PROLOG

72 12 1
                                    

"Untuk damai dengan hati, untuk damai dengan seseorang. Sayangilah mereka, siapapun itu,—

***

HARI ini Bintang dan Cara tidak berangkat bersama. Cara sendiri yang meminta agar Bintang tidak menjemput Cara. Cara ingin berangkat bersama Ayahnya dan adik laki-lakinya.

Caramel yang sering dipanggil dengan Cara. Bacanya bukan Cara ya tapi Kara. Hanya saja penulisannya pakai Huruf C.

"Ayah, ayo aku udah siap nih!"

Cara baru saja memakai sepatunya dan merapikan bajunya.

"Sebentar, Arka belum selesai makan!" Kata pria itu yang sudah memasuki umur berkepala empat.

Pria yang selalu memberikan apapun yang terbaik untuk Cara dan keluarganya. Pria yang selalu menemani dan menghibur Cara saat Cara sedang sedih, senang, ataupun sedang bermasalah dengan Bintang. Pria yang memiliki nama Yudha, Ayah Cara.

"Arka cepetan bisa gak sih? Nanti gue telat gimana?" Omel Cara pada Arka.

Setahun lagi, Arka lulus dan masuk ke dunia SMA, menyusul Cara. Nah kalau Cara, dia kelas 11. 11 IPA 3.

"Tau gitu lo bareng Kak Bintang aja kenapa sih, ribetin,"

Tiada hari tanpa berkelahi. Tiada hari tanpa adu mulut. Cara dan Arka tidak pernah akur, masalah kecil pun bisa mereka besar-besarkan. Walaupun seperti itu, mereka tetap satu darah, satu daging. Mereka saling menyayangi.

"Bunda, aku berangkat dulu ya," kata Cara sambil mencium tangan dan pipi wanita itu.

Tina, Bunda Cara.
Wanita yang selalu Cara jadikan sebagai tempat ia bercerita tentang apapun itu. Wanita terhebat dalam hidup Cara, wanita yang sangat Cara cintai.

"Iya, hati-hati ya!"

Cara selalu merasa beruntung memiliki keluarga yang begitu harmonis. Keluarga yang selalu menerima Cara. Cara selalu berdoa agar keluarganya selalu seperti ini. Semoga.

"Eh belajar yang bener, gak usah bikin masalah lo di sekolah, entar gak lulus!" kata Cara ketika sudah sampai di gerbang sekolah.

"Lo sekarang mau sekolah apa mau nyumpahin gue?" Balas Arka yang tak ingin kalah.

"Hahaha kalau disuruh milih ya jelas gue pilih dua-duanya lah. Yaudah Cara berangkat ya Yah,"

Sebelum Arka benar-benar menutup jendelanya. Cara sempat menunjuk-nunjuk ke arah Arka dengan jari tengahnya sambil cengengesan.

"Awas lo ya!" Kata Arka yang langsung menutup jendela, dan pergi meninggalkan Cara bersama dengan Yudha.

Cara mulai berjalan menuju ke kelasnya. Banyak yang menyapa Cara, dan Cara selalu melempar senyum yang ia miliki pada siapapun.

Siapa yang tidak kenal dengan Cara. Gadis yang memiliki bakat menyanyi, ditambah dengan paras cantiknya. Cara selalu disapa dan menyapa, hal itu yang membuat Cara semakin di kenal oleh siswa di sekolahnya.

"Hai,"

"Loh tumben kamu udah sampai," kata Cara.

Lelaki yang berada di hadapan Cara saat ini adalah Bintang, pacarnya.

"Iya dong, kan mau ketemu pacar," kata Bintang sambil tertawa melihat pipi Cara yang mulai memerah.

"Kamu berangkat sendiri?" Tanya Cara.

Cara berharap, Bintang berangkat sendiri. Waktu itu pernah, Bintang berangkat bersama Laudya, sahabat Bintang. Walaupun mereka bersahabat sejak lama, namun ada rasa cemburu di hati Cara yang harus Cara pendam dalam-dalam. Namun, Cara tidak menunjukkan sikap cemburunya itu. Cara tau, Bintang hanya akan kembali pada Cara.

Bintang mengangguk, "Iya sendiri,"

Syukurlah, itu yang Cara ucapkan dalam hati. Lalu dengan cepat Cara menggeleng,

"Cara nggak boleh mikir yang aneh-aneh," batin Cara.

"Oh iya nanti pulang sekolah aku ke rumah kamu ya?" Tanya Bintang.

"Ngapain?"

"Belajar," kata Bintang sambil mengangkat-angkat alisnya.

"Belajar apa main?"

"Dua-duanya juga boleh,"

"Udah yuk ke kelas, keburu masuk nanti," ajak Cara.

"Yah padahal masih mau pacaran tau!"

Cara masuk kelas dan menjulurkan lidahnya ke Bintang. Bintang menatap Cara gemas. Gadis cantik itu selalu membuat Bintang semakin sayang padanya. Gadis kesayangannya.

Bintang sangat menyukai Cara seperti semut yang sangat menyukai gula. Namun, semut juga menyukai yang lain bukan? Sepeti itulah Bintang.

Bintang-nya Cara.

For You, CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang