23. Koma?

1K 26 0
                                    

Di ambulance

Agni menggenggam tangan Alvin dengan sangat erat. Air matanya mengalir tanpa di perintah.

Tiit!

Suara itu membuat Agni, Rio, Cakka, dan Gabriel terkejut. Sontak keempatnya menoleh ke arah mesin pemantau jantung.

Mesin tersebut menampilkan garis lurus, tanda bahwa detak jantung Alvin mulai melemah dan nyaris berhenti berdetak.

"Alvin! Pak! Cepetan ngebut! " seru Cakka pada pak supir. Ia tak peduli lagi dengan aturan lalu lintas dan para polisi yang berjaga di sekitar lampu merah.

Rio dan Gabriel berusaha membujuk Alvin kembali namun sia-sia karena detak jantung Alvin terus melemah dan seperti ingin berhenti.

****

Di rumah sakit

Brankar didorong menuju ruang UGD. Agni terduduk lemas di kursi tunggu. Gadis itu nampak sangat berantakan.

"Gue, gak mau kehilangan Alvin Yo, " lirih Agni di antara isak tangisnya yang semakin keras. Rio merengkuh Agni ke dalam dekapannya guna menenangkan gadis itu.

Ia juga sama dengan Agni, tak mau kehilangan Alvin. Namun ia juga tahu bahwa ia tak bisa jika melihat Alvin tersiksa karena penyakitnya.

Jadi biarkan Alvin yang menentukan pilihannya sendiri. Bertahan atau menyerah?

"Gue, tau Ni tapi lo juga harus tau gak bisa kita bersikap egois seperti ini. Bukannya kita mau Alvin pergi ... tapi Alvin harus baik-baik aja.  "

Gabriel segera menarik dokter tersebut menjauh dari teman-temannya. Ia ingin berbicara empat mata dengan sang dokter.

"Dok, bagaimana kondisi Alvin? " tanya Gabriel to the point.

"Maaf, pasien mengalami koma ... tubuhnya menolak obat yang saya berikan, "

Gabriel menghela nafas lelah, kemudian ia mengangguk samar sebelum kembali berjalan menemui teman-temannya di depan ruang ICU.

Cakka bangkit dari duduknya lalu menghampiri Gabriel. " gimana, Yel? " tanya Cakka penasaran.

Gabriel menggeleng lemah.  "Alvin koma ... dia nolak untuk bertahan .... "

Agni terisak hebat di dalam dekapan Rio. "Enggak! Gue mau Alvin! Yo.  "

Alvin (COMPLETED✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang