Happy reading
.
.
.Gadis itu merapikan seragam barunya, menyisir rambut lurusnya hingga memilih sepatu dan ransel dengan warna yang sama. Semua yang dipakainya hari ini, membuatnya terlihat lebih manis dan feminim.
Seminggu yang lalu, dia sudah melalui Masa Orientasi Sekolah (MOS) yang begitu melelahkan. Yang paling buruknya, dia selalu dikerjai habis-habisan oleh kakak kelas terutama yang perempuan.
Kini tibalah hari di mana tak ada lagi puluhan titah senior dan pasal senior selalu benar. Dia bebas dari siksaan.
Gadis itu melebarkan senyumnya, menatap Mama dan abangnya yang sudah lebih dulu menempati meja makan. Dia menyapa keduanya dan menarik kursi untuk diduduki sendiri. Sayang sekali, kursi di sampingnya tak pernah terisi lagi. Dia rindu suasana seperti dulu.Kepala keluarganya memang sudah tiada, sedangkan si anak tengah malah meniadakan dirinya dari rumah ini. Hingga kursi milik sang Papa sekarang menjadi hak Abang pertama. Tapi, kursi sampingnya masih bisa terisi. Kapankah dia akan kembali?
"Itu aja sarapan kamu, sayang?" tanya wanita paruh baya yang menyadari jika anak gadisnya telah menghabiskan sepotong roti dengan selai cokelat kesukaannya.
Si gadis menandaskan minumannya lalu mengangguk.
"Ini aja, Ma. Takut telat!" jawabnya seraya memakaikan kembali ranselnya.
Satu-satunya pria di meja makan ini masih di kursinya dengan ponsel yang setia ditangannya. Entah sedang sibuk apa dengan benda itu. Terlihat murung, tak ada keceriaan di wajah tampannya.
Beberapa menit berselang, pria itu pun menyimpan ponselnya setelah menghela nafas berat. Dasar bujangan banyak masalah. Ngeluh mulu kerjaannya. batin si gadis mengejek."Apa liatin Abang gitu? Pasti kamu ngejek Abang ya?" tuduh pria itu pada adik kesayangannya ini.
"Yah, ketahuan deh. Nggak seru!" balas si gadis pura-pura kesal.
"Abang anter Oya ke sekolah ya! Pak Udin anaknya kan sakit. Jadi, izin kerja hari ini." ujar sang Mama melihat putrinya yang sibuk mencari-cari Pak Udin dengan iris matanya.
"Siap, Buk Ratu!" jawab si anak pertama bergegas menuju mobilnya yang sedang dipanaskan.
Setelah lulus kuliah, pria itu memang langsung mengambil alih perusahaan keluarga dengan bimbingan dari Om mereka. Thoriq menyelesaikan kuliahnya dengan waktu yang singkat hingga lebih cepat dilibatkan di sana. Sepertinya, memang dipersiapkan untuk mengurus perusahaan karena Riqhad---si anak tengah tak ingin ikut campur.
Saat gadis itu ingin mengikuti Thoriq menuju mobilnya yang terparkir di luar sana, mamanya tiba-tiba saja menahan lengan kanannya. Langkahnya tercegat, membuatnya menoleh ke arah sang Mama dengan mengerutkan dahi--- bingung.
"Iya, Ma? Kenapa?" gadis itu bertanya.
Pandangan lembut wanita paruh baya itu menelusuri dirinya, mulai dari rambut hingga ke ujung sepatu. Terlebih lagi, si Mama memperhatikan bagian rok putrinya ini dengan begitu intensnya. Si gadis sedikit risih, mamanya pasti sedang menilai dalam diam. Dia tahu nanti perkataan mamanya akan mengarah ke mana dan seperti apa.
"Mama pikir, rok Oya terlalu pendek deh. Baju seragam Oya juga, kok kelihatan sempit gitu? Kan seragam itu baru, masa kekecilan sih ukurannya." ucap Mama sebagai kata pengantar hari ini.
Gadis yang biasa dipanggil 'Oya' itu diam, tak langsung menanggapi. Mamanya selalu saja memberi wejangan dengan kata-kata yang sama sejak dirinya beranjak remaja, tepatnya ketika ia berada di kelas 1 SMP di saat ia pertama kali membawa adat kaum wanita, datang bulan namanya.
"Kamu sudah beranjak dewasa, Sayang. Sudah waktunya menutup auratmu itu!" tambah Mama sambil mengelus rambut lurusnya.
Gadis itu masih diam, tak tahu bagaimana menanggapi perkataan sang Mama. Mengapa mamanya terlihat sangat kolot, di zaman sekarang ini yang seragamnya lebih pendek dan ketat darinya saja banyak. Contohnya kakak kelasnya yang sering mengerjainya saat MOS itu.
Dia berusaha tersenyum ke arah mamanya, kemudian mengalihkan pandangan ke arah jam tangannya. “Ops, jam 7 lewat! Hampir telat.” batinnya.
"Mama, semua teman Oya pakaiannya kayak gini kok. Bukan cuma Oya aja, bahkan ada yang lebih pendek lagi dari rok Oya. Jadi, Mama nggak usah khawatir kalau Oya bakal dihukum. Oya pasti bisa jaga diri kok." balasnya sebelum mencium pipi sang Mama tercinta, "Mama sih nggak pernah nonton drama Korea. Seragam mereka kece-kece tahu!" tambahnya seraya melepaskan tangan Mama di lengannya.
Dia pamit saat klakson dari Thoriq---Abang pertama sibuk memanggil-manggil namanya. Inilah dia, Oya. Lengkapnya, Zoeya Maisya Okhtara, putri kecil dari Mama Hasna yang sekarang sudah berganti status menjadi siswi SMA.
_________________________________________
Kerinci, 03 September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Rasa Menuntut Asa
RomanceSpinoff dari Lafal Cinta Untuk Shanum "Dia yang hadir saat hati mulai rapuh. Dia bawa warna baru hingga kelam pekatnya aku tak bersisa lagi. Ingin ku patenkan dia menjadikan aku satu-satunya. Tapi, setiap aku mendekat dan tunjukkan diri mengapa sema...