Chapter 5

7 2 0
                                    

Lompat ke Hari Senin

Menemukan fakta bahwa Hari Senin adalah hari yang paling dibenci semua orang karena sudah harus beraktivitas kembali seperti biasa, membuat juga para 'Pejuang Masa Depan' berlarian masuk pintu gerbang sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Beberapa siswa nyaris mengikuti Apel Pagi diluar pagar sekolah, salah satunya Steve. Dia menyesali sudah mengiyakan agar diantar Christian ke sekolah pagi-pagi sekali, dimana Christian bangun telat dan itu cukup membuat Steve melewatkan sarapan paginya dirumah. 

Sujud Syukur kepada Tuhan karena telah menghadirkan Bi Ina yang dengan sigap menyiapkan bekal buat Steve ke sekolah. Yang paling miris, Christian mengantarnya pukul 06.45 dengan mobilnya. Oh, jangan lupakan tragedi dimana Mobil Christian malah mogok di persimpangan menuju sekolah dan menunjukkan waktu tinggal 06.58. Dengan terpaksa Steve harus 'Ambil Langkah 1000' dari TKP.

Untunglah Hari Ini masih diberikan dispensasi kepada Murid-murid yang terlambat. Mereka sangat beruntung karena tiba-tiba Hujan turun dan membatalkan Apel Pagi dilapangan. "Puji Tuhan, aman!" katanya lega. "I regretting my deal with Christian already." dengusnya.

Steve masuk ke kelas, setelah diizinkan Wali Kelasnya. Dia pun melesat menuju tempat duduknya disebelah Gabriel. "Why did you come late, dude?", salam Gabriel. "Good Morning to you too! Oh, ini semua Thanks to Christian yang dengan sukarela mengantarku ke sekolah pukul 06.55 dan dia sendiri bangun telat. Untung saja hari ini hujan, jadi aku selamat dari hukuman di dari Pak Guru Vernon." , tukas Steve agak datar. "Oh." Setelahnya hening, karena pelajaran pertama segera dimulai.

****

Semuanya berkumpul di kelasnya Steve dan Gabriel. Mereka semua menatap Steve intens, mengingat mereka semua hampir kena serangan jantung melihat Steve collapse ketika masuk kedalam mobil yang kecelakaan kemarin. Mereka mengira dia tertusuk sesuatu didalam mobil itu sehingga dia pingsan.

"Tell Us!", kata Samantha. "Tell about what?", tanya Steve kemudian, belum mendapat ide dari apa yang hendak dia katakan. "Tell us about the Saturday events. What is really happened there?", kata Samantha.

"Oh, I got it!", Steve biarpun pandai secara akademik dan intelektual kadang kala bisa menjadi orang dungu, hanya karena pertanyaan yang tidak lengkap yang kau ajukan kepadanya. "So, I was enter the car, right? Then ada semacam Box yang aku sendiri tak bisa jelaskan. Box itu sekarang ada di kamarku. Box itu berukirkan frasa Latin. Aku sendiri belum meneliti maknanya apa, tapi yang jelas ketika aku menyentuh Box itu, aku tiba-tiba berdiri didepan rumah Mewah yang terbengkalai itu, yang di ujung perumahanku. Kalian tahu kan?", jelasnya. Mereka mengangguk tanda tahu.

"Okay, just hold right there. Pas kau menyentuh box itu, kau tidak merasa sensasi aneh?", tanya Debby. "No. I think there's somekind an energy inside me that protect myself. Aku sama sekali tidak merasakan apa-apa." katanya.

"Lanjut ke rumah Mewah itu. Rumah itu sudah sering aku lihat dimimpiku belakangan ini. Di mimpiku, aku melihat tragedi pembunuhan di dalam rumah itu, dan orang banyak berkumpul mengelilingi sekitarannya dengan membawa senjata, salib, dan obor. Lalu aku melihat si pembunuh membunuh korban didalam rumah, tapi ada satu orang yang lolos dan membawa Box itu. Tapi kulihat si pembunuh, mukanya sangat aneh. Matanya seperti Evil Eyes or somekind like that. Dia melihat aku berdiri disana, dan dia mengejarku hingga kedalam hutan. Tapi orang yang lolos itu lebih dahulu mendapatkan aku, sambil berpesan kalau aku harus membantu mereka menuntaskan The Evil one. Ketika aku lari, si pembunuh menghunus pedangnya dan menebas orang itu, sebelum roh jahat keluar dari si pembunuh. Dan roh jahat yang kulihat itu, dia........", Steve terhenti. 

"What is that?", tanya Zoe.

"Dia itu berwujud Kepala Manusia. Dan roh jahat itu yang bertanggung jawab atas luka di lututku ini.", lanjutnya sambil menunjukkan luka itu. "Mana mungkin hantu bisa mengscratch kamu? Hahaha.", Zack tertawa. Tapi para gadis kemudian menatapnya dingin dan membuatnya terdiam. "Kamu pikir ini lucu Zack? Oh iya, semuanya kau anggap lucu. Sampai Mantanmu yang terakhir, Lucy ya namanya. Kau putuskan dia karena hanya dia bilang dia takut ketinggian, dan kau anggap lucu karena dia menangis karena anak kecil. Eh, sorry. Keceplosan ya?", kata Gabriel menyindir. Zack mengerang.

"Aku tahu itu terdengar aneh. Siang itu aku sedang mendorong sepedaku yang putus rantainya dan tiba-tiba aku tersandung sesuatu, diikuti angin yang berhembus keluar dari rumah Mewah itu. Di angin itu aku dengar Steve, we are all in here. Come and visit us! Over and over again. Dan roh itu muncul dari jendela rumah. Aku lari ketakutan sambil mendorong sepedaku.", Steve meringis. "Roh itu juga yang bertanggung jawab atas kematian para penumpang mobil hari Sabtu itu. Aku tidak tahu bagaimana, tapi aku bisa bercakap-cakap dengan mereka setelah aku menyentuh Box itu. Mereka juga kenal dengan Ayah kandungku.", lanjutnya.

"But your Father is gone, right? Oh come on. How come a Dead Man can tell you such weird things like that?"

"I think they are once work with him. Aku tidak tahu kalau dia masih hidup atau tidak. Aku juga penasaran!"

"Aku belum ingin mencari tahu banyak soal isi Box itu. Aku hanya ingin menyelesaikan Masa 3-5 Bulan pertamaku disekolah ini, sebelum melangkah ke hal-hal aneh tersebut. But I need your help guys, may I?", pintanya. Semuanya setuju. Mereka bersepakat untuk membantu Steve menyelesaikan kasus ini.

****

Didalam Mobil yang sedang melaju sedang ke arah Bandara, Steve hanya bertopang dagu menghadap keluar jendela, melewati kemerlapnya malam hari di kota. Sungguh membosankan! Dia masih merasa dongkol dengan Christian karena kejadian tadi pagi. Apalagi dia tidak ada topik untuk dibahas, serasa berada di Pengasingan di Gurun Sahara.

"Dude, I know we aren't that close. But could you just forgive me? I know it's all my fault, but could you just forget it like it never happen. I swear i'll will never do it again. Promise!", akunya.

Steve nodded. Tapi selanjutnya dia tersenyum dan meninju kecil tangan kiri Christian. Christian terkekeh. "What?", tanya Steve curious. "No, I'm just surprised!" kata Christian. "Pfft." Steve menahan tawa. "Don't try to wake up late anymore. Start tomorrow morning. Deal?"

"Deal" keduanya saling toss tangan, sebelum Christian mengeram karena terkejut dengan sesuatu yang berada didepan. Steve merinding, karena ada sosok seperti Noni Belanda sedang melintas dengan pakaian yang lusuh dan berdarah. "Did you see that?" tanya Steve. "See what? I just see anything but the people who crosswalk. What else did you see?", tanya Christian balik.

Steve yakin Noni Belanda itu sedang berjalan bersama orang-orang yang memotong jalan tadi. Tapi arwah itu tampak ketakutan, terus melihat kebelakang. Seperti ada yang membuntuti. "Steve, did you see a ghost?"

"How did you know?"

"Cause you act like you see one of them!" serunya.

Ada jeda beberapa saat. "Actually, yeah. Now, can we just continue our ride? Mom's plane will arrive soon.", mintanya. Sebenarnya Steve melihat figur hitam sedang berjalan menuju ke arah mobil. "Oh, alright alright!" Dan Christian menginjak pedal gas meninggalkan lokasi tersebut. Steve yakin sekali Noni Belanda tersebut ingin mengucapkan sesuatu padanya, dan menunjuk ke arah Figur Hitam tadi. Tapi untunglah dia punya insting kuat agar segera pergi meninggalkan lokasi tersebut.

****

(To Be Continued)


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE BEYONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang