Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, seluruh siswa-siswi SMA Galaksi bersorak kegirangan dan berhamburan ke luar kelas. Tak terkecuali kelas 11 ipa 1.
"Baik anak-anak, kita lanjutkan materi kita minggu depan, selamat siang" ucap Bu Nini, guru sejarah.
"Gue duluan ya,Dy." pamit Aurel seraya tersenyum manis dan melambaikan tangannya yang dibalas oleh senyum simpul Laudy.
Gadis itu melirik arloji di pergelangan tangannya. Tak sengaja matanya menangkap Dewa sedang membereskan bukunya bersama kedua temannya.
"Gue duluan" ucap Bintang.
"Gue juga" sambung Samudra.
Dewa hanya melirik sekilas dan kembali ke aktivitasnya. Kini, hanya tersisa Laudy dan Dewa di kelas itu. Suasana mendadak canggung, atmosfer di sekitar terasa memanas. Laudy tak tau harus melakukan apa.
"Ehem" dehem Dewa memecah lamunan Laudy. Laudy hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari tersenyum kikuk.
"Ngapain lo?" ketus Dewa yang membuat Laudy memekik kaget.
Ketus banget, batin Laudy menyuara.
"A-aku lagi beresin buku, sebentar lagi mau pulang" jawab Laudy kikuk. Dewa hanya berdeham membalasnya membuat Laudy melongo.
Dengan gerakan terlampau indah, mata Laudy menangkap Dewa yang sedang menyisir rambutnya ke belakang membuat semua gadis memekik histeris jika melihatnya.
Tak terkecuali Laudy, Laudy tengah mengagumi sosok di depannya, rahang tegasnya tercetak jelas, hidungnya yang mancung membuat siapa saja ingin mencubitnya, rambut hitam kecokelatan, dan mata hazel-nya namun terkesan tajam membuat siapa saja tak ingin melepaskan tatapannya dari sosok Dewa.
Namun sayang, sikapnya yang dingin tak tersentuh membuat siapa saja berpikir keras untuk mendekati Dewa.
Laudy segera menghempaskan pikirannya, ia mengerjapkan matanya yang terkesan begitu menggemaskan ketika mata Dewa melihatnya. Diam-diam, Dewa tersenyum tipis, sangat tipis hingga tak ada seorang pun yang melihatnya.
"Dandelion" panggil Dewa membuat Laudy menaikkan sebelah alisnya.
"Apa? Panggil Laudy atau Oliv aja" ujar Laudy berusaha jutek yang justru terkesan lucu.
"Nama lo bagus" puji Dewa secara tak sadar. Ia hanya melirik Laudy melalui ekor matanya.
"Ya panggil Laudy aja" ucap Laudy. Bukan tanpa alasan ia mengatakan itu, karna jika ada yang memanggilnya dengan nama 'Dandelion' itu akan mengingatkan ya pada sosok ayahnya.
"Serah gue" ucap Dewa ketus.
"Ishh yaudah, aku panggil kamu Angkasa aja kalo kamu panggil aku itu" ucap Laudy sembari bersidekap dada.
Dewa menaikkan sebelah alisnya, dan ia hanya memasang wajah datarnya.
"Serah"ucap Dewa dan bergegas pergi meninggalkan kelas.
Lucu.
Tak sadar, Laudy meneteskan air matanya, ia kembali mengingat ayahnya hanya dengan sebutan itu. Tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan, ia bergegas meninggalkan kelas dan pulang ke rumahnya.
****
Setelah menginjakkan kakinya di rumah, ia disuguhkan dengan pemandangan yang sungguh membuatnya muak, melihat ayahnya sedang bercumbu dengan wanita lain adalah hal yang paling ia benci.
Ibu Dewa memang sudah meninggal 4 tahun yang lalu akibat penyakit jantungnya.
Dewa hanya melirik datar dan melangkahkan kakinya melewati ayahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity Love (Slow Update)
De TodoTentang sebuah arti cinta dalam kesederhanaan. **** Dandelion tak secantik mawar,tak seceria matahari,dan tak sesuci embun pagi,namun ia pergi untuk mencari jati diri. Mungil,rapuh,dan berdiri sendiri. Sederhana namun memukau. "Mencintai itu mudah,h...