[CHAPTER 1]

171 20 7
                                    

Terdengar suara wind chime yang tergantung di teras Citadel dipermainkan angin sepoi-sepoi. Dentingan lembut dari besi yang saling beradu selalu bisa membuat suasana lebih tenang. Yamato menikmati saat-saat damai itu seorang diri sambil menikmati dango buatan Horikawa. Dirasakannya pasta kacang merah melumer di mulut diselingi rasa manis samar yang timbul dari tepung bercampur gula memberikan rasa yang menggelitik lidah. Hmm, pemuda itu melahap tusuk yang kedua sambil menikmati siang hari memandangi halaman belakang Citadel yang hanya terdiri dari hamparan rumput. Pertarungan kemarin terasa jauh dibandingkan suasana damai yang dia rasakan sekarang.

"Yamato-san." Sebuah suara membuat Yamato berhenti mengunyah. Dia menghela napas karena sudah menduga siapa yang berjalan mendekatinya.

Pemuda itu menoleh ke arah kiri dan melihat Miyu duduk di samping dango dan teh hijau, memberi jarak yang nyaman di antara mereka. Gadis itu memakai kimono dari kain katun bermotif geometris berwarna coklat dan datejima atau pengikat lengan kimono berwarna putih.

"Silakan." Yamato menawarkan sisa dango demi kesopanan.

"Tidak, terima kasih." Miyu menolak sambil tersenyum, menunjukkan tangannya yang kotor. "Aku baru saja kembali dari mengurus kuda bersama dengan Sayo-kun," lanjutnya tersenyum lebar.

Yamato tertawa sopan lalu terdiam. Dia masih merasa canggung berbicara dengan orang yang telah memberikan tubuh ini padanya. Tubuh seorang manusia, seperti dia.

"Yamato-san, bagaimana? Apakah sudah terbiasa dengan keadaan Citadel?" tanya Miyu ramah setelah menit-menit berlalu dalam kesunyian.

Yamato menghabiskan dango dalam mulutnya lebih lama untuk mengulur waktu. "Ya ... begitulah," elaknya tanpa memberi jawaban pasti.

Miyu tersenyum paham dan keadaan kembali sunyi. Yamato memakan butiran kedua dango, mengunyahnya dalam diam.

"Selama sebulan ini, apakah ada kesulitan?" tanya Miyu lagi.

"Mmm, tidak ada," dusta Yamato, tidak memandang Miyu.

Jika mau jujur, semua hal sejak dia terbangun dengan tubuh manusia terasa aneh dan tidak nyaman. Selama ratusan tahun dia berbentuk sebilah pedang, lalu tiba-tiba dia hidup dan diberi tugas untuk melawan monster yang ingin mengubah sejarah. Belum lagi ada seorang perempuan yang ingin menggantikan posisi tuannya. Bagi Yamato semua itu terasa palsu.

Sunyi lagi. Dentingan wind chime mengisi kekosongan kata di antara mereka.

"Kalau Yamato-san mengalami kesuliatan, jangan sungkan untuk memberi tahuku." Miyu kembali berusaha membuka pembicaraan. Gadis itu memandang ke arah langit biru dengan awan putih tebal menutupi hampir semua bagiannya. "Aku harap kita bisa saling bekerja sama untuk mempertahankan alur sejarah agar tetap sama."

Yamato lagi-lagi tidak menjawab, memilih mengisi mulutnya dengan makanan, memasukkan dua butir dango sekaligus.

"Miyu-chaaaaaaan~~" Suara Kashuu menyelamatkan mereka dari suasana canggung. Toudan yang satu itu memeluk leher Miyu dengan akrab. "Miyu-chan sudah selesai merawat kuda? Ayo temani aku mengecat kuku~"

Miyu kembali tertawa menyikapi kelakuan Kashuu yang manja. "Aku cuci tangan dulu ya. Kashuu-kun, bisa tolong temani Yamato-san?"

"Humm ... baiklah, tapi jangan lama-lama." Kashuu melepas pelukannya pada Miyu, merengut manja.

"Aku permisi dulu," pamitnya seraya berdiri.

Kashuu segera menggeser tubuhnya untuk menempati tempat Miyu duduk dan mengambil dango terakhir milik Yamato. Dia menanti Yamato memarahinya seperti biasa tapi kali ini pemuda berkimono hijau pucat itu hanya diam. Mata birunya mengikuti sosok Miyu hingga gadis itu menghilang di balik tembok. Kashuu memakan dango sambil menelan kekesalannya.

[END] - [TKRB Fanfiction] FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang