ITOYA #7

17 4 0
                                    

Raphael melajukan motor dengan kecepatan sedang seraya bersenandung kecil mengikuti alunan yang keluar dari earpohone.Matanya diedarkan ke kanan kiri dan kepalanya manggut-manggut.

Alunan musiknya berubah menjadi deringan yang ia tetapkan menjadi dering ketika ada panggilan masuk.Untuk mencegah kecelakaan,ia memilih menghentikan motornya.

Raphael berhenti di halte,tangannya merogoh saku jaket mengambil benda pipih itu.

"Ada apa,Ri?"

"Buruan kesini!Gue ditilang," sahut orang di seberang sana.

"Ngapain bawa-bawa gue?"

"Gue sama Tego gak ada uang.Bantuin elah,Rap,"

"Pake daun aja,"

"Jangan bercanda elah,buruan kesini,di lampu merah deket alfamart,"

"Iya iya,gue kesana,"

Raphael mematikan sambungan telepon sepihak.

Raphael menambah kecepatan motornya menjadi 70 km,dua puluh lebih cepat.Kehati-hatiannya masih ia perhatikan walaupun jalan yang lumayan sepi.

"Fienaaa," teriakan seorang bocah perempuan terdengar di Indra pendengaranya,membuat kepalanya menoleh ke arah suara.

Matanya terbelalak melihat seorang bocah perempuan yang berlari menyebrang tanpa melihat kanan kiri.Raphael langsung mengerem dadakan guna menghindari kecelakaan terjadi.

Tapi takdir berkata lain,motor Raphael menabrak tubuh bocah itu sebelum rem bekerja.Tubuh bocah itu terpental agak jauh,sedangkan Raphael jatuh dengan motornya.Tak ada luka di tubuhnya karena jatuhnya pelan.

Raphael berlari menghampiri bocah yang baru saja ia tabrak.Kulit pelipis,lengan,dan siku ada yang terkelupas,membuat cairan merah keluar dari tubuhnya.Orang yang melihat itu,menghampiri mereka.

"Fiena,bangun," Bocah perempuan yang tadi meneriaki menggoncang kaki temannya yang terkapar di aspal.Ocehan demi ocehan terdengar di telinga Walaupun tak ramai,tapi berhasil membuat telinga panas,karena kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu.

Raphael melihat wajah bocah yang sudah berada di lengannya.

"Ini kan adeknya Raquel," batinnya

"Saya tanggung jawab," putus Raphael.Perlahan orang-orang mengurang.

"Dek,bawa ke Rumah Sakit Madeva aja,biar cepet,biar saya menghubungi orang tuanya," usul seorang wanita yang di ketahui sebagai guru.Raphael mengangguk,kemudian membopong Fiena.

"Naik taksi aja dek.Itu sudah saya stopin."Seorang wanita yang berumur 30 tahunan menunjuk ke arah taksi yang sudah berhenti.Raphael segera masuk ke dalam taksi.

Di perjalanan,raut wajah Raphael sangat tak biasa.Entah itu cemas atau takut.Berkali-kali ia meminta supir untuk cepat.

Hanya 10 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di RS Madeva.Raphael meminta bantuan suster yang ia temui untuk membawa Fiena.

Tak diduga,ternyata bocah itu di bawa menuju ruang ICU.Separah itukah?

_____

Raphael mencoba menyamai langkah Raquel yang terbilang sangat cepat.Hampir saja tadi Raquel tertabrak mobil,untung saja,Raquel bisa menghindarinya.

Raquel menoleh ke belakang,berharap cowok yang membuat adiknya celaka itu tak mengikutinya.Tapi,apa boleh buat,setelah menoleh ia melihat cowok itu terus mengejarnya bahkan jaraknya terbilang tak terlalu jauh.

Raquel berhenti di taman dekat RS Madeva.Kakinya sangat pegal,tak bisa lagi melanjutkan.

"Raquel!"

"Ngapain ngikutin gue,hah?Belum puas bikin adek gue celaka?Belum puas lihat gue di bentak Mama?"

"Gue janji,gue bakal tanggung biayanya,"

"Lo pikir keluarga gue miskin hah,keluarga gue bisa biayai sendiri tanpa bantuan lo,"

Setelah mengatakan itu,Raquel duduk di bangku panjang sampingnya.Air mata yang tadi sudah tak keluar,sekarang keluar kembali."Kenapa harus Fiena,Rap,kenapa?" lirihnya."Lebih baik gue yang lo tabrak,bukan Fiena,"

"Gue gak se keji itu,Raq.Gue sama lo emang gak pernah akur,tapi gue gak pernah sekalipun bikin lo celaka." Nada bicara Raphael meninggi.

"Raq,gue bener-bener gak sengaja nabrak adek lo.Adek lo yang nyebrang pake lari-larian tanpa melihat keadaan.Waktu it--"

"GUE GAK  MAU DENGER APAPUN DARI LO.GUE BENCI SAMA LO, RAPHAEL.MENDINGAN LO PERGI," usir Raquel.

"Raq,percaya sama gue sekali ini,"

"PERGI,"

"Raquel,"

"Pergi,Raphael,gue mohon," pintanya lirih.

Raphael memilih pergi,daripada melihat Raquel seperti ini.Mungkin Raquel butuh ketenangan.Masih ada hari esok untuk menemuinya kembali.

_____

Raphael masuk ke rumah dengan  muka di tekuk,tak seperti biasanya.Mira dibuat kaget dengan kemunculan anaknya yang tiba-tiba.

"El.Ngagetin Bunda aja,kamu,"

Rakael tak menggubris ucapan Bundanya.Telinganya mendadak tuli.

"Rakael!" panggil Mira dengan teriakan.Rakael sama sekali tak terkejut,ia menatap Mira.

"Sini,Nak!" Mira menepuk sofa di dekatnya,menyuruh anaknya duduk.Rakael menurut.

"Kamu kenapa,El,tumben mukanya di tekuk?" tanya Mira lembut.Rakael hanya menggeleng tanpa suara.

"Ada masalah?" Rakael menggeleng lagi.

"Kalo ada masalah cerita sama Bunda," desak Mira.

Rakael menatap wajah Mira yang terlihat khawatir."El habis nabrak orang,Bun,"

"Nabrak orang?Siapa yang ketabrak?Sekarang kadaaanya gimana?" tanya Mira sekaligus.

"Iya.Adiknya temen El.Gak tau,tadi El disuruh pulang,"

"Astaga El,gimana bisa?Bunda kan udah bilang kalo naik motor itu hati-hati,gak usah ngebut-ngebut,sekalipun kamu sedang buru-buru.Mendingan terlambat daripada celaka," ceramah Mira.

"El gak ngebut,Bun," elaknya.

Rakael menjelaskan semuanya,dari ia pulang sekolah,sampai membawa Fiena ke rumah sakit.

"Terus kamu di suruh tanggung jawab gak?"

Rakael menggeleng."Kata Ayahnya,El gak usah repot-repot tanggung biayanya,"

"Lain kali kamu harus lebih hati-hati,El.Jangan sampe kejadian ini keulang lagi,"

"RAKAAAA,KENAPA LO GAK DATAAANG," teriak Rigo tak tau malu.Berbeda dengan Tego yang biasa saja,ia memang paling bisa soal menahan emosi.

"Gue lupa," sahut Rakael santai.

============================

Sasa_Firlya

Its Turn Out You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang