Shock

6 2 2
                                    

Tik. Tok. Tik. Tok.

Jam menunjukkan pukul 6 sore dan Baby pun masih sibuk menghitung uang dari mesin kasirnya selagi belum ada orang yang datang untuk membayar makanan.

Baby bekerja di resto Soto Nusantara, resto milik pamannya sebagai kasir. Selain mendapat kepercayaan pamannya karena saudara dekat, kerja Baby juga bagus dan teliti.

"Uy,"Kevin menepuk bahu Baby. "Nggak siap-siap mau ke kampus lo?"tanya Kevin seraya merampas uang yang dipegang Baby.

"AAAAAH!"teriak Baby yang langsung dihentikan Kevin dengan menutup mulut cewek bersuara keras itu.

"Pelanggan gue bisa kabur semua kalo denger suara nenek lampir lo."ketus Kevin lalu melepaskan tangannya yang membekap mulut Baby perlahan.

Kevin adalah anak paman Baby. Jelas saja resto itu juga miliknya. Dia datang ke resto untuk bergantian shift dengan Baby tiap jam 5 sore karena Baby harus pergi ke tempat kuliahnya yang mulai jam 7 malam. Cewek itu harus pergi cepat karena biasanya arus lalu lintas macet parah di jam itu. Namun Baby belum juga menyelesaikan dokumen serah terima uang meskipun sudah lewat dari jam pergantian shift yang disepakati bersama yaitu jam 5 sore.

"Kevin lo ngagetin gue! Gue pikir rampok!"Baby mendengus kesal sambil memonyongkan bibirnya yang merah merona meskipun tidak memakai lipstick.

"Mana ada rampok dateng dari dapur belakang. Di dapur aja rame, banyak karyawan,"Kevin terkekeh. "Lo lama amat, udah gue tungguin 1 jam di belakang. Udah jam 6 nih, lo telat ke kampus nanti."lanjut Kevin sambil mengembalikan uang yang dirampasnya tadi ke tangan Baby.

"Sori, Vin. Gue ada missed kayaknya. Kurang lima puluh ribu. Makanya nggak kelar-kelar."ujar Baby sambil memandang lesu uang di genggaman tangannya.

"Halah segitu aja, bro. Amanlah itu. Cepet tulis jumlah dan pecahannya, tambahin aja lima puluh ribu di dalamnya. Gue yang urus itu."kata Kevin santai sambil melingkarkan tangannya ke leher Baby.

"Nggak mau ah. Lo sepelein amat sih."Baby melepaskan diri dari rangkulan Kevin.

"Hey, Ms.Perfectionist, lo baru selisih itu sekarang. Wajarlah kerja ada salah. Lo udah 1 tahun kerja baru kali ini salah. Udah cepetan tulis, telat mau lo?"Kevin menyambar kertas dan pena di bawah mesin kasir lalu menyodorkannya ke Baby.

"Vin...,"suara Baby melemah, tatapannya nanar.

Ia sungguh merasa tidak enak dengan Kevin karena keluarga Kevin sudah banyak membantunya selama kemiskinan melanda keluarganya.

Ya. Keluarga Baby yang kaya raya sejak lahir itu mendadak bangkrut satu tahun yang lalu. Usaha yang sudah lama digeluti ayahnya habis tak tersisa. Sejak setahun yang lalu pula Baby bekerja di resto pamannya untuk membantu menghidupi keluarganya karena bahkan rumah megah mereka pun sudah dijual. Harta benda semua sudah dijual untuk menutupi hutang bisnis ayahnya. Kini hanya Baby yang menjadi tulang punggung keluarga berhubung sang ayah didera sakit saraf terjepit, hanya bisa banyak berbaring dan tidak bisa bergerak aktif. Sementara ibunya harus merawat ayahnya di rumah. Belum lagi adik Baby yang harus dibuayai sekolahnya.

Untuk memenuhi semua kebutuhan itu Baby harus mendapatkan tambahan dari mengajar les Bahasa Inggris ke anak-anak sekitar lingkungan rumah kontrakannya. Dari semua keapesannya, ia diberi jalan ke luar dengan mempergunakan kefasihannya dalam berbahasa inggris. Jumlah muridnya pun semakin lama semakin banyak, lumayan mencukupi semua pengeluaran keluarganya.

"Cepetan tulis, lo lihat jam deh sekarang udah setengah tujuh. Lo bisa bayar kapan aja ke gue. Atau gue potong gaji lo bulan depan, kalo sekarang kan udah masuk ke rekening lo. Deal?"Kevin menunjuk jam dinding di area kasir untuk memperingatkan Baby.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby, I'm in Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang