Bab 5

45 10 8
                                    

Air dingin yang mengalir dari air terjun itupun kini menciptakan arus yang deras ketika bebatuan yang memecah arus itu tak terlihat lagi.

Jauh dari air terjun itu, Karen tengah mempertaruhkan hidupnya agar tak diambang kematian.

Bibirnya berusaha meraup udara sebanyak-banyaknya, tubuhnya dia usahakan agar terus berada di atas permukaan dengan bantuan tangan serta kakinya yang bergerak tak beraturan.

Kini dirinya menangis, arus inilah yang membawa Karen terpelanting kesana kemari. Menyisakan luka yang sangat menyakitkan di sekitar tubuhnya.

Di lain sisi, Dinasti yang tak kunjung melihat Karen keluar dari permukaan segera berlari mencarinya. Tubuhnya yang lincah itu segera meloncati beberapa jalan yang putus dengan cepat. Mata tajamnya tak lepas dari air yang mengalir deras.

Ketika matanya menangkap Karen yang tidak bergerak dan mulai tenggelam, dirinya segera terjun ke dalam air dan menyusul Karen dengan cepat.

Disambarnya tubuh Karen yang sudah tak sadarkan diri, lalu dibawanya ke tepian. Dinasti segera memberikan nafas buatan sembari berusaha untuk menyadarkan Karen.

Karen terbatuk mengeluarkan air yang sempat dia telan tadi. Rasanya paru-paru Karen seperti tertusuk menyakitkan. Tidak hanya itu, Semua tubuhnya mati rasa. Tidak lama, Karen kembali tidak sadarkan diri.

***

Semburat cahaya pagi kini menyentuh kulit mulus Karen. Masuk kedalam pori-pori kelopak matanya. Membuat Karen perlahan terbangun dari tidur panjang.

Ketika kesadarannya mulai kembali, dia mengeluh tertahan. Sakit di sekujur tubuhnya sangat terasa. Dia mulai membuka matanya perlahan.

Dia berada di ruangan berwarna gelap, dia kembali memutar otaknya. Dia tersadar, dia berada di ruangan Dinasti.

Matanya segera mengelilingi ruangan itu. Nafasnya tertahan ketika iris matanya menangkap keberadaan Dinasti yang tengah duduk di sofa tak jauh dari tempat tidurnya. Terlihat mata Dinasti yang tengah menatapnya dingin.

Dengan terpaksa Karen bangkit dari tidurnya. Dirinya terkaget lagi, ketika dirinya tidak memakai pakaian yang sama.

"kau mengganti pakaianku?" tanya Karen mengintimidasi.

Dinasti hanya tersenyum sinis menatap Karen. "aku tidak membiarkan seni ku ini terkotori olehmu"

"aku juga tak membiarkan tubuhku ini disentuh olehmu! Sejak kapan kau punya kekuasaan pada tubuhku?" ucap Karen dengan intonasi yang menekan. Bagaimana tidak, dia telah bersumpah mulai saat ini tak akan ada yang bisa menyentuhnya. Tak terkecuali Dinasti, seseorang yang merampas kehidupannya

Karen mengeluh lagi, sakit di sekujur tubuhnya belum sembuh. Dia menahan sakit sembari memejamkan matanya dan tak sengaja menggigit bibirnya.

Dinasti segera membuang pandangannya." harusnya kau bersyukur. Aku tak meletakkanmu di luar sana, menjadi santapan para karnivora. Mungkin sebaiknya kau ku kembalikan" Ucap Dinasti sembari bangkit, mendekati Karen.

Dengan wajah ketakutan Karen menggelengkan kepalanya cepat. "tidak terimakasih, aku masih ingin menjadi pelindung untuk keluargaku" ucapnya.

Dinasti terkekeh pelan. "pelindung katamu?" kini Dinasti duduk di depan Karen.

Karen yang merasa keamanannya terancam segera mundur perlahan sembari menahan sakit.

"bagaimana bisa kau menjadi pelindung, ketika kau lemah. Cengeng, tidak punya keahlian bertarung. Kau hanya jadi seonggok sampah yang bisa diperjualbelikan kesana kemari dengan kemampuan mu saat ini." Dinasti merendahkan Karen serendah-rendahnya.

Secret MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang