Bab 1

68 16 4
                                    

Suara burung terdengar bersahutan, saat matahari mulai menyembul dari pepohonan yang rimbun dihiasi daun segar menggelantungi ranting. Udara pun semerbak membawa berbagai macam bau yang segar dari sentuhan basah akan embun sisa malam tadi.

Tampak dari kejauhan wanita dengan paras cantik  sedang menyisiri rambut saudari nya yang mempunyai warna rambut sama dengannya, perak. Mereka tampak bercakap dan saling bersenda gurau di depan serambi rumahnya.

"Karen! Catrina! Makanan sudah siap nak"

Teriakan panggilan yang keluar dari bibir seorang wanita paruh baya mengagetkan mereka, langsung saja mereka bergegas ke dalam rumah. Indra penciumannya langsung menangkap bau yang sedap dan lezat.

Ternyata ini yang membuat mereka tampak terlihat ingin segera menyantapnya. Bagaimana tidak, itu adalah soup Rassolnik yang dibuat dari larutan acar mentimun, acar umbi,  pearl barley (sejenis biji-bijian) serta daging sapi yang terlihat menggiurkan.

Di meja ini, duduklah mereka beserta ayah dan ibunya. Mereka pun segera menyantap. Sebelumnya, Mereka berdoa di dalam hati. Ini adalah bentuk rasa syukur mereka dengan berdoa dan berterimakasih kepada sang pencipta.

Mereka terlihat bahagia, kadang tertawa terbahak-bahak. Mereka terus bercerita sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

Di sisi lain, dari kejauhan tampak beberapa orang berjalan mendekat ke rumahnya. Mereka berpakaian serba warna hitam menggunakan cape panjang serta topi bundar yang menghiasi kepalanya. Tak lupa kacamata hitam pun ikut bertengger di atas hidungnya.

Tok.. Tok.. Tok..

"Karen Wilhelmina Eduarda!"

Sejenak, keluarga yang sedang menyantap makanan itupun berhenti melakukan aktivitasnya. Wanita yang merasa dirinya terpanggil langsung memberi isyarat bahwa dia yang akan keluar. Menemui orang yang bertamu dirumahnya.

"Apa betul ini dengan Keluarga Wilhelmina?" Lelaki tinggi besar itupun segera melontarkan pertanyaan setelah dirinya membuka kan pitu dan belum paham apa yang sedang terjadi. dia  yang awalnya ketakutan, mulai mereda ketika salah satu dari mereka memperkenalkan diri dan melepas kacamata nya. Ada 3 lelaki bertubuh tinggi besar yang kini berada di hadapan Karen.

"iya.. Betul, ada yang bisa saya bantu?" Karen memang tampak berani, namun jauh di pelupuk matanya tersimpan ketakutan. Serta di dalam hatinya merasa ada yang mengganjal.

Salah satu dari mereka mengeluarkan sesuatu dari balik cape hitam yang mereka pakai. Sebuah surat!

Lelaki itu pun menyodorkan kepada Karen surat itu, Karen mengernyitkan alisnya. "untuk siapa?" katanya sembari menerima surat itu.

"silahkan dibaca, kami sudah selesai melakukan tugas. Terimakasih"

Para lelaki itupun segera berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Karen yang tampak bingung dengan kejadian ini.

"siapa Karen?" ibunya tampak menyusul dirinya.

"disini tertulis surat ini untukku, siapa yang mengirimkan surat ini? Oh aku lupa tidak menanyakannya." rutuk Karen.

Ibunya pun memandang surat itu, lalu mimik mukanya berubah. Segera saja dia menyerobot surat itu dan membawanya ke ruang makan. Karen pun mengikutinya dari belakang.

" kenapa ibu? Itu dari siapa?" tanya nya tak sabaran.

" ayah! Ayah! Lihat! Anak kita dipanggil oleh keluarga Romanov! " ucap ibunya sambil berapi-api terlihat dari raut bahagianya. Namun yang terjadi dengan Karen justru sebaliknya. 'apaa???'

Karen tampak duduk, dan mulai mendengarkan apa isi dari surat itu.

Karen Wilhelmina Eduarda, silahkan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan putra terbaik Keluarga Fjodor Romanov di persinggahan Istana Romanov. Sabtu pukul 16.00

Secret MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang