BAB 142 - Sikap Pengecut Dalam Diri

361 9 1
                                    

Begitu aku kehilangan pijakan dan menyadari kalau aku jatuh ke dalam jebakan, aku meraih Meru lalu melemparnya.

「Tolong jaga Meru~!!」 (Wazu)

Aku percaya kalau suaraku telah menggapai mereka saat aku jatuh ke bawah jebakan. Bagian dalam lubang itu begitu lebar sehingga aku tidak bisa mencapai dindingnya meski ketika aku meregangkan kedua lengan dan kakiku. Aku jatuh tanpa ada hambatan.

Kalau aku mendongkak... aku bisa lihat lubang jebakan itu perlahan menutup bersamaan dengan suara *gogogo*. Bagian dalam lubang benar-benar hitam.

Aku masih merasakan sensasi melayang akibat terjatuh bahkan sampai sekarang. Aku menyadari bahwa aku berada di dalam ruangan megah saat aku membuka mata.

Aku bisa lihat lubang tempat aku terjatuh kalau aku melihat ke atas, selain itu, ruangan ini adalah dinding batu sejauh yang bisa kulihat. Mudah menyadari bahwa tempat ini adalah bawah tanah.

Ukuran perkiraan ruang ini akan cukup besar untuk menempatkan seluruh istana dan ibukotanya di atas. Di beberapa tempat, terdapat banyak pilar raksasa yang mendukung ruang bawah tanah ini.

Saat aku terjatuh dan memastikan sekitarku, suara pertempuran dari bawah mencapai telingaku.

Aku berhasil memutar tubuh dan mengatur kembali postur jatuhku, ada seorang wanita yang bertarung melawan sesuatu di bawah.

Kenyataan aku sudah dekat dengan tanah agak tak terduga. Aku menyesuaikan posturku dengan cepat dan mendarat di lantai yang terbuat dari batu.

Retakan lebar menyebar di lantai batu bersamaan dengan suara pendaratan yang nyaring dan asap juga terangkat di sekitar. Di dalam asap itu, aku memeriksa kondisi tubuhku.

Nah, mengingat statusku, aku akan tetap utuh meskipun aku jatuh terbaring, jadi itu hanya sekedar untuk ketentraman pikiranku.

Tidak ada keabnormalan yang bahaya ketika aku memeriksa tubuhku, tapi... bisa tidak aku mencapai tempat sebelumnya andai aku melompat dengan sekuat tenaga menuju lubang di mana aku jatuh?

Ketika aku sedang memikirkan hal semacam itu, asap sudah tersapu dan aku bisa melihat sekitar.

Aku bisa melihat wanita yang sudah bertarung melawan sesuatu sampai beberapa saat lalu, kemudian memanggil untuk memastikan penampilan amanku.

「...... jatuh dari ketinggian itu tapi masih berdiri, apa kau benar-benar manusia?」

「Kasar amat! Tentu saja, aku manusia biasa!」 (Wazu)

Aku mengeluarkan pikiranku sambil memandang ke wanita tersebut... tetapi karena satu alasan, dia adalah seorang beastman.

Telinga kucing dan rambut keemasan yang cukup panjang untuk menggapai bahu, sudut matanya yang naik memberinya rona wajah yang berkemauan keras, tidak ada salahnya menyebutnya cantik.

Dadanya cukup besar tetapi pinggangnya ramping, sekilas aku bisa mengerti kalau tubuhnya cukup terlatih.

Dia mengenakan armor yang tampak ringan yang tidak menghalangi pergerakan, menutupi daerah dada, pinggang, lengan, dan kaki. Di balik armor, ada pakaian tipis dari dada turun sampai pinggang. Kau bisa lihat sebuah ekor mirip kucing mencuat dari belakang.

Sebuah kerah perbudakan pas dipasangkan di lehernya dan jika aku lihat dengan baik, tampak memar terdapat di beberapa bagian.

「Lupakan saja!! Jadi, alasan manusia jatuh ke dalam tempat ini, apakah kau sudah diabakaikan pemilikmu, yang ngaku-ngaku jadi raja dunia?」

「......mungkin kau sudah salahpaham? Aku bukan salah satu budaknya atau semacamnya. Aku datang ke sini dengan kemauanku sendiri untuk menolong para beastman yang diculik」 (Wazu)

Sono Mono Nochi Ni Nahato Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang