01••Berawalnya Cerita

56 7 10
                                    

01••Berawalnya Cerita

••~••

"Miya"

Mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, lantas cewek berbaju seragam putih abu dan dipadu oleh tas ransel berwarna hitam yang menempel dipunggungnya itu menoleh dan mendapati kedua sahabatnya. Yaitu, Layla dan Rafaela.

"Tungguin kita!" ucap Rafaela sambil berlari kecil menyusul Miya, dan diikuti oleh Layla dari belakangnya.

"Tumben kalian berangkatnya pagi? Biasanya 'kan kaya matahari, yang datang bila waktunya tiba." kata Miya membuka suara ketika Layla dan Rafaela berada tiga langkah dari tempat ia berdiri.

"Bosen gue dihukum terus sama Pak Wahyu cuma gara-gara nungguin nih anak, gue juga yang kena imbasnya." cerocos Layla sambil melirik ke arah Rafaela tajam.

Rafaela yang tidak terima pun langsung berkata. "Suruh siapa lo nungguin gue? Orang bukan gue yang minta buat lo nungguin gue!" ucap Rafaela tak terima.

"Ya karena gue kakak lo ogeb! Lagian juga kalau gue ninggalin lo, bunda bakal ngomel-ngomel terus sama gue. Paham?" ucap Layla kepada saudara kembarnya itu dan penuh penekanan pada bagian terakhir.

Layla dan Rafaela memang bersaudara dan memiliki rupa yang sama. Namun sikap mereka yang berbeda. Layla, alias sang kakak memiliki sifat yang sinis, acuh tak acuh dan tomboy. Sedangkan adiknya--Rafaela, memiliki sifat yang humor, ceria dan selalu membuat orang di sisinya tertawa dengan apa yang ia lakukan.

Dan, Miya bertemu dengan mereka berdua saat memasuki ruang kelasnya yang waktu itu notabene-nya adalah siswi baru. Lalu mulai saat itulah mereka bertiga bersahabat yang saling melengkapi dengan kelebihanya masing-masing.

Miya yang melihat keribuatan antara adik dan kakak itu hanya tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, sampai pada akhirnya.

Bugh...

Miya terjatuh ke lantai karena tubuhnya tidak sengaja ditabrak oleh seseorang, entah dari mana. Dan padahal hari ini pukul masih menunjukkan jam 06.15, yang otomatis belum banyak siswa yang datang.

Layla dan Rafaela terkejut, dan menyelesaikan debatnya. "Hey, lo nggak apa-apa?" tanya cowok yang tadi menabraknya dari belakang, dan berusaha untuk membantu Miya berdiri. Namun, Miya memundurkan tubuhnya ketika cowok itu hendak menyentuhnya.

"Please, jangan sentuh gue. Gue nggak mau lo nyentuh gue, please!" ucap Miya sambil menahan tangisnya.

"Eh, lo kenapa nangis?" tanya cowok itu binggung ketika melihat tingkah aneh dari Miya yang diberikan kepadanya.

"Gue bilang lo pergi!" teriak Miya yang sudah tak tahan dengan air mata yang sedari tadi ia tahan.

Tubuh Miya seakan lemas tak berdaya ketika tadi lengannya tak sengaja disentuh oleh cowok itu, padahal niat dia baik hanya untuk meminta maaf dan membantu dirinya berdiri. Tetapi entah kenapa raganya menolak untuk cowok itu sentuh.

"Miya punya Androphobia." kata Layla ketus sambil membantu Miya berdiri. "Androphobia itu ketakutan berlebih terhadap laki-laki. Jangankan dipegang, menatap matanya aja nggak pernah. Jadi kami atas nama Miya minta maaf sama lo atas apa yang Miya lakukan tadi." sambung Rafaela sambil mendekap Miya erat, agar tubuhnya tidak terjatuh lagi.

Cowok itu mengernyit. "Hmm, kalo gitu gue pergi dulu. Bilangin ke dia gue minta maaf soal tadi." ucap cowok itu lalu pergi ketika Layla dan Rafaela mengangguk mengiyakan.

RuinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang