Five

449 24 0
                                    

Erey terkejut ketika Dimas duduk ada disampingnya, Dimas tersenyum manis yang sukses membuat Erey blushing.

“Cowok tadi itu siapa? Pacar lo?” Tanya Dimas.

“Bu-bukan Kak, tapi temen sebangku.” Jawab Erey gugup.

“Oh, Gue denger dari Ais lo anak PMR di sekolah lo yang dulu. Kebetulan Osis kekurangan tim kesehatan, lo mau bantuin gak?” Tawar Dimas.

“Gue izin dulu Kak ke wali kelas gue.” Kata Erey.

“Seminggu ini masih kelas bebas, jadi lo gak perlu minta izin ke wali kelas lo. Ayo Rey,” Jelas Dimas sambil menarik tangan Erey mengajaknya gabung diantara kerumunan murid-murid MOS serta Osis.

“Mohon tenang sedikit, ini Erey kelas XI-IPA5. Dia pengganti ketua tim kesehatan yang hari ini gak bisa masuk.” Ucap Dimas.

“Hai, mohon kerja samanya.” Sapa Erey sambil tersenyum.

“Ada pertanyaan?” Tanya Dimas pada murid-murid baru.

Erey melihat anak laki-laki yang wajahnya pucat dan juga berkeringat. Erey langsung menghampirinya.

“Muka lo pucet banget, lo juga keringet dingin. Lo masih kuat buat jalan gak?” tanya Erey dan dibalas dengen anggukan laki-laki itu.

Erey membatunya berdiri dan memapah dia berjalan, Dimas menghampiri Erey dan menggantikan Erey memapah laki-laki itu. “Sini gue gantiin, lo siapin ajah apa yang dibutuhin nanti. Ruang kesehatan ada disamping tangga sana.”

“Oh, oke. Duluan Kak.” Ucap Erey lalu berjalan cepat menuju ruang kesehatan.

Setelah Erey melakukan pemeriksaan pada laki-laki itu, Dimas bertanya tentang keadaan laki-laki itu.

“Gimana udah selesai periksa dia?”

“Dia jauh lebih baik dibanding tadi. Dia awalnya emang udah sakit Kak, jadi kalo menurut gue mending dia dipulangin aja.” Jawab Erey.

“Yaudah, suruh dia hubungin orangtuanya buat jemput dia. Makasih ya Rey.” Perintah Dimas sambil memegang puncak kepala Erey.

“I-iya Kak, gue kasih tau dulu.” Ucap Erey.

Dimas hanya tersenyum melihat Erey salah tingkat karena perbuatannya, Erey mampu membuatnya tersenyum hanya karena kelakuan uniknya. She is differnt.

Kringgg...Kringgg..Kringgg

Akhirnya suara yang ditunggu-tunggu pun berbunyi, Erey menunggu Ais di bangku koridor IPA. Lama-lama Erey bosan menunggu Ais, Erey mengambil I-Phonenya mengirim Line ke Ais.

Haitsyam : Kak, Erey nunggu kakak di taman.

Erey bangkit dari duduknya, dan menuju ke taman. Sesampainya di taman Erey melihat Arta di bangku sambil membaca buku. Erey menghampiri Arta dan duduk disampingnya.

“Kenapa lo belom pulang?” tanya Erey.

“Belom pengen pulang.” Jawab Arta tanpa menoleh ke arah Erey.

Hening...

 “Hemm, kayaknya gue ganggu lo. Gue pulang duluan ya. Bye, see you later.” Ucap Erey lalu bangkit dari duduknya.

“Temenin gue baca buku disini.” Cegah Arta sambil menarik tangan Erey untuk tetap duduk disampingnya. Mau tak mau Erey tetap duduk disamping Arta, Arta sibuk dengan bukunya.

Percuma gue nemenin lo, tapi lonya sendiri fokus ke buku yang lo baca, batin Erey.

“Kenapa lo ngehindar dari masalah lo? Dan malah milih buat tinggal disini.” Tanya Arta, Erey terkejut Arta membahas tentang ini kembali.

Erey bingung apa harus dia bercerita yang sebenarnya, Arta benar benar peduli atau hanya karna ingin tau masalah yang dihadapinya. Dilihatnya Arta, dari mata Arta terpancar kepedulian yang mampu membuat erey percaya dan ingin menceritakan masalahnya kepada Arta.

“Lo bisa cerita semuanya dari awal, gue siap jadi pendengar yang baik. Gue tau didalem tubuh lo, lo nyimpen rasa sakit. Dan dengan hebatnya lo pura-pura ceria didepan semua orang cuma buat nutupin sakit yang lo rasa.” Kata Arta yang membuat Erey meneteskan air matanya.

Melihat Erey menangis, Arta membawa Erey kedalam pelukannya. Arta mampu merasakan rasa sakit yang Erey rasakan, rasa yang sama seperti apa yang dia rasakan juga.

“Udah kan nangisnya. Hahahaha... anjir lo jelek banget kalo abis nangis.” Tawa Arta sambil menunjuk wajah Erey.

“Rese banget sih lo.” Erey mendengus kesal sambil membersihkan jejak air matanya dengan tissue

“Sorry deh, udah siap buat cerita sekarang?” tanya Arta dan dibalas anggukan Erey.

“Pacar eh bukan deng udah jadi mantan dan sahabat yang udah jadi mantan juga ngekhianatin gue. Dibelakang gue mereka pacaran, padahal sahabat gue itu udah punya pacar. Dan ngenesnya lagi mereka itu satu sekolahan sama gue, makannya gue minta pindah kemari.” Cerita Erey.

Apa yang kita rasa ternyata sama Rey, gue janji bakalan bahagiain lo apapun yang bakalan terjadi nanti, batin Arta.

“Seharusnya lo selesain baik-baik sama mereka, bukan malah kayak gini.” nasehat Arta.

“Iya aja deh, trus kalo lo kenapa pindah kesini?” tanya Erey.

“Bokap gue mau nikah lagi, dan dia mutusin buat tinggal di Jerman bareng istri barunya. Gue gak mau ikut bokap gue karna gue lebih cinta sama negeri gue sendiri. Trus gue disini tinggal bareng nyokap gue.” Jelas Arta.

“Maaf gue gak tau.” Ucap Erey.

“Nyantai aja, gue duluan ya. Gue tau pasti lo nungguin temen lo kan.” Arta bangkit dari duduknya sambil mengacak rambut Erey lalu berjalan meninggalkan Erey.

“Arta lo rese banget, awas ya lo besok kalo ketemu.” Teriak Erey dan Arta hanya tertawa melihatnya.

Dari kejauhan Ais melihat apa yang mereka lakukan dan mendengar apa yang mereka bicarakan. Ais tidak menyangka Vania dan Afran bisa mengkhianati Erey seperti itu. Jadi ini alasan Erey meminta untuk pindah sekolah, padahal Ais tau Erey tidak bisa jauh dari mamanya.

Ais menghampiri Erey yang duduk dibangku taman, dan memeluk Erey dari belakang.

“Hey, udah nunggu lama? Ayo pulang, gue laper banget ini, nanti masakin gue ya.” Ais tersenyum lalu mengajak Erey untuk kembali kerumah.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang