Byuuurrr...!!
Karen tersadar dari tidurnya, sembari nafasnya tersengal-sengal karena air yang memasuki hidungnya serta kaget akan air yang baru saja mengguyurnya.
Matanya kini terbelalak ketika Dinasti berada di depannya sembari menyeringai menyeramkan. Terlebih lagi dirinya tidak bisa berkutik apa-apa di sini.
Kedua tangannya terikat dengan erat ke belakang, serta kakinya juga terikat dengan kaki kursi yang kini di dudukinya.
"apa ini? Lepaskan!" ronta Karen, dirinya berusaha melepaskan ikatannya. Namun semakin dirinya bergerak ikatan itu semakin erat memperkecil laju aliran darahnya.
Dinasti meletakkan ember yang tadi digunakan untuk membangunkan Karen. Hari sudah beranjak siang, dan dirinya kesal karena Karen tak kunjung bangun.
"nyenyak sekali tidurmu." kata Dinasti dingin. Dirinya mengelap tangannya dengan lap kering. Lalu berbalik ke arah Karen yang tengah shock dengan apa yang terjadi. Dinasti menikmatinya.
"awas kau Dinasti, aku tak akan tinggal diam. Aku tidak bisa kau perlakukan seperti ini!" ancamnya yang terlihat seperti rintihan.
Dinasti terkekeh, "tenang saja, aku tidak akan melakukan lebih jauh. Hanya berusaha membangunkanmu."
"setelah aku membuka tali ini, kau bisa keluar dari sini. Mandilah, aku tidak ingin membawamu yang terlihat seperti gembel."lanjutnya sembari bersiap membuka simpul tali di belakang Karen.
Hembusan nafas Dinasti yang hangat kini menerpa lehernya, membuat Karen meremang. Dirinya sangat tidak nyaman dengan kondisi ini. Untung saja itu tak berjalan lama.
Jemari Dinasti kini berpindah di tempurung lutut karen, lalu mengelus hingga pergelangan kakinya, sembari dirinya berjongkok untuk membuka simpul tali itu.
Karen terdiam menahan, "jangan macam-macam kau! Aku bisa sendiri. Minggir!" Dinasti hanya memandang Karen dengan tatapan dingin.
Karen segera mengalihkan pandangannya dan segera melepas simpul tali yang kini masih mengekang kaki kanannya.
Apa yang dilakukan Dinasti memang sengaja. Dirinya hanya senang menikmati permainan ini. Selagi masih ada waktu.
Selesai Karen membuka simpulnya dirinya segera berdiri. Rambut dan tubuh yang basah membuat dirinya semakin seksi. Lekukan tubuhnya tercetak jelas di depan mata Dinasti, apalagi baju yang sejak kemarin compang-camping tak sempat dia ganti.
Sebagai lelaki normal, tentunya hal itu membuatnya bergairah, namun dirinya masih bisa menahan walau itu jauh di luar batas normal.
Dengan pandangan matanya, Dinasti mengisyaratkan Karen untuk keluar dari gudang dan segera membersihkan diri. Ini adalah harapan Karen sejak lama. Keluar dari pengasingan ini.
Saat sedang membersihkan badannya. Karen melupakan sesuatu. Dirinya sama sekali tak membawa pakaian ganti. Maupun pakaian dalam. Dia merutuki dirinya sendiri.
Terdiam lama dikamar mandi, dia tak mungkin meminta pertolongan kepada Dinasti. Terpaksa dirinya harus keluar hanya dengan berbalut handuk ini.
'tidak tidak! Itu sama saja aku menjual diri dengan hanya memakai itu di hadapannya. Aku tak membiarkan pikiran liarnya tercetak.' batin Karen.
Namun hingga mandi selesai pun, dirinya tak mendapat jawaban. Hanya satu cara itu saja. Yang bisa dia pikirkan. Selain itu dia tak mengerti harus membalut tubuhnya menggunakan apa.
Dia menggigit jarinya, tanda bahwa dirinya sedang berpikir keras. Tidak ada pilihan lain, dia harus keluar hanya dengan berbalut handuk.
Dia mengendap-endap seperti pencuri yang akan masuk ke dalam target rumahnya. Matanya awas mencari-cari sosok Dinasti. Sekarang langkah kakinya sudah memasuki ruangan tengah. Matanya menangkap satu buah kemeja besar berwarna putih yang tergeletak di sofa bed.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Moments
RomanceTak disangka, ketika kehidupan 25th mu berubah menjadi mengerikan. Perkenalan dan peristiwa yang datang tak memberikan mu pilihan lain. Diam, jalani namun tersakiti dengan berbagai penderitaan. Mungkin saudara mu bisa membantu. Oh tidak! Kau pun tak...