NAYARA 1

806 19 0
                                    

.

.

.

"Minggir kamu!"

"Jangan pergi lagi pa.. Mama mohon..."

Mendengar ada keributan dibawah, Naya segera beranjak dari kamar.

Begitu ia berjalan menuruni tangga, terlihat sang mama menangis dan memohon dengan memeluk kaki seorang pria angkuh berumur sekitar 47 tahun yang terus dihentak-hentakkan agar terlepas.

Naya terbelalak begitu melihat bahu Tamara didorong kasar oleh Jeremy hingga menjungkal kebelakang. Merasa khawatir, Naya segera menuruni tangga tergesa.

"Papa jangan kasar sama mama," Naya berjongkok dengan kedua lututnya dan memeluk bahu Tamara. Tatapannya mengarah pada Jeremy seolah tidak menyangka dengan apa yang dilakukan papa nya barusan.

Jeremy menarik kedua ujung jas angkuh guna merapikan. Dan melangkah lebar menuju keluar tidak menghiraukan anak dan istrinya.

"Papa mau kemana?" teriak Naya berdiri mengejar Jeremy.

Naya meraih pergelangan sang papa mencekalnya dengan kedua tangan. Berusaha menghadang langkah papa nya.

"Pa.. Naya mohon jangan tinggalin mama lagi," pinta Naya memelas. menatap sisi wajah Jeremy dengan tatapan memohon.

Naya terus saja memohon. Ia terus berusaha mengimbangi langkah Jeremy yang lebar namun masih tidak dihiraukan. Hingga Jeremy akan masuk mobil, Naya segera menyelip diantara mobil dan Jeremy menghalanginya untuk masuk.

Jeremy hanya menatapnya datar.

"Naya mohon jangan pergi pa..." sekali lagi Naya memelas

"Papa harus pergi. Kembali kedalam!" sergah Jeremy, menggeser tubuh Naya namun Naya dengan sekuat tenaga bertahan agar tidak bergeser.

"Tapi pa.. Kasian mama.. "

"Papa tidak punya banyak waktu Nayara! Minggir sekarang!"

Naya menggeleng kuat, semakin menempelkan punggungnya pada mobil.

"Jangan sampai papa bertidak yang seharusnya tidak papa lakukan sama kamu!" ucap Jeremy mencoba tetap sabar.

Naya menatap Jeremy tidak percaya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Jeremy memejamkan mata meredakan emosi begitu melihat air mata Naya keluar. Sekeras apapun dia, namun tetap akan tergores ketika melihat anaknya terluka.

Jemery meraih bahu Naya. "Ini sudah menjadi keputusan papa sayang. Dan kamu harus mengerti itu," ucapnya melembut menatap mata Naya

"Tapi gimana dengan mama? Apa Naya harus ngertiin papa dan membiarkan mama seperti itu? iya?" sanggah Naya

"Dengar! Papa sudah tidak mencintai mama mu!"

"Tapi bukan berarti papa harus nyakitin mama kaya gitu!"

Jeremy menarik nafas dan membuangnya kasar, "Sudah, minggir! Jangan menguras kesabaran papa." Naya yang tidak siap akhirnya bergeser karna Jeremy yang menggesernya.

Ia sudah enggan berbuat apa apa lagi, kini hanya menatap nanar mobil Jeremy yang sudah melaju pelan. Raut wajahnya menggambarkan bahwa ia tidak menyangka keluarganya menjadi seperti ini. Keluarga yang dulu begitu hangat sebelum Jeremy bertemu dengan seorang wanita berhati iblis yang merebut papanya.

Begitu Naya kembali masuk kedalam rumah, ia sudah tidak mendapati Tamara ditempat sebelumnya. Lalu ia berjalan menuju kamar orang tuanya.

Begitu sampai dihadapan pintu kamar, Naya menaik turunkan kepalan tangan menimbang-nimbang untuk mengetuk. Kemudian ia menghela nafas dan mencoba membuka sedikit pintu dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

NAYARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang