2. Agusta Raka

59 8 0
                                    

"S-siapa it-itu?" Difie mulai membalikkan tubuhnya dengan sedikit rasa takut.

Dan betapa kagetnya Difie, ketika melihat sebuah cahaya putih yang sangat terang sampai membuatnya menutup mata. Bukan, bukan cahaya senter atau apapun. Difie yakin itu. Cahayanya melayang, dan bergerak-gerak, jika diperhatikan lebih detail, cahaya itu seperti mengangkat sebuah botol kecil berisikan air bening, yang botolnya ditali dengan pita merah.

-0.0-

"Fie! Bangun Fie! Lo ga papakan?"

Terdengar suara suara orang yang tak asing bagi Difie. Teriakan khawatir itu? Ada apa?

Difie perlahan membuka matanya. Dan langsung menatap wajah Aya.
Tenda. Mereka berada di dalam tenda saat ini, hanya ada mereka berdua.

"Aya-"

"Difie! Lo dah bangun?! Lo gak papa?! Hah?!" Tanya Aya penuh khawatir.

"Hm, gue gak papa. Emang gue kenapa?" Tanya Difie sambil mencoba duduk.

"Hiszh, sok banget si lo! Tadi aja bilangnya gak takut, tapi malah pingsan ditengah hutan! Kenapa? Huh?"

Sedangkan Difie hanya mengerutkan keningnya. Bukankah dia pingsan karna. . . Ah sudahlah.

"Gue gak ketakutan Ay! Gue cuma-"

"Apa? Ngantuk? Lo tu bikin gue khawatir tau gak sih Fie!"

"Lah, Ay jan nangis di sini elah! Woi! Udah udah." Difie memeluk Aya yang kini sedang menangis.

"Loh, Difie! Sudah bangun nak?"

"Sudah bu, hhe" jawab Difie cengengesan.

"Kenapa kamu tadi? Sampe pingsan di tengah hutan? Kecapean?" Tanya Bu Evi.

"Uh, i-iya mungkin bu, hhee"

"Huh, kamu ini senyam senyum! Bentar Ibu bikinkam teh hangat dulu."

"Iya bu terimakasih."

Setelah Bu Evi keluar tenda, barulah Aya-

"Fyuhhh!"

Difie hAnya terkekeh meliban temannya itu, pasalnya dari tadi dia bersama Difie, namun Bu Evi mengabaikannya. Tidak ada orang yang suka diabaikan.

"Demi apapun gue yakin, kalo dia balik ke sini, dia cuma bawa satu gelas teh anget!"

-0.0-

22.00

Difie terbangun karena kelaparan. Difie keluar tenda dengan tujuan untuk membuat makanan.

Dimana Aya? Dia sudah tidur sejak tadi, sejak dia kecapean mengkhawatirkan Difie, dan juga sejak dia ngambek pada Bu Evi.

"Eh-" kaget Difie.

Ada seorang cowok sedang duduk membelakanginya sedang memasak pula rupanya. Bukan apa-apa, Difie bisa saja mengabaikannya, tapi masalahnya. Cowok itu duduk di tempat Difie seharusnya memasak makanannya.

"Permisi." Tegur Difie hati-hati.

"Eh iya?" Cowok itu berbalik dan menatap Difie.

"Eh kamu mau masak ya?" Tanya cowok itu sambil berdiri menghadap Difie.

"Iya." Jawab Difie sambil tersenyum.

Genre : Fantasy to RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang