LULUS

10 0 0
                                    

Disaat kelas lima gue udah mulai berpacu dengan waktu belajar sampai tengah malam. Pada saat itu yang ada di fikiran gue cuman bagaimana membuat mereka semua bungkam.

Berselang waktu gue naik ke kelas enam. Yaa, gue peringkat 8. Gak sia-sia juga gue belajar akhirnya ada peningkatan. Tapi, itu cuman ada di benak gue. Itu mah belum cukup untuk membuat mereka semua sadar kalo gue bisa jadi cahaya, bukan cuman bayangan semata.

Gue gak puas sampe disitu. Gue terus belajar, belajar, belajar, dan belajar sampai akhir nya UN.   Dan akhirnya pula pengumuman hasil UN.

Gue gak berharap banget kalau pada saat itu gue ngelampauin nilai abang gue. Menurut gue, lulus dengan nilai diatas tujuh aja udah syukur. Tapi, gue benar-benar dibuat kaget dengan hasil UN gue. Bukan hanya lebih dari tujuh, bahkan nilai gue melebihi nilai abang gue.

Gue inget banget disaat yang harusnya gue seneng waktu itu. Gue malah nangis, gue gak tau perasaan gue yang sebenarnya nya itu apa.

Gue pulang, dan gue berlutut di belakang pintu. Saat itu ada ayah gue yang menyambar gue dengan pernyataan " besok kamu siap-siap daftar sekolah di 'akreditasi c' ". Tak salah jika aku menangis, bahkan itu bukan kalimat pertanyaan.

Aku langsung berlalu ke kamar tanpa menjawab sepatah kata pun.

Esok harinya,,

Saat semua sudah hampir selesai di meja makan dan aku pun baru turun dari kamarku

" Kamu udah siap-siap kan?"

" Kemana?". Aku pun dengan setengah fokusku menjawab pertanyaan ayah.

" Kamu kemarin dengar kan pertanyaan ayah?, Ayah dengar kamu harusnya kemarin pengumuman nilai UN. Jadi ayah langsung mengambil formulir pendaftaran sekolahnya. Melihat kamu yang seperti kemarin, ayah rasa ayah tidak salah kan?."

" Yah, ayah bahkan tidak bertanya apa pilihan ku. "

" Ya, menurut ayah kalo kamu tidak bisa masuk negeri, ya sudah yang penting kamu sekolah kan?."

" Yah jika aku mau, aku bisa yah, aku bisa masuk bahkan ke smpn unggulan di Jakarta."

Aku pun berteriak.

Entah apa yang mereka fikirkan di atas meja makan panjang yang sudah mulai di bersihkan bahkan di saat satu anggota keluarganya belum sarapan.

Dan, entah mengapa bunda yang satu-satunya orang yang paling aku harapkan untuk membelaku. Bahkan tampak setuju dengan apa yang ayah lakukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang