan, tapi yang pasti aku rasa ada suatu hal yang akan terjadi. Tangan Eunha mulai mengguratkan spidol putih pada kertas kedua yang Jungkook sobek tadi. Kata demi kata menjadi sebuah kalimat sebagai perjanjian persahabatan atas nama Jungkook. Senyumnya tak pernah lepas kala menulis deklarasi perjanjian yang mempertaruhkan nyawa Jungkook. Haha author lebay sekali.Tbc
Kira-kira isi perjanjian yang ditulis Eunha apa yaaa😂😂
Salam sayang dari Author tercinta :))
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best(girl)friend
FanfictionMeski kau tak mengatakan apapun, aku tau kamu peduli padaku melebihi siapapun. Ini bukan hanya tentang kita yang saling menatap, ini tentang kita yang saling menginginkan. Cerita berawal dari permintaanmu menjadi sahabatku, aku berpikir; apakah mun...