Chapter 2

14 2 0
                                    

STEVE'S POV

    This is My First Day of Senior High School! Haa, Lega Rasanya sudah tidak menyandang lagi status Siswa PLS, rasanya cukup membosankan. Iya, Bosan. Soalnya tidak ada yang berubah di Sekolah ini, karena satu Lingkungan dengan SMP-ku. Dan tentu saja, teman-teman sehidup sematiku dari SD tetap 'membuntutiku' hingga ke SMA. Bukannya tak bersyukur Teman-temanku tidak ada yang pindah (kecuali si Benny, yang pamit katanya mau ke England).

    Kami bertujuh selalu kumpul bersama (I mean including Benny, but He's gone now, so..... Ah, Never Mind). Terdiri atas aku, Zoe, Zack, Debby, Gabriel, Samantha, and last : Benny. I mean, after a long Journey we've been through together, Dia memustukan untuk pindah ke England. Tidak ada yang berbuat salah padanya. Entahlah, tapi kami semua mendoakan yang terbaik untuknya. Semoga dia tidak melupakan kami tentunya.

   Kini kami akan dibagikan kelas. Semua murid baru disini harap-harap cemas. Kelas mana dan Jurusan apa yang akan kami tuju selama 3 tahun kedepan. Singkat cerita kami para pria dibagi ke 2 kelas dengan jurusan yang berbeda. Aku dan Gabriel masuk Ilmu Alam, tepatnya X MIA 3, sedangkan Zack masuk ke Ilmu Sosial demi mengejar Cita-citanya menjadi seorang Pengacara. Para wanita masuk dikelas Ilmu Alam, tetanggaan sama aku dan Gabriel. Tak sabar rasanya melewati masa-masa SMA ini. Pasti menyenangkan!

**** (End of STEVE'S POV) ****

Hari pertama sekolah. Belum banyak kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, karena Dewan Guru masih menyusun Jadwal Mata Pelajaran dan siapa saja Guru yang akan mengajar di semua kelas dan Jurusan.   Karena itulah 6 Kawanan tersebut sedang duduk berkumpul di sekitaran Pendopo kelasnya Zoe dan Debby. Membicarakan Impresi Pertama mereka terhadap Kelas Baru mereka dan penghuninya.

"You know, If it allowed, Aku, Zoe, dan Samantha ingin pindah ke kelas kalian saja, Steve. Atmosfer kelas itu sangat menyeramkan. Apalagi penghuninya yang, you know lah. Para kaum-kaum introvert. Bukannya kami tidak mau terbuka dengan mereka, tapi.... Rasanya seperti dikuburan. Tidak ada yang berani saling berbicara duluan. We are Perfect as Stranger in that class!", ujar Debby agak kesal. 

"Kan bagus kalo temenan sama Introvert. Lama kelamaan Introvert mereka bakal hilang dan gue rasa kalian akan mendapat teman baru. Yah, untung-untungannya bisa.....", kata Zack sambil mengedipkan matanya. Remaja yang asli Indonesia ini dan satu-satunya di kelompok mereka bersiul rendah seakan-akan mengoda setiap perempuan yang lewat.

"Huuu...... The Benefits's only for you, Zack.!", kata Gabriel sambil menyosor kepala Zack. Gabriel yang merupakan keturunan campuran Australia-Indonesia yang Bahasa Indonesianya sudah mulai membaik ini pun angkat bicara. "Zack, zack. Sikap mesummu itu belum hilang juga, ya? Pantesan aja Mantan Pacarmu itu sudah terhitung 5 jumlahnya."

"Jelas dong! Ketampanan ini adalah Anugerah Tuhan Yang Maha Esa tau!", kata Zack dengan nada memuji diri sendiri, diikuti riuh rendah suara huuu dari teman-temannya. "Steve kamu dari tadi diam saja. Kamu betah 3,5 tahunmu dengan Gabriel terus?"

"Sebenarnya aku sudah bosan melihat muka dia. Sepertinya takdirku yang mengharuskan aku menghabiskan Masa-masa High School sebangku dengan anak ini.", sindir Steve dan mendapat sambutan tatapan dingin dari Gabriel. Tapi sesudahnya, Gabriel menggelitiki Steve hingga anak itu tertawa terpingkal-pingkal.

"Stop it, Gabe! You will increased his asthma symptomps!" tegur Samantha. "First correction : I never have Asthma in my entire life. Second, who told you I'm suffer such as Asthma?" tanya Steve. Semua menunjuk ke Arah Zack. Yang ditunjuk hanya meringis dan bersiap mengambil ancang-ancang untuk lari. "You.... Dumbass! Come here now!" labrak Steve sambil mengejar Zack yang tertawa sambil menjulurkan lidah ke arahnya. Semuanya tertawa melihat kekonyolan di tengah lapangan sekolah.

****

Jam  Pulang Sekolah jatuh pukul 3 Sore, dan itu cukup memberikan Waktu bagi Steve untuk Istirahat di rumah. Mumpung Sekolahnya hanya berjarak 600 meter dari Rumahnya, dia hanya perlu mengayuh Sepedanya setiap harinya.

Ketika dia mengayuh sepeda, tiba-tiba rantainya putus. Itu nyaris membuatnya Jatuh ke tengah jalan yang sedang diaspal. Beruntung dia mempunyai keseimbangan yang bagus. Dia segera menepikan Sepedanya ke Trotoar. "Oh, not my Bike. Mana rantainya putus lagi.....", keluh Steve saat memeriksa Sepedanya. Terpakasa dia harus mendorong Sepedanya sampai ke rumah yang masih 300 meter lagi.

Steve dengan nafas terengah-engah mendorong sepedanya dengan berlari kecil, hingga dia tersandung sesuatu di jalan. "Ouch!" teriaknya. Dia jatuh ke jalanan berumput. Lututnya lecet terkena batu. Tapi dia berusaha berdiri dan menahan rasa sakit di lututnya, sampai Ia berhenti di depan Sebuah Rumah yang cukup Mewah, tapi terbengkalai, karena sudah lama tidak dihuni. 

Tiba-tiba ada sesuatu meniup telinga kanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba ada sesuatu meniup telinga kanannya. Dengan refleks dia menutup kedua daun telinganya dengan tangannya. Di hembusan angin itu ada seperti sebuah suara : Steve, Come here. We are all in here, inside. Come and visit Us.... Bulu kuduknya merinding. Ketika dia menengadah ke arah rumah tersebut, perasaan aneh mulai muncul didalam hatinya.

"There's something not quite right there." Batinnya. Kemudian di sebuah Jendela yang pecah kacanya tersebut, Ia melihat seseorang. Membuatnya melompat kecil. Ketika ia menajamkan penglihatannya, sesosok Hanya Kepala Manusia mendadak keluar dari Jendela tersebut hendak terbang menuju ke arahnya. Steve lari tergesa-gesa, sambil terus mendorong sepedanya. Ketika dia tidak jauh dari pintu gerbang rumahnya, dia berkata kepada dirinya. 'This isn't real, Steve!"

Ketika Kepala itu tinggal beberapa meter dihadapannya, dia berteriak. "Go to The Hell, Demon!" Kepala itupun menghilang. Ketika dia membuka matanya, dia sadar bahwa dia belum sampai di depan rumahnya. Kenyataannya dia masih berdiri mematung menghadap rumah mewah tersebut. Dia melihat sekitar. Tidak ada apa-apa. Tapi sesuatu cairan berwarna merah segar menetes dibawah sepedanya. Ketika diperiksanya, Rantai yang putus itu tiba-tiba meneteskan darah. Dan di badan sepedanya tertulis kata GET OUT! dari darah yang menetes itu. Ia merinding seketika. Ketika dia melihat ke arah rumah itu lagi, Ia cepat-cepat menaikkan standar Sepedanya dan lari sekencang-kencangnya, hingga sampai ke dalam rumah.

(To Be Continued)

THE BEYONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang