4. Deeva Nona

34 7 0
                                    


Setelah sadar sepenuhnya. Deeva membulatkan matanya. Hembusan nafas terdengar di telinganya.

"Sudah terlambat nona."

"S-siapa l-lo?!"

___

"Hmhhh... Dimana ini?" tanya Deeva yang baru saja tersadar.

"Hah?! Gue dimana?!!" teriak Deeva terkejut, sambil berdiri menatap pagar besi di depannya.

"Gue dimana astaga? Dimana Raka?"

"Rakaaaa!! Lo dimana!!" Teriak Deeva kencang.

"Wah wahh, sudah sadar ternyata kau hahahaa" ucap seseorang.

"S-siapa lo? Sini kalo berani! Jangan cuma suaranya doang!" Tantang Deeva.

Sebuah asap hitam muncul tepat di depannya dan berubah wujud menjadi seorang pria berjubah hitam dengan tudung menutupi wajahnya yang menunduk.

Sontak Deeva memundurkan langkahnya.

"S-siapa lo?!"

"Bisakah berbicara lebih sopan, nona?" Ucapnya sambil mendongakkan kepalanya.

"Gajelas banget sih, siapa lo!"

"Kau benar-benar tidak tau tata krama bocah kecil."

"Apaan sih!! Lepasin gue dan biarin gue keluar dari sini!!"

"Apa kau pikir. . . Semudah itu?" Tanya pria itu dengan senyum meremehkan.

"Keluar dari sini, tidak akan pernah semudah memasuki wilayah ini. Setelah 99 tahun lalu berdiaman, ada juga diantara mereka yang berani menunjukkan mukanya sebelum waktu yang ditentukan. Itu benar-benar membuatku terkejut dan penasaran, seberapa hebat kau? Beraninya datang kesini seorang diri?" Lanjutnya.

"Gue gak pernah sengaja kesini! Gue gak tau tempat ini! Dan gue sama sekali gak ada niatan buat perang!"

"Begitu ya? Bukankah, pria itu sudah memperingatimu? Akan bahayanya wilayah ini? Dimanakah telingamu?"

"Apa? Gue gak paham apapun!"

"Kau benar-benar tuli."

Sedangkan Deeva hanya memutar bola mata, malas menanggapi ehekan pria itu padanya.

"99 tahun yang lalu, terjadi perang hebat antara bangsa Frada dan Bastrax, pertumpahan darah dimana-mana. Namun semuanya sia-sia, tidak ada yang menang, semua kalah, dan semuanya terluka. Sejak saat itu, ketua pimpinan Frada dan Bastrax membuat Perjanjian Pemulihan, yang berisi bahwa kami sepakat akan menjalankan sistem Damai Sementara, dan juga berisi bahwa kedua bangsa, Frada dan Bastrax dilarang untuk memasuki wilayah lain sebelum tahun ke-100, dalam rangka pemulihan semua utusan pasukan. Dan baru, setelah 100 tahun, kami akan memulai kembali perang 100 tahun yang lalu itu." Jelas pria itu pajang lebar.

"Namun, jika ada satu saja diantara kami yang melanggarnya, sengaja atau tidak. Itu sudah seperti pancingan untuk segera memulai perangnya kembali. Perang besar, yang membutuhkan waktu 100 tahun untuk memulihkan lukanya. Sebentar lagi, akan terulang kembali." Lanjutnya.

Sedangkan Deeva menatap pria itu tanpa berkedip sendari tadi, benarkah? Apa yang dia katakan itu?

"Jadi, apa yang harus gue lakukan?" Tanya Deeva.

"Tunggu disini, dan tunggu Tuan besar datang mengurusmu. Mengurus kematianmu." Ucap pria itu serius.

"Satu lagi, ubah gaya bicaramu. Atau kematianmu akan dipercepat." Lanjut pria itu.

"Lo ngomong apa sih!!"

"Sudah ku bilang! Ubah gaya bicaramu!!" Bentak Pria itu.

"O-okee"

Entah kenapa Deeva merasa takut kali ini. Pada seseorang yang tidak ia kenal.

"Alex. Namaku." Ucapnya sedikit melembut sambil mengulurkan tangannya.

"Difie." Sambil menjawab uluran tangan pria itu.

"Jangan anggap aku tak tau, siapa kau. . . . Deeva nona." Ucap pria itu sedikit berbisik.

[a/n]

Gada typo kan?

Voment juseyoooo, don't be siders ok?

Genre : Fantasy to RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang