Tahun 2006. San Fransisco.
2 tahun sebelum bertemu Direktur of SHIELD.Tubuhku terasa pedih.
Kepalaku berputar tanpa henti.
Kupingku berdenging dengan hebat.
Aku menopang tubuhku dengan lutut dan telapak tangan. Bebanku terasa lebih berat dari biasanya.
"Astaga, apa yang terjadi?" dengan sisa tenagaku, aku berusaha berdiri ,lalu terdengar suara tawa keji dalam benakku yang mengejutkan.
Anak bodoh, kau tahu persis apa yang terjadi
"A...Apa?"
Aku mengerjapkan mataku dengan panik sampai penglihatanku membaik. Aku mulai melihat secercah cahaya dari keremangan lampu,yang menerangkan ruangan disekitarku.
Bukalah matamu.
Aku dapat merasakan petir menyambar tubuhku. Begitu mengerikannya pemandangan didepanku sehingga aku merasa ingin kembali pingsan.
Tepat didepanku, ada 5 tubuh tidak bernyawa yang berbaring saling tumpuk satu sama lain. Aku bisa mengetahui persis apa yang terjadi pada mereka dari kulit di sekujur tubuh mereka yang gosong kemerah-merahan. Luka mereka masih tampak segar, bahkan di beberapa tempat, api kecil masih hidup. Pemandangan ini membuatku mual dan menitikan air mata. Bau gosong dicampur busuk menyengat hidungku, membuatnya berair.
ASTAGA! APA YANG TELAH KAU LAKUKAN?
Melaksanakan perintahmu.
INI BUKAN YANG KUMINTA. TIDAK SEJAUH INI!
Air mata menetes dengan deras dari mataku. Rasa bersalah dan marah menyelimuti hatiku. Bertapa bodohnya diriku mempercayai monster terkutuk ini. Bertapa teledornya aku untuk meminta tolong kepadanya. Seharusnya ini tidak terjadi. Seharusnya tidak sekeji ini. Aku menutup mata agar aku tak perlu melihat tumpahan darah di depanku.
Ucapan terima kasih sudah cukup.
AKU HANYA INGIN KAU MEMBALAS MEREKA! MENYAKITI MEREKA! BUKAN MEMBUNUH!
Dan aku menurutimu untuk menyakiti mereka. Bukan urusanku jika mereka sampai mati. HAHAHA... DASAR NAIF.
Suara tawanya yang mengerikan memenuhi pikiranku. Aku menutup telinga sambil menangis, "Ti..tidak. Ini tidak terjadi," hatiku sesak memikirkan mayat-mayat tersebut. Sebagian dari mereka memiliki keluarga.
Aku sudah tidak kuat lagi akan penderitaan yang aku alami selama ini. Aku tahu tepat saat itu, bahwa makhluk dalam diriku ini bukanlah monster yang bisa dijinakkan. Ia adalah makhluk ganas yang harus di singkirkan. Mataku jatuh ke pistol yang dekat dengan kakiku. Hatiku ragu seketika.
Kau yakin kau sanggup melakukannya?
Aku merasakan makhluk itu tersenyum licik. Segera aku membungkuk dan meraih pistol itu, dengan gemetar aku mengarahkannya ke kepala. Meyakinkan diri bahwa dengan ini setan itu akan musnah, aku menarik pelatuknya dan...
BANG...
Teriakan keras keluar dari bibirku tepat ketika tubuhku jatuh tersungkur, aku merasakan aliran panas menguasai kepalaku, lalu rasa nyeri bukan main yang membuatku menjerit kesakitan. Aku merasakan sisi kepalaku basah oleh aliran darah yang membuatku semakin menjerit kesakitan. Aku memegangi kepalaku sambil mengerang-erang, rasa ketakutan, shock, heran memenuhi adrenalinku. Bukankah seharusnya aku langsung mati? Kenapa rasa sakit ini begitu lama? Aku terus menunggu sang jubah kematian untuk merentangkan dirinya dan menyelimuti diriku, namun kehangatanya tidak kunjung datang. Kemudian aku merasakan denyut nyeri yang mengambil alih keluruh kesakitan di kepalaku. Di situ aku menyadari, meskipun rasanya begitu dekat, namun kematian sedang jauh dariku.Tak peduli bertapa kerasnya aku memohon untuk dirinya datang menjemput, ia bahkan tidak ingin melirik wajahku. Air mata kembali mengalir di pelupuk mataku. Aku mengeluarkan suara raungan yang mengores hati sambil menahan penderitaan yang tak kuatku hadapi. Di situ suara makhluk itu kembali terdengar, dengan nada kosong tanpa hati, ia berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
White Shadow (Avengers FF)
FanficSejak aku menerima tawaran seorang pria aneh dengan penutup mata hitam untuk berlatih sebagai agent SHIELD,hidupku berubah. Kekuatan dalam diriku yang telah kurahasiakan selama bertahun-tahun tampaknya sudah terkuak karena tanpa sepengetahuanku, nam...