"Enggak, nggak ada siapa-siapa tuh?" Andre sontak menoleh ke belakang. Ia sesegera mungkin menebarkan pandangannya ke segala arah. Sayangnya tak ia temui seseorang pun di sana yang terlihat sedang menguntit langkah mereka. Ia tetap bertingkah santai dan tidak ingin salah sangka.
"Iya, Sef. Nggak ada siapa-siapa. Paling kamu sedang kelelahan, makanya pikiran kamu kemana-mana." Dion ikut menambahkan seusai ikut menginterogasi keadaan. Ia juga sama seperti Andre, tidak melihat sesuatu yang mencurigakan.
Kali ini Yosefril mendengus kesal, "Aku serius. Bahkan aku seperti mendengar langkah orang berjalan mendekati kita dengan sangat jelas." celetuk Yosefril kesal dan terus meyakinkan Dion dan Andre bahwa instingnya tidak salah.
Tidak lama kemudian..
Dap
Suara kedua kaki mendarat diikuti tawa menggelegar yang begitu puas terdengar beberapa detik setelah ucapan Yosefril. Mereka bertiga mendadak hening sambil saling menatap heran sekaligus sedikit terperanjat. Ya, mereka mengenal pria yang sejak tadi menguntit dari sekolah hingga perjalanan menuju ke rumah. Yosefril langsung menatap wajah orang yang menguntitnya itu dengan tatapan kecut.
"Hahahahhaha, Yosefril peka ya!" ujar seseorang sambil keluar dari tempat persembunyiannya. Pria itu terus tertawa puas tak dapat dihentikan. Ia merasa bahwa dirinya berhasil menjahili teman-temannya meskipun sedikit gagal.
"Ya Tuhan, Aubrey! Kamu ingin aku mati jantungan ya? Aku nggak suka cara becanda kamu!" Yosefril menggerutu kesal. Ternyata pria itu adalah Aubrey Nathley, pria berperawakan tinggi dan juga tampan yang terkenal usil di angkatan Yosefril. Ketiga temannya yakin saat ini amarah Yosefril semakin menggebu-gebu.
"Maaf, Sef. Aku nggak bermaksud seperti itu. Jangan marah, please." Pria bertubuh tinggi, berambut pirang dengan model rambut mirip personil boyband Why Don't We―Corbyn Besson itu langsung memasang ekspresi wajah merasa bersalah setelah melihat reaksi Yosefril yang terlihat benar-benar kesal.
Dion dan Andre malah cekikikan sambil sesekali memaki-maki Aubrey. Sedangkan Yosefril langsung mengangkat kakinya pergi dari tempatnya kini berada. Ia meninggalkan Dion, Andre dan Aubrey yang masih membicarakan perubahan perilaku Yosefril. Ia semakin mempercepat langkahnya pulang ke rumah. Hari ini mood-nya sedang tidak baik ditambah lagi dengan tidak ada satu pun temannya yang dapat menjadi moodbooster baginya, justru malah sebaliknya.
Di pikiran Yosefril mendadak muncul puing-puing ingatan tentang pria psikopat yang menginginkan dirinya mati itu. Seharian ini memang dia sedang tidak fokus hanya karena memikirkan kejadian semalam yang membuatnya tak bisa tidur hingga pagi tiba.
Andai saja mereka mengerti kalau aku ini sedang dihantui rasa takut, batin Yosefril ketika ia menapakkan kedua kakinya menyusuri komplek perumahan.
***
Dewi malam kini menampakkan dirinya dan menerangi malam gelap gulita ini. Setelah usai makan malam bersama ayah dan neneknya, Yosefril langsung beranjak ke kamarnya, merebahkan tubuhnya di atas kasur kamarnya yang empuk. Terdengar bunyi notifikasi masuk di ponselnya berulang kali, tetapi ia mengabaikannya. Saat ini Yosefril benar-benar malas berkompromi dengan ponselnya yang pasti sedang banyak pesan masuk dari teman-temannya.
Tidak lama setelah itu, ia pun langsung tertidur pulas dan pergi ke alam mimpi. Ya, Yosefril benar-benar kelelahan. Sehari tidak tidur hanya karena dihantui rasa ketakutan, diincar, dikejar-kejar, bahkan seseorang menginginkan dirinya mati. Ia ingin sekali menukar jam tidur malamnya dengan jam tidur siangnya demi agar ia bisa beristirahat dengan tenang dan jauh dari gangguan.
Sebenarnya apa salah Yosefril hingga seseorang dengan setega itu menginginkannya hidup tersiksa? Kita semua tidak pernah tahu, karena semua jawaban itu tersembunyi.
Kreeekk..
Pukul 12.00 malam, pintu jendela kamar Yosefril terbuka dengan sendirinya. Angin sepoi-sepoi yang berhembus kencang pada tengah malam itu langsung meringsuk tubuh Yosefril secara perlahan. Lampu kamar Yosefril juga mendadak korslet tanpa alasan, sehingga semuanya menjadi terlihat gelap. Hanya ada sedikit bantuan cahaya penerangan dari luar jendela kamarnya yang terbuka.
"Sefia.."
"Sefia.."
Yosefril langsung terbangun dari tidurnya setelah mendengar seseorang memanggil nama Sefia dari luar kamarnya. Jantungnya kembali berdegup kencang. Kejadian kemarin malam kembali terulang. Ia berpikir mungkin setiap malam ke depan ia akan hidup dihantui pria psikopat yang tak tahu dimana letak persembunyiannya ini.
"Sefia siapa? Kamu siapa?" tanyanya mencoba memberanikan diri. Sayangnya pria itu hanya diam dan terus memantau Yosefril dari kegelapan. Suasana pun turut hening, hanya terdengar suara gesekan pohon tumbang yang tertiup hembusan angin malam.
"Tolong jangan main-main. Kalau kamu nggak suka sama aku, tolong muncul di hadapanku dan bilang dimana letak kesalahanku!" lanjut Yosefril memancing jawaban seseorang yang saat ini sedang mengintainya.
Pranggggg!
Terdengar jelas suara vas bunga yang dengan sengaja dipecahkan dari luar jendela kamar Yosefril. Tentunya gadis itu langsung terperanjat dan cepat-cepat menutupi wajahnya dengan selimut. Tubuhnya yang kecil itu menggigil ketakutan. Kedua telapak tangan dan kakinya juga dingin.
Setelah itu hening, tidak ada suara apa pun. Sementara Yosefril masih menutupi wajahnya dengan selimut, tidak berani sedikit pun membukanya dan melihat keadaan. Ingin rasanya ia berteriak memanggil ayah dan neneknya tetapi mulutnya seperti terkunci.
Psikopat itu sudah gila, batinnya.
"Sefia.." suara berat itu kembali terdengar, bahkan kali ini semakin mendekat ke arah Yosefril berada. Siapa Sefia? Sudah kali ketiga pria psikopat itu menyebut nama Sefia. Sebenarnya Yosefril sendiri tidak pernah mengetahui siapa Sefia itu. Tetapi psikopat gila ini memanggil dirinya dengan sebutan Sefia. Apa urusannya dengan Yosefril?
Deg.
Perlahan-lahan Yosefril menurunkan selimut yang menutupi wajahnya. Sialnya, jantungnya semakin berdegup kencang diikuti bulu kuduknya yang semakin merinding. Suasana malam kala itu juga tak kalah mencekam.
Ketika ia berhasil menurunkan selimut yang menutupi sekujur tubuhnya, Yosefril semakin terkejut. Kini psikopat gila itu menampakkan diri di jendela kamarnya yang dekat dengan ranjangnya. Sungguh terlihat jelas bayangan pria itu meskipun samar-samar karena tertutup korden.
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO's The Psychopath? [On Going]
Mystery / Thriller"Aku takut. Dia mengincarku, memainkan pisau tajamnya dan sedang berdiri menatapku dalam kesunyian malam gelap sambil sesekali tersenyum tanpa arti di balik topeng dan jubahnya." "Laki-laki itu mendekatiku penuh harap. Sesekali ia mencari kesempatan...