[CHAPTER 6]

82 14 0
                                    

Yamato segera ke kamar, mengambil jubah Shinsengumi yang telah disimpan selama ini dan memakainya. Disematkan pedang di pinggang dan diikatkannya kain berwarna putih di kepala. Pikirannya hanya satu, jika dia tidak bisa mencegah Okita untuk terlibat, dia akan melindungi pemuda itu. Yamato menggerutu pelan, seharusnya dia bisa mengendus rencana ini sejak lama. Sejak semakin seringnya diadakan pertemuan rahasia pada malam hari di rumah Okita.

Ketika dia keluar kamar, Todoki sudah menunggunya di depan pintu. Yamato terkejut namun segera teringat tujuannya. Dia merasa sedikit bersalah karena telah membiarkan pria tua itu tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Toh, dia hanya mengikuti saran Miyu untuk tidak bercerita tentang apa pun pada siapa pun. Lagipula tidak akan ada yang percaya bila dia menceritakan kisahnya.

"Todoki-san, terima kasih telah menerimaku selama ini, tapi sudah saatnya aku pergi," pamit Yamato sambil membungkuk.

"Ka-kamu bagian dari mereka?" tanya Todoki tidak percaya memandangi penampilan Yamato.

"Iya." Yamato tersenyum menyesal. "Maaf selama ini telah menyembunyikan ini dari Anda."

Pria itu terdiam sejenak, memandangi Yamato dengan tatapan menyelidik hingga Yamato merasa jengah.

"Todoki-san?" ucap Yamato tersenyum canggung.

Todoki menghela napas dan mengusap kepalanya yang nyaris botak, tampak pasrah. "Haaah ... dasar anak muda. Padahal aku sudah menganggapmu sebagai pengganti anakku.... Berhati-hatilah, Nak. Kamu harus kembali untuk membuka toko." Dia menepuk pundak Yamato.

Pemuda itu tersenyum sekali lagi, penuh terima kasih. Dia membungkuk penuh hormat pada pria yang sudah begitu baik padanya sebelum berjalan keluar dari rumah. Dia kembali membungkuk sebelum menutup pintu geser. Hal terakhir yang dilihatnya adalah pria itu melambaikan tangan padanya.

Di luar, udara dingin menyambutnya. Langit memerah sementara matahari hendak menghilang di balik langit bagai bola api nyaris padam. Yamato berlari menuju tempat Okita tinggal di Ezo dan menunggu di sudut jalan yang tersembunyi agar tak terlihat oleh tuannya tersebut atau pun oleh pejalan kaki. Jubah birunya telah menjadi tanda yang harus disembunyikan dari umum.

Ketika matahari lenyap sepenuhnya dan bulan menguasai malam, Yamato melihat Okita keluar dari rumahnya bersama dengan beberapa orang anggota Shinsengumi. Jubah biru mereka mengayun seiring langkah. Cahaya lentera mereka memberikan petunjuk dalam gelap ke arah mana Yamato harus mengikuti. Mereka bergerak ke arah pelabuhan. Yamato bertanya-tanya, mengapa sampai sekarang tidak ada orang yang memergoki mereka? Apakah para polisi kota sedang tertidur? Yamato mengenyahkan berbagai pikiran buruk dalam kepalanya. Mungkin, anggota yang lain telah membereskan mereka. Yamato kembali fokus pada misinya, melindungi Okita. Ketika makin banyak anggota Shinsengumi berkumpul, Yamato ikut membaur sambil tetap menjaga jarak.

Malam makin pekat sementara mereka menunggu instruksi selanjutnya. Ada sekitar lima puluh orang di sana, menyebar di seluruh pelabuhan. Yamato berada di salah satu kelompok yang dekat dengan batas air. Suasana senyap. Tidak ada yang memulai percakapan. Semua yang terlibat dapat merasakan ketegangan menggantung di udara. Hanya bunyi air menghantam dermaga yang terdengar disela oleh bisikan berisi diskusi singkat.

Yamato menghela napas. Ditatapnya langit yang menggelap sempurna bagai karpet hitam dibentangkan menutup bumi. Kerlip redup bintang menyebar menghias langit seakan memberi pertanda. Kabut perlahan naik dari laut membuat perasaannya tidak enak. Sesuatu yang buruk akan terjadi, seseorang seperti membisikkan pada benak Yamato. Dingin merasuk ke tulang membuat dirinya mengigil, bukan suhu udara tapi sebuah firasat. Dilihatnya Okita yang berada di kelompok tak jauh dari tepi air. Apa pun yang terjadi, Okita harus bisa melewati malam ini, Yamato bertekad. Dia telah mengubah sejarah sekali dan dia akan mengubahnya lagi bila perlu.

Selama menunggu, Yamato sempat berpikir beberapa rencana lain, seperti menculik tuannya lalu pergi dari sana, atau menipu Okita agar tidak ikut penyerangan. Namun, dilihat dari kekeraskepalaan dan kemampuan pedang Okita, Yamato tidak bisa melakukan kedua alternatif tersebut. Lagipula, dua hal itu memaksanya melanggar janji pada Miyu. Bukan tidak mungkin gadis itu akan muncul sebelum Yamato selesai dengan rencananya. Satu-satunya cara adalah menjaga Okita dengan ikut dalam penyerangan ini.

Terlihat beberapa kapal kecil mendekat. Terdengar perintah untuk semua anggota menaiki kapal. Yamato tidak membiarkan dirinya tertinggal dan mengekor dekat Okita. Di dalam kapal, baru dijelaskan secara detil apa yang akan mereka lakukan. Okitalah yang menjelaskan penyerangan malam itu. Tugas mereka sederhana, menyebrang ke kapal musuh dan merebutnya dari pasukan kekaisaran. Kapal-kapal tersebut akan mendekat ke arah Kotetsu dari beberapa arah. Mereka ditunjukkan peta biru dari kapal perang Kotetsu, tangan Okita mengarahkan mereka pada ruangan kapten dan ruang kendali. Dua tempat yang menjadi sasaran mereka yang ada di kapal itu. Yang memimpin penyerangan adalah Okita sendiri. Perasaan Yamato makin tidak enak.

Mereka menunggu kapal kecil mereka bergerak menuju kapal perang Kotetsu. Kesunyian mencekik ruangan persegi yang berisi para pemuda. Mereka sama-sama tahu, mungkin ini adalah terakhir kalinya mereka merasakan udara di paru-paru mereka. Mata Yamato tetap awas, tangannya tak pernah lepas dari pedang yang tersampir di sabuknya. Waktu kembali bergerak lamban, menyiksa mereka yang menanti.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, seorang kelasi masuk ke sana dan memberi tahu kalau Kotetsu sudah terlihat. Tanpa suara, Okita memberi komando agar mereka mengikutinya. Yamato segera mengambil tempat di belakang pemuda itu. Suasana tegang, tidak ada yang berani mengeluarkan bunyi sedikitpun. Keberhasilan dari serangan ini bergantung pada elemen kejut. Serang musuh pada saat mereka lengah, atau kemenangan tidak akan pernah datang. Malam memberikan perlindungan sempurna, bahkan bulan bersembunyi di balik tebalnya awan. Alam seakan berpihak pada mereka, namun Yamato tetap merasa tidak nyaman.

Dengan tangannya Okita memberi tanda untuk maju. Lima orang pertama melompat ke atas kapal Kotetsu, Yamato salah satunya. Dia merasakan kakinya mendarat di sebuah kayu berlapis besi. Suasana dek kapal aman, penjaga tidak menyadari mereka. Yamato bertanya-tanya di mana kapal lainnya. Dalam penerangan minim dari lampu suar di ujung kapal, Okita bergerak ke arah salah satu penjaga dan menghunus pedang ke lehernya, terdengar seruan tercekat ketika nyawa meninggalkan raga. Yamato siaga, khawatir ada yang mendengar suara itu. Sedetik, dua detik berlalu dan tidak ada yang terjadi. Suasana kembali sunyi, hanya terdengar suara laut tertiup angin.

Okita kembali memberi tanda untuk bergerak maju. Yamato melihat makin banyak anggota Shinsengumi yang berada di atas kapal, mendarat di posisi yang berbeda-beda melumpuhkan pengawal. Sejauh ini tidak ada masalah. Dia berharap, firasatnya tetaplah menjadi firasat. Mungkin mereka bisa memenangkan pertempuran ini.

Terdengar sekali lagi suara orang yang tercekat karena pedang Okita menembusnya. Anggota dari kapalnya mulai menyebar dan melumpuhkan para penjaga yang berada di dek atas, mendekati ruang kemudi. Suara demi suara jeritan tertahan terdengar memberi tanda berapa nyawa yang sudah melayang malam itu di tangan Shinsengumi. Yamato merasa lega, semuanya berjalan sesuai rencana. Sebentar lagi mereka akan masuk ke dalam Kotetsu dan mengambil alih kapal itu hingga terdengar suara memekakkan telinga secara beruntun.

 Sebentar lagi mereka akan masuk ke dalam Kotetsu dan mengambil alih kapal itu hingga terdengar suara memekakkan telinga secara beruntun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ua part lagi akan selesai dan aku bisa kembali ke cerita utamaku ekakakakaka

Bagaimana menurut kalian cerita ini?

Maap kalau ga terlalu bahas pairing KashuuxYamato ehahahahahahah karena buatku lebih menarik bahas sejarahnya //dikeplak

Semoga masih bisa terus dinikmati!

Another beautiful art at multimedia by Banafria

[END] - [TKRB Fanfiction] FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang