“The psychopaths are always around. In calm times we study them, but in times of upheaval, they rule over us.”
― Ernst Kretschmer"Siapa kamu? Aku mohon tolong jangan ganggu aku! Aku bukan Sefia yang kamu cari. Aku Yosefril, bukan Sefia. Pergi!" ucapnya kasar sambil sedikit terisak. Sungguh, Yosefril benar-benar ketakutan saat ini. Tubuhnya yang lemah menggigil ketakutan. Mukanya mendadak pucat pasi diikuti dengan kepalanya yang juga pening.
Pria itu langsung berlari pergi sambil tertawa terpingkal-pingkal. Langkah kakinya terdengar menjauh dari tempat Yosefril berada sekarang. Cahaya terang dari jendela kamar di depannya juga mendadak hilang setelah pria itu pergi.
Brukk.
Semuanya terlihat gelap.
***
Keesokan harinya Yosefril berhasil sadarkan diri. Perlahan-lahan ia membuka kedua kelopak matanya. Ketika ia berhasil sadarkan diri, didapatinya seorang pria yang tak lain adalah ayahnya―Anton dan wanita tua berkacamata yang adalah neneknya―Lena. Raut wajah mereka terlihat khawatir dengan keadaan Yosefril yang bisa dibilang cukup mengkhawatirkan.
Penglihatan Yosefril saat ini sedikit tidak normal, semuanya terlihat buram. Ia langsung memegang keningnya yang panas, memastikan bahwa kepalanya masih sedikit pusing. Tubuhnya begitu lemas tak berdaya. Kejadian semalam membuatnya begitu shock.
"Syukurlah kamu sudah sadar, Nak." Anton menyambut puteri kecilnya ini dengan belaian lembut.
"Yosefril kenapa, Yah?" tanya Yosefril heran dengan mengerjapkan kedua kelopak matanya karena penglihatannya masih berkunang-kunang.
"Tadi kamu pingsan. Ayo dimakan dulu buburnya. Sudah hampir pukul dua belas siang sekarang," sahut Lena sembari menyerahkan semangkuk bubur ayam buatannya. Anton turut mengangguk.
Kedua bola mata Yosefril langsung terbelalak, "Apa!? Sudah pukul dua belas siang? Aku harus ke sekolah," Yosefril langsung mengambil posisi duduk dan hendak menurunkan kakinya dari ranjang. Sayangnya Anton dengan sigap langsung menghadang tubuh puterinya yang hendak pergi beranjak dari ranjang.
"Ayah sudah beri kabar ke sekolah kalau kamu ijin tidak masuk. Kamu istirahat saja dulu di rumah. Nih, dimakan bubur buatan nenek! Kamu sudah melewatkan sarapan pagi, Sef," ucap Anton dengan logat bakunya yang santai.
Yosefril mendengus kesal. Ia terpaksa menyanggupi permintaan ayahnya. Dengan cepat, ia habiskan semangkuk bubur ayam buatan neneknya itu karena memang perutnya sedang meronta-ronta kelaparan.
Tiba-tiba ayah memasang raut wajah teringat akan sesuatu yang ganjil, "Sef, vas bunga Lily milik ayah di depan jendela kamarmu itu pecah. Apa kamu yang memecahkan?" tuding Anton menduga apakah Yosefril yang memecahkan vas bunga Lily kesayangannya.
Yosefril menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tanda bahwa bukan ia yang melakukannya, melainkan pria psikopat itu. Tetapi Yosefril tidak ingin berbicara dulu tentang pria psikopat yang mengintainya tiap malam pada ayah dan neneknya. Anton hanya bergumam pelan lalu keluar kamar meninggalkan Yosefril bersama Lena.
Setelah menghabiskan makanannya, ia beranjak tidur lagi. Mengistirahatkan tubuhnya yang masih terkulai lemas.
2 jam berlalu dan Yosefril habiskan waktunya dengan membaca novel yang belum selesai dibacanya daripada terlalu banyak tidur yang justru membuat dirinya terlihat lemah. Yosefril tidak suka terlihat lemah di hadapan orang lain. Tak lama kemudian tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu rumah kediaman Yosefril dan keluarganya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Siapa di luar?" tanya Anton dengan sedikit meninggikan suaranya sambil berjalan menyusul arah suara ketukan pintu rumahnya.
Ketika Anton sudah tiba di ruang tamu, beliau segera meraih gagang pintu rumahnya. Kemudian pintu masuk rumahnya berhasil terbuka perlahan-lahan.
Kreekk..
"Aneh, tidak ada orang di luar. Tetapi aku yakin tadi ada seseorang yang mengetuk pintu. Apa mungkin aku salah dengar ya?" ucapnya heran sambil mengarahkan kedua bola matanya ke arah kanan dan kiri mencari seseorang yang mengetuk pintu rumahnya.
Anton mendengus kesal. Ia memutuskan untuk kembali menutup pintu dan bergegas ke dapur untuk menyeruput secangkir kopi seraya membaca koran di ruang tamu. Tetapi ketika ia hendak berjalan menuju dapur, tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu masuk rumahnya.
Tok.. Tok.. Tok..
Anton sontak menoleh ke arah pintu masuk rumahnya. Kali ini beliau menggeram kesal serta dengan terpaksa mengurungkan niatnya untuk ngopi. "Siapa di luar?" tanyanya sekali lagi dengan suara meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO's The Psychopath? [On Going]
Mystery / Thriller"Aku takut. Dia mengincarku, memainkan pisau tajamnya dan sedang berdiri menatapku dalam kesunyian malam gelap sambil sesekali tersenyum tanpa arti di balik topeng dan jubahnya." "Laki-laki itu mendekatiku penuh harap. Sesekali ia mencari kesempatan...