MAC4

1 0 0
                                    

(Kecewa)

Tampak dua insan tengah terlelap nyaman di atas kasur embuk itu. Sampai dirasakan suatu gerakan dari si wanita jika kini tidurnya telah terusik dengan sedikit cahaya mentari yang masuk disela jendela.

"Eungghh.." Lenguhan khas bangun tidur datang dari wanita tersebut

Perlahan namun pasti, mata indahnya lalu terbuka dengan setengah ketidaksadaran. Lantas dia mencoba bangkit dari tidurnya,tapi

Akkhhh..! Sakit?

Kenapa ada rasa sakit pada area sensitifnya? Belum dia sadari ada sesosok pria tengah tidur dengan posisi tengkurap disampingnya

"Siapa dia?" Wanita itu membatin dan berusaha mengingat kejadian semalam

Abi? Lantas wanita itu terkejut. Dia baru ingat apa yang dia lakukan dengan Abi yang sebelumnya telah berstatus sebagai pacarnya itu.

Iya, wanita itu adalah Ana yang kini telah menangis meratapi nasipnya yang malang itu.

Sekitar 3 Jam berikutnya
Abi baru saja bangun dari tidur lelapnya dan dia raba sekitar, tapi

Ana? Tidak ada. Mata Abi yang belum sepenuhnya terbuka, akhirnya melebar dan mencari sosok wanita yang resmi menjadi kekasihnya itu. Tapi Ana tetap tidak ada dimanapun.

Darah?

Abi baru menyadari apa yang terjadi semalam setelat dilihatnya bercak darah yang dia yaqini adalah darah Ana

"Apa yang sudah kulakukan?" Geram Abi dan menarik rambutnya frustasi

---

"Ka--k?" Panggil Ana dengan suara gemetar

Lantas sosok wanita muda yang berstatus kakak kandungnya itu menoleh segera. Dan betapa terkejutnya dia mendapati adik tersayangnya dengan kondisi yang sulit untuk dijelaskan akalnya sendiri. Mata merah sembab, bulir bening yang masih setia mendarat dipipinya, dan pakaian yang melekat di tubuhnya seperti sudah tak terbentuk penutup lagi

"Astaghfirullah Ana. Apa yang terjadi denganmu?" tanya Aina dengan prihatin setelah mendekat pada Ana

Namun yang ditanya malah melamun dengan sesenggukan khas tambahan tangisnya. Sedetik kemudian, tubuh lemas itu terjatuh dihadapan Aina

"Ya Allah. Ana, bangun Ana. Ana bangun" Berulang kali Aina menepuk pipi penuh basahan air matanya itu

Hingga terlihat Adam turun dari kamarnya dengan tergesa lantaran mendengar teriakan Aina yang mengundang kekhawatirannya

"Ya Allah. Ada apa dengan Ana sayang?" Ikut berjongkok di samping Istrinya

"Aku tidak tahu Mas. Dia datang dengan keadaan yang sudah kacau begini dan tiba-tiba saja dia pingsan Mas" Jelas Aina dengan cemas yang kentara

"Ayo kita bawa ke Rumah Sakit Mas. Aku takut terjadi sesuatu dengan Ana" Tanpa menunggu lama. Keduanya bergegas membawa Ana ke Rumah Sakit

Sekitar Setengah Jam lamanya Adam dan Aina menunggu di depan salah satu pintu ruangan yang kini di tempati perawatan untuk Ana

"Apa yang terjadi sebenarnya Mas? Ana akan baik-baik saja kan?" Tanya Aina serasa memaksa jika Adiknya itu dalam keadaan baik

"Insya Allah, percayakan semua itu Kepada_Nya yah sayang. Niscaya Ana akan baik-baik saja" Jelas Adam yang berusaha menenangkan istri dalam dekapannya itu dengan tak lupa mengelus lembut rambut Aina.

"Permisi, keluarga Saudari ana?" Ujar Dokter yang baru keluar ruangan Ana

"Iya kami Dok. Bagaimana kondisinya?" sergah Aina

Lalu Dokter mempersilahkan keduanya untuk ke ruang Dokter

"Apa ada penyakit yang serius Dok?" Tanya Adam

"Maaf sebelumnya. Apakah pasien adalah korban pemerkosaan?"

Keduanya kembali tercengang dengan pertanyaan Dokter yang lebih menjurus pada suatu pernyataan. Tapi, Pemerkosaan? Mungkin itu menjadi pertanyaan tersendiri bagi Suami Istri tersebut

"Ja--di hisk.. adik saya di--Perko-sa Dok?" Tanya Aina untuk memastikan dengan duka yang tak tertahan lagi. Walau dapat dipastikan, jawaban Dokter pasti sama. Iya.

Terbukti dari sebuah anggukan pasti dari kepala Wanita yang berjas putih itu

"Saya melihat sisa bercak darah pada sekitar area kewanitaannya dan sebagian warna merah keunguan yang menunjukkan bekas cumbuan. Maaf jika saya harus menyampaikan berita memilukan ini" Jelas Dokter yang selaku sesama wanita merasa sangat prihatin dengan kondisi Ana

"Mas... Bagaimana ini bisa terjadi?" Aina semakin tak bisa menahan luka bercampur kekecewaan dalam hatinya

Sedang Adam tetap berusaha menenangkan Istrinya dalam dekapan yang begitu hangat. Meski dia tahu, itu tak akan mengurangi derita pilu dari Aina

"Sabar ya sayang. Kita harus menenangkan Ana, bagaimana pun dia butuh kita untuk menjalani hidupnya setelah ini. Dia pasti sangat terpukul"

"Tapi Mas. Aku.. Hiks hiks..." Kian tak sanggup Aina berkata dan lebih menyelami dada suaminya yang sedari tadi dibahasi air matanya

---
Sementara di lain sisi

Tok tok tok! Tak ada jawaban apapun

"Kemana mereka?" Batinnya bertanya-tanya

Lalu dilihatnya seorang ibu tetangga lewat dan diapun menghampiri ibu tersebut

"Permisi, maaf mengganggu sebentar. Saya mau tanya Kak Aina dan lainnya kemana ya bu? Kok rumahnya sepi?" Tanya dia dengan sopan

"Adek siapa yah? Ada perlu apa kemari?" Alih menjawa, ibu itu malah bertanya balik dengan tatapan curiga

"Saya Abi buk, teman sekolah Ana. Saya Kemari ingin berkunjung. Boleh saya tahu, mereka kemana bu?" Ternyata Abi yang datang

"Oh. Mereka pergi tadi pagi untuk mengantar Ana yang sedang pingsan. Tapi ibu tidak tahu alamat rumah sakitnya" Terang ibu tersebut

Kemudian ibu itu pamit berlalu karena harus menjemur pakaian. Abi begitu khawatir mendengar kabar itu dan sangat merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Ana. Terlebih dengan peristiwa memilukan itu.

Tak lama terdengar suara Handphone Abi. Di lihatnya nama yang tertera, Mamy?

"Iya Mam?"

Mamy : ---------

"Iya sebentar lagi Abi pulang"

Tut tut.. Sambungan pun terputus sepihak

Kembali dengan keadaan Ana yang masih terbaring tak sadarkan diri hingga lenguhan terdengar dari bibirnya

Eungghh...

"Kak... Kak Aina!" Panggil Ana

"Iya Sayang. Kau sudah sadar? Alhamdulillah, ada yang sakit?" Aina cukup cekatan dengan kondisi Ana

Lalu Adam mengambil segelas air putih yang tersedia di meja rumah sakit. Agar menyegarkan tenggorokan Ana yang mungkin sudah lama k

Masih Ada CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang