4

58.4K 2.7K 92
                                    

Setelah kejadian dirumah tadi pagi, isi kepala Ana justru menjadi kacau, dia baru kali ini memusingkan persoalan dari omongan Arkan dan mengenai wanita, ya wanita lain.

Dia sama sekali tidak habis pikir dengan apa yang keluar dari mulut Arkan, gini ya! kalau memang Arkan menikahinya karena cinta mengapa dia membiarkan wanita lain untuk tinggal bersama? Apa ini salah satu diantaranya kedok asli Arkan yang terbongkar?

Arkan yang terlihat baik, lugu dan penyabar. Ternyata tidak lebih dari cowok brengsek yang tidak bisa hanya pada satu wanita!? Ana menggeleng.

Lho kok gue mikir banget ya? dasar dedemit jelmaan gendoruwo bukan cuma ganggu secara fisik sekaligus psikologis gue pun ikut di ganggu!! rutuk Ana.

Ana merapikan seragamnya dan beberapa kali membenarkan tali sepatunya, sebenernya dia tidak pandai untuk urusan mengikat sepatu tapi karena dia baru saja pindah ke rumah Arkan dan barangnya belum sepenuhnya dirapihkan. Mau tidak mau Ana mengenakan sepatu tali. Suasana kelas yang masih sangat sepi lantas membawa Ana berjalan menuju lapangan basket.

Hari ini ada kegiatan O2SN dan OSN atau perlombaan antar sekolah, yang memang ditunjuk untuk merefresh otak anak-anak setelah ujian tengah semester. Deretan bangku sudah dipenuhi semua siswa dari segala jurusan. Beberapa dari mereka ada yang asik mengobrol, memotret pemain basket, dan ada pula sekedar duduk duduk untuk menghilangkan bosan dan suntuk.

Anggota cheers sudah berdiri dipinggir lapangan sambil berlatih untuk beberapa gerakan, mata Ana menyapu seluruh anggota cheers junior dan menemukan ada Lula sebagai mentor.

"Lul!"

Lula yang sedang memberi arahan tidak terlalu mendengar panggilan Ana. Lula masih melanjutkan pekerjaannya untuk memberikan beberapa cara dan etika dalam cheers. Micell, anak 11 IPA 3 dipilihnya untuk menjadi kapten, putih dan tinggi. Sebuah alasan untuk laki-laki tertarik padanya, termasuk Rafif 12 IPS 6.

"Jadi gini,.."

Lula terhenti ucapannya saat Ana menarik tangannya untuk menepi.

"Rafif mana ya?"

Lula menggeleng dan menoyor kepala Ana. "Eh Panjul, udah jadi bini orang masih aja nyariin cowok lain, lagian ada pacarnya Rafif nohh" Ana mengikuti arah pandang Lula yang mengarah ke cewek cantik dengan postur tubuh  lebih tinggi dari Ana. Melihat Micell justru membuat Ana dan hatinya sedikit mencelos.

"Berarti salah ya dulu gue nolak Rafif?"

"Pikir aja dewek"

"Kan lu tau sendiri lul, bokap aja anti banget sama Rafif,"

"Nah yaudah lu terima aja kenyataan. Lagian gantengnya Arkan lah daripada Rafif, kenapa sih Lo tuh kecantol banget Ama Rafif?"

"Lul, bukan waktunya buat bahas itu okey?!. Dan Gue butuh Rafif buat bikin Arkan cemburu."

"What? Gak salah denger? COBA ULANG?!"

Ana memutar bola matanya dan menarik paksa kepala Lula untuk didekatkannya telinga Lula tepat di depan mulutnya, dan Ana kembali mengulang kalimatnya. "gue mau deketin Rafif biar Arkan cemburu!"

"Hah? Gak salah?"

Ana menggeleng mantap. Setelah dipikirkan matang matang ini cara terbaik untuk membuat Arkan menceraikannya. Dia sendiri yang bilangkan tidak suka Ana berpakaian minim didepan laki-laki lain, apalagi jalan bareng laki-laki lain. Pasti Arkan kebakaran jenggot, terpancing emosi lalu menceraikannya secepatnya. Jadi Ana bisa aman dari omelan Ayahnya.

"Gini ya naa, pertama Lo sendiri gak suka sama Rafif dan cara itu cuma mempermainkan Rafif, kedua dosa Na! Lo sebagai istri yang diakui agama kalau jalan bareng apalagi selingkuh sama cowok lain itu dosa!, yang ketiga lo bilang Lo gak cinta Arkan tapi mau bikin Arkan cemburu? Baru sadar suami Lo terbaik? Makanya pake ditest gini?!..."

Kenapa Harus, MAS PILOT? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang