Arkan membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, matanya menyapu jalanan dan beberapa kali melirik kearah Ana. Gadis itu asik mendengarkan musik dari radio dan sedikit bersenandung. Arkan merasa dirinya adalah orang yang beruntung, setidaknya apa yang dipinta ke Tuhannya. Dikabulkan. Siapa lagi kalau bukan Ana?
*tring tring*
Ana membuka ponselnya dan melihat deretan chat dari Kakaknya.
Bang Nathan : Mampir supermaket dek, nih catetannya.
Ana mendengus sebal. Dasar bang Nathan bisanya ngerepotin aja! Udah tau gue males lama lama sama nih dedemit?! Gak paham amat sih.
"Chat dari siapa yang??" tanya Arkan
Ana membuang napas, "yang, yang, pala lo peyang!?..". Arkan terkekeh mendengar ucapan Ana, "BISA GAK, SEHARI AJAAAAA GAK ALAY!?" lanjut Ana.
"Ya maaf ya, namanya juga sayang."
"Bodoamat"
Arkan terkekeh membuat Ana mendengus sebal.
"Mampir supermaket dulu. disuruh bang Nathan"
"Oh Nathan udah selesai Dinas?"
"Iye"
"Kapan sampe?"
"Mana gue tau, ketemu aja belum. Lagian Lo KEPO AMAT SIH SAMA URUSAN KELUARGA GUE!?"
Arkan terdiam lalu detik berikutnya tertawa lepas. "Keluargamu kan jadi keluargaku juga. Aku kan suami kamu?"
"Dih, nikah terpaksa aja bangga Lo."
"Asal sama kamu, masuk jurang juga bangga"
"GILA!"
*
"Gula 1, Sirup 3, Kopi 2, hmm--"
Ana membaca ulang kiriman foto dari Nathan, tulisan Salma yang memang seorang dokter sangat sulit dibaca. Ibarat tulisan Paracetamol yang lagi booming disosmed, karena sulit dibaca. Persis seperti yang dialami Ana sekarang.
"Itu cola sama fanta sayang.."
Arkan melirik Ana yang hanya bisa membisu, bagaimana Arkan tahu? Kan dari tadi tugas Arkan hanya dorong troli?
"Yaudah ambilin!"
"Tolong sayang to-lo-ng, kamu mah kebiasaan."
"Yaelah ribet amat.." Ana berjalan mendahului Arkan namun dia tak sengaja menabrak seseorang yang membawa belanjaan. Ana dan orang itu sama sama jatuh, Ana yang panik membantu orang itu merapikan belanjanya yang berhamburan dilantai.
"Maaf mas saya gak sengaja."
Orang itu menengok. "Anaa?"
"Rafif?..."
"Sama siapa na?" Rafif bangkit dan menepuk pantatnya yang ngilu karena jatuh. Mata Rafif menyapu sekitar mencari siapa yang menemani Ana? Lalu beralih menatap Ana dengan selidik, tumben Ana belanja? Biasanya juga mbak-nya atau para iparnya yang sering Rafif jumpai.
"Ah, itu.. sama.." Ana gugup sekali jika ditatap Rafif seperti itu, Rafif mengangkat Alis, "Sama anak temen bokap.. lagi ada acara dirumah soalnya hehe," lanjut Ana.
"Oh, pake acara gerogi gitu kayak ada yang disembunyiin?!"
Emang ada yang gue sembunyiin, mudah -mudah dia galiat Arkan, ucap Ana dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus, MAS PILOT? [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[Cerita ini sudah terbit di E-Book] beberapa part mungkin terhapus. ... Ana menolak habis-habisan rencana Alex, Ayahnya sendiri untuk menjodohkannya dengan Arkana Yusuf Al-hakim. Ana bersikeras untuk membatalkan perjodohan, sedangkan Arkan yang suda...