3.2

20 2 0
                                    

"Don't make the mistake of confusing a psychopath with a psychotic."
― John E. Douglas

Sekarang hari Kamis. Senin, Selasa dan Rabu sudah berlalu tanpa teror dari pria psikopat misterius itu. Yosefril merasa betapa beruntung dan bersyukurnya dia boleh tidur dengan nyenyak untuk beberapa malam sebelumnya. Yosefril ingat betul hari ini ia memiliki janji dengan Andre dan beberapa rekan kerja kelompoknya untuk melaksanakan kerja praktik di rumah Andre. Kerja praktik ini akan berlangsung nanti sore menjelang malam ketika onggokan jingga di langit berubah menjadi hitam pekat.

Tak lupa ia pergi ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa perlengkapan yang telah ditugaskan untuknya sebelum berangkat ke rumah Andre. Ia membeli satu set kertas HVS A4 dan beberapa kertas buffalo warna-warni untuk membuat laporan hasil percobaan.

Setelah ia usai membayar semua barang belanjaannya di kasir, ia tak sengaja melihat seseorang yang tak asing baginya sedang berdiri di depan etalase toko emas. Ia menyipitkan matanya, memperjelas penglihatannya. Yosefril tahu betul siapa pemilik tubuh jangkung itu yang tak lain adalah Nino, siswa baru di sekolahnya. Rupanya pria itu sedang kebingungan sambil memandangi perhiasan yang terpajang di sebuah toko emas. Yosefril mengerutkan dahi. Di pikirannya terbesit beberapa pertanyaan.

Nino? Ngapain dia di toko emas? Mau beliin perhiasan buat siapa? Pacarnya? Mamanya? Atau kakaknya? batin Yosefril. Daripada penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri Nino sebentar untuk menggodanya.

"Ehem, beli perhiasan untuk siapa nih? Oh, untuk pacarnya ya?" tebak Yosefril sok tahu. Nino terbelalak dan nampaknya salah tingkah ketika melihat Yosefril sudah berdiri tepat di samping kanannya.

"Eh.. Hai, sejak kapan ada di sini?" elak Nino dengan sedikit terbata-bata. Ia memalingkan wajahnya yang merah merona dari Yosefril karena malu dirinya terciduk sedang melihat-lihat perhiasan.

"Barusan, sih. Kamu mau beli perhiasan buat siapa? Boleh aku bantu pilihkan?" Yosefril menawarkan bantuan. Nino hanya tersenyum canggung masih dengan mimik salah tingkah.

"Aku mau beli perhiasan untuk seseorang yang spesial buat aku. Kira-kira kamu suka yang mana?" tanya Nino memberanikan diri. Yosefril terkejut ketika Nino menatapnya dalam, membuatnya jadi ikut terbawa suasana. Yosefril merasa ia harus sadar diri bahwa Nino sudah memiliki kekasih.

"Oh, terus kenapa kamu nggak tanya gimana model perhiasan kesukaan pacar kamu? Aku takut seleraku dan selera pacarmu berbeda," ungkap Yosefril seraya mundur satu langkah, mencoba menjaga jarak dengan Nino. Yosefril takut terjadi salah paham kalau ia dekat dengan seseorang yang tak lagi berstatus single.

Yosefril menundukkan kepalanya, melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore lebih 10 menit. Tandanya 20 menit lagi kerja praktik akan segera dilaksanakan. Ia tak ada waktu lagi untuk bercakap-cakap banyak dengan Nino.

"Eh, nggak-"

"Hm, aku pergi dulu ya? Mau ke rumah Andre ada kerja kelompok. Bye Nin," Yosefril melambaikan tangannya ke Nino lalu dengan sedikit terbirit-birit berlalu meninggalkan Nino yang sedang terpaku.

Pria yang tadinya salah tingkah itu langsung memasang wajah murung. Ia kesal karena tidak bisa mendekati Yosefril. Rasa canggung dan sifat pemalunya yang membuat dirinya sendiri selalu gagal untuk dekat dengan Yosefril. Makhlum saja, Nino termasuk introvert boy yang tidak terlalu memiliki teman dan sedikit anti sosial.

Tapi anehnya, dia memilih ingin berteman dekat dengan Yosefril daripada dengan 100 siswi lainnya di Saint ElMaddy SHS. Ia berpikir bahwa Yosefril bisa menjadi sosok teman yang baik baginya. Kemudian ia kembali fokus memilih perhiasan untuk someone yang masih dirahasiakan oleh pria introvert ini.

Sementara Yosefril tengah dalam perjalanan menuju ke rumah Andre. Ia berlari kecil karena takut terlambat dan teman-temannya menunggu terlalu lama. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore kurang 5 menit, tandanya kerja kelompok akan segera dimulai 5 menit lagi. Sedangkan ia sudah berada di depan pagar hitam yang sedikit usang dan berkarat. Ya, Yosefril sudah tiba di rumah Andre.

"Eh, hai, teman-teman. Apakah aku terlambat? Apakah kalian menunggu lama?" tanyanya sambil mengatur nafasnya yang terlihat tak beraturan.

"Hai, Sef. Kamu datang tepat waktu. Yuk, kita mulai!" ajak Andre sambil menyodorkan segelas minum berisi es sirup apel pada Yosefril.

Yosefril menerimanya dan langsung meneguk setengah gelas. Tiba-tiba kedua bola matanya mengarah pada suatu kain hitam mirip seperti jubah yang diletakkan di atas lemari. Apa? Jubah? Seketika pikiran Yosefril langsung menuju pada pria psikopat yang akhir-akhir ini datang dan meneror kehidupannya. Jubah yang dilihatnya saat ini mirip sekali dengan jubah yang digunakan pria psikopat itu. Ia mengira bahwa apakah Andre biang keroknya?

Apakah kalian juga masih ingat kedatangan Aubrey dan Dion yang membawa buket bunga lily pada saat Yosefril jatuh sakit? Padahal, bunga lily di depan jendela kamarnya waktu itu baru saja rusak karena ulah pria psikopat itu. Semua ini aneh dan seperti bukanlah suatu kebetulan. Lalu pria psikopat itu juga tidak lagi datang menerornya semenjak dirinya jatuh sakit. Pikiran Yosefril benar-benar bercampur aduk saat ini. Kini ia langsung menarik kesimpulan bahwa Andre, Aubrey dan Dion sedang bersekongkol ingin menjahatinya.

Tapi, apakah sahabatnya sendiri bertingkah setega itu? Mengusiknya hingga Yosefril benar-benar syok dan ketakutan. Bahkan Yosefril sampai merelakan dirinya untuk tidak tidur semalaman karena benar-benar merasa terjaga.

Tapi siapa sangka apabila ternyata sahabat baik kita sendiri adalah musuh dalam selimut?

Yosefril tidak ingin menguak masalah jubah itu sekarang. Ia memilih untuk fokus terlebih dahulu pada tugas kelompoknya. Ia cukup lelah dengan semua ini. Hidup bersanding dengan orang-orang usil yang entah memang sengaja atau tidak, dengan setega ini melakukan tindakan keji padanya.

Ternyata Andre bengis. Bersandiwara baik di depanku, tapi di belakang ingin membuatku mati. Aku tidak takut. Jangan sekali-kali bermain-main denganku, batin Yosefril sambil mengepalkan tangan kanannya.

Kegiatan kerja praktik berlangsung cukup serius. Andre kelihatannya memang sangat baik dan peduli pada Yosefril. Tetapi sekarang tak lagi sama bagi Yosefril. Andre adalah orang yang berbahaya, pikirnya.

"Fiuhh, akhirnya hampir selesai juga tugas ini. Capek banget daritadi gagal terus," ungkapnya sedikit lega sambil cengingisan. Ia mengusap keringatnya yang bercucuran di pelipisnya karena kelelahan.

Yosefril hanya mengangkat satu alisnya sambil memasang muka datar. Semenjak dirinya mengatur pikiran bahwa Andre adalah tersangka utama yang menerornya tiap malam, Yosefril tak lagi ingin peduli dan bertingkah dingin pada Andre. Rencananya hari ini juga ia ingin memutuskan tali persahabatan dengan Andre.

"Makan malam dulu yuk. Mama aku udah siapkan hidangan spesial buat kita," ucapnya ramah sambil merangkul pundak Yosefril. Tentu saja Yosefril langsung melepas rangkulan Andre dan menjauh dari Andre. Rasanya ia ingin pulang ke rumah dan tak ingin menatap Andre untuk selamanya.

"Sef, kamu kenapa?" selidik Andre yang sedikit curiga dengan gerak-gerik Yosefril yang berubah menjadi aneh sejak tadi sore.

"Nggak. Nggak apa-apa," jawab Yosefril ketus dan berusaha memalingkan wajah kesalnya dari Andre. Ia benar-benar sudah muak dengan Andre yang ternyata munafik.

"Udahlah aku mau pulang." lanjutnya lalu pergi menginjakkan kaki dari rumah Andre. Namun, Andre buru-buru langsung mencengkeram lengan Yosefril. Ia benar-benar penasaran, ada apa dengan Yosefril? Ia tidak suka digantungkan tanpa alasan yang jelas.

"Aku nggak yakin kalau kamu baik-baik saja. Ayolah, sebenarnya ada apa?" tanyanya sambil menatap kedua manik mata Yosefril dalam. Namun Yosefril langsung menepis tangan Andre dan berlari pulang ke rumah.

WHO's The Psychopath? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang