2. Tantangan Pak Andi

88 15 7
                                    

Terkadang hidup perlu sebuah tantangan untuk meningkatkan kemampuan.

🍃🍃🍃

"Lo mau pesen apa? Biar gue yang pesen terus lo cari kursi. Rame banget ini."

Keadaan kantin yang sangat ramai di jam istirahat sebenarnya membuat Dara malas beranjak dari kelas, namun sekumpulan rumus fisika membuatnya sangat lapar sehingga di sinilah Dara, terjebak dalam keramaian kantin bersama dengan Kania.

"Samain aja deh, Kan. Pusing gue," keluh Dara.

"Tumben, biasanya juga cerdas," ejek Kania. "Ya udah gue tinggal, tuh ada kursi kosong. Tempatin gih."

Dara mengikuti arah pandang Kania dan segera melangkahkan kakinya menuju meja kosong tersebut.

Melihat kondisi kantin yang sangat ramai membuat Dara yakin jika Kania akan kembali dalam jangka waktu yang lama, tak ingin dilanda bosan gadis itu mengambil ponsel dan memainkannya.

"Hai, Dar."

Mendengar panggilan itu membuat Dara menoleh, menemukan Rafa dan seorang teman yang tengah menatap ke arahnya. "Eh, Rafa."

"Gue sama temen gue boleh duduk sini? Semua meja penuh,"  tanya Rafa.

Dara mengangguk, "duduk aja. Gue cuma berdua kok sama temen gue."

Rafa mengangguk, menarik kursi untuk dirinya duduki diikuti dengan temannya yang melakukan hal serupa.

"Oh iya, Dar, kenalin Aldy temen gue," ucap Rafa.

Seorang bernama Aldy itu mengulurkan tangannya pada Dara, membuat Dara membalas uluran tangan itu. "Dara."

Selepas perkenalan singkat itu suasana kembali hening, Dara yang kembali sibuk dengan ponsel miliknya, Rafa yang kesulitan mencari topik pembicaraan, dan Aldy yang tidak berniat untuk berbicara panjang lebar.

"Satria, kemana sih? Lama banget, laper nih gue," celetuk Aldy tidak sabaran.

Rafa dan Dara kontan melempar pandangan pada Aldy. "Sabar dikit kali, Dy," suruh Rafa.

Memilih mengabaikan ucapan Rafa yang justru membuatnya emosi nanti, Aldy memilih untuk memainkan ponselnya kembali.

Mendengar suara sendok yang berdenting, bersamaan dengan nampan yang diletakkan di meja. Aldy segera mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Lo, kemana aja sih? Gue laper, bambang!" kesal Aldy pada Satria yang datang bersamaan dengan Kania, sang kekasih. "Pantesan aja lama, orang pacaran dulu."

"Masih untung gue antriin. Coba kalo gak? Lo mau ngantri serame itu?" kesal Satria.

"Udahlah, Dy. Makan tuh, resek lo kalo laper," tegur Rafa membuat Aldy dengan cepat menarik semangkok bakso dari nampan dan memakannya.

"Lo kenapa malah duduk di sini?" tanya Satria pada Rafa di sela-sela makannya.

"Meja penuh semua tadi, ya udah bareng aja sama Dara."

"Bohong, mau modus dia sama calon gebetannya," celetuk Aldy asal.

"Itu mulut benar-benar minta disuapin sambel semangkok ya," kesal Rafa sembari mengaduk-aduk sambal seolah ingin mewujudkan perkataannya.

Satria tertawa melihat kekesalan Rafa, "maafin temen-temen somplak gue ya. Emang rada aneh kelakuan mereka," ucapnya pada Dara dan Kania.

Dara mengangguk, memaklumi hal tersebut. Berbeda dengan Kania yang mencibir pelan, "kayak kelakuan dia bener aja."

Cibiran itu terdengar jelas di telinga Satria, "omong apa hm? Ulang lagi coba, aku mau denger," goda Satria sembari mendekatkan diri pada Kania, memojokkan gadis itu.

CerrusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang