Tak heran kalau Ayah lebih sayang kepada abang dari pada gue, tohh emang gue gak di ingin kan oleh ayah gue. Tapi,,, kalau sampai Bunda juga lebih sayang sama abang, kan gue jadi mikir. Apa gue gak pantes buat di sayang? Apa gue gak seharus nya terlahir di dunia?
Pertanyaan-pertanyaan itu tak hanya sekali terbayang di benak gue. Pertanyaan yang sampai sekarang gue pun belum dapat apa jawaban yang seharusnya memenuhi benak gue yang kosong akan isi dan penuh akan tanya.
Bunda,, walaupun Bunda lebih sayang sama abang. Nia tetap sayang sama Bunda melebihi siapapun. Bagi Nia Bunda menganggap Nia ada aja itu sudah lebih dari cukup Bun. Nia gak minta lebih dari Bunda kok. Nia sayang Bunda.
Gue gak habis pikir kenapa gitu Bunda juga ngebela dia. Padahal gak cukup sekali gue ngeliat dia tuh bikin nangis Bunda. Tapi,, Bunda tetap saja ngebela dia. Yaa namanya juga anak kebangga-an keluarga kali ya? Yaudah lah.
Hari-hari gue pas kecil ya biasa aja gak ada yg istimewa. Sampai-sampai gue aja juga lupa kenangan-kenangan gue pas kecil yang menyenang kan itu kayak gimana. Seakan-akan semua hanya mengalir saja tanpa ada hal-hal yang menyenang kan. Semakin gue berusaha untuk mengingat yang ada hanya ingatan menyakitkan terasa tanpa tau fakta apa yang sebenarnya terjadi.
Dan terus berlanjut sampai gue kelas 5 SD gak tau kenapa saat itu kayak ada yang berubah dalam diri gue. Gue mulai terbuka sama temen-temen gue, gue udah mulai bodo amat sama masalah di rumah, dan mungkin karena gue punya banyak dendam yang menumpuk jadi, gue makin semangat belajar dan berprestasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
Teen FictionIni cerita dari seorang gadis yang amat manja, pemalas, dan gak cantik juga tapi.. soal otaknya sih jangan di tanya. Pinter, pinter banget malah. Namun gadis ini tak pernah di anggap dalam keluarganya, satu-satu nya yang menyayangi gadis manja ini h...