NAYARA 2

361 22 1
                                    

.
.
.
"Bi..." panggil Naya, menuruni tangga.

"Iya non," Bi Suti menyahut. Wanita paruh baya itu muncul dari arah dapur dengan sedikit berlari.

"Mama udah makan belum?" tanyannya begitu berhasil menuruni anak tangga terakhir.

"Eum.. Belum non. Dari pagi ibu gak mau makan apa-apa," jawab bi Suti putus asa.

Naya terdiam sejenak.
"Makanannya masih ada kan?"

"Ada non. Baru bibi angetin barusan. Mau bibi ambilkan?"

"Gak usah bi. biar Naya ambil sendiri aja," timpalnya dengan sedikit menyunggingkan senyum.

"Yasudah kalo gitu, bibi mau lanjut nyuci piring ya non." pamit bi Suti

Naya mengangguk, Lalu ia melangkah ke meja makan dan bi Suti kembali kedapur. Naya mengambil piring. Mengisinya dengan nasi serta lauk pauk. Setelah merasa cukup, ia berlalu ke kamar ibunya.

Naya memasuki kamar dengan sebelah tangan membawa piring yang tadi. Terlihat sang mama melamun dengan posisi seperti biasa.

"Ma... Mama makan dulu ya," ucap Naya begitu duduk ditepi ranjang samping Tamara. Wanita itu hanya bergeming diposisinya.

"Nanti mama tambah sakit kalo gak makan." ucapnya lirih. "Naya suapin ya." Tamara masih tidak berkutik dengan tatapan yang masih tertuju kedepan.

Naya menghela nafas kehabisan akal. Ia menyimpan piring diatas nakas lalu menatap sang mama dan menggenggam sebelah tangannya. "Ma.. Naya gak mau mama sakit. Naya sedih liat mama seperti ini" lirihnya, "Naya sayang sama mama," lanjutnya memeluk mama.

Setelah beberapa detik, Naya mendongak menatap Tamara. "Mama sayangnya cuma sama papa ya? Mama gak sayang sama Naya?" tanya Naya lirih. "Apa Naya gak cukup jadi alasan mama untuk bangkit dan semangat lagi tanpa papa?" lanjutnya menahan isak.

Naya tau ia salah berbicara seperti itu saat keadaan mamanya seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, Naya ingin melihat mamanya kembali bangkit menjadi sosok mama seperti dulu. "Naya kangen sama mama. hiks." Naya terisak. Kembali menunduk dan semakin mengeratkan pelukkannya yg tidak dibalas oleh Tamara.

Namun Tamara menitikkan air mata tanpa menoleh. Ia menyayangi Naya. Sangat! Tapi sebagian dari hidupnya pergi meninggalkannya. Tamara sangat mencintai Jeremy, ia ingin hidup semati bersama pria itu. Tamara bisa gila karna Jeremy meninggalkannya.

"Mama mau soto," lirihnya serak tanpa menoleh. Suara parau itu mampu membangkitkan Naya.

Gadis itu menarik diri dari tubuh sang mama dan menghapus air mata cepat. Tersenyum lebar dengan wajah berbinar. "Naya beliin ya ma. Mama tunggu sebentar Naya gak akan lama," ucapnya semangat. Merasa sangat bahagia mendengar mamanya kembali bersuara. Dengan cepat ia berlari menuju kamarnya.

Setelah mengambil dompet dan jaket, ia berjalan menuruni tangga. Menghampiri bi Suti yang tengah merapikan meja makan.
"Bi," sahut Naya tidak sabaran. Yang disahutpun menoleh.

"iya non." Bi Suti menghentikan aktivitasnya sejenak menatap Naya.

"Tolong jagain mama sebentar ya. Naya mau beli soto," ujar Naya bersemangat.

"Loh. Non gak mau makan ini dulu?"

Naya menggeleng. "Mama mau soto," jawabnya tersenyum.

Bi Suti sedikit bingung tapi tidak lama ikut tersenyum. "Ya sudah.. Kalo gitu non hati-hati ya,"

Naya menggangguk setelahnya dan berlalu keluar rumah. Bi Suti pun melanjutkan aktivitasnya.

Hari sudah gelap. Waktu menunjukan pukul 19:02. Naya berjalan menyusuri perumahannya menuju tempat para pedagang beberapa makanan dan jajanan. Tidak terlalu jauh. Begitu keluar dari area perumahannya hanya belok kearah kiri dari situ tinggal lurus.

NAYARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang