I Want You

15.9K 2.6K 700
                                    

Entah mengapa hubungan keduanya kini terlihat semakin dekat. Meski Taeyong sering kali berlaku kasar pada Jaehyun, nyatanya itu hanya jika Taeyong tersadar bahwa ia sudah terlalu dekat dengan laki-laki yang ia labeli sebagai seorang yang cupu.

Namun meski begitu, Taeyong tak akan menampik bahwa ia merasa nyaman berada di dekat Jaehyun. Setelah sekian lama ia menutup hatinya untuk tak berteman dengan siapapun selain Ten, akhirnya ia bisa membuka hatinya untuk Jaehyun. Hanya sebagai teman, tidak lebih!

Jaehyun pun kini merasa senang. Kini ia sudah tidak mendapatkan bully-an seperti dahulu. Meski sesekali ia mendapatkan cemooh dan sinis, nyatanya, semenjak ia terlihat lebih akrab bersama pria kecil itu, seolah orang-orang disekitarnya menjadi sedikit segan dengannya.

Entah karena ini efek Choi Seungcheol yang kini berubah menjadi anak yang sedikit pendiam setelah kejadian itu atau karena mereka sudah malas untuk bermain-main lagi mengingat ujian akan segera tiba, entahlah.

Namun yang jelas, Jaehyun bersyukur karena kini ia tak perlu merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya dan memutar otak untuk mencari alasan kepada orang tuanya saat ia pulang sekolah dengan keadaan babak belur.

"Kau tahu, aku belum pernah melakukan hal ini sebelumnya." Ucap Jaehyun disela-sela gigitan kakunya pada eskrim ditangannya.

"Pergi bersama seorang teman, saling bercanda dan tertawa dengan mulut yang merasakan manisnya eskrim. Ini adalah hal baru bagiku." Lanjutnya dengan mulut yang tiada hentinya mengumbar senyum.

Taeyong yang ada disebelahnya hanya terdiam. Mereka memang kini sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan. Dan Taeyong sengaja mengajak pria itu setelah Taeyong baru saja mendapatkan hasil yang memuaskan untuk tugas yang kemarin gurunya berikan.

70, itulah hasil yang didapatkan oleh Taeyong kemarin. Tidak begitu buruk, namun jelas membuat Taeyong menatap tak percaya dengan hasil jerih payahnya sendiri. Maksudnya, bahkan ia telah lupa terakhir kali ia mendapatkan nilai 70, itulah mengapa ia merasa bahagia dan mengajak Jaehyun untuk sekedar memakan eskrim. Ia berfikir bahwa hasil tersebut juga karena Jaehyun yang selalu mengajarkannya.

Sebenarnya ia juga tak boleh keluar rumah. Namun sebelumnya ia telah ijin ingin mentraktir Jaehyun selaku tutornya kepada ibunya. Awalnya ibunya tak percaya, namun saat Jaehyun yang berbincang kepada ibunya saat di telepon tadi, entah mengapa ibunya langsung percaya begitu saja.

"Kau memang tidak pernah memiliki teman, ya?" Kali ini Taeyong yang membuka suara, meski tatapannya terus jatuh kepada eskrim dihadapannya yang berwarna pelangi.

Jaehyun menggeleng pelan. "Bukan tidak memiliki. Hanya saja, mereka selalu memandangku berbeda hingga tak pernah mengajakku ataupun dekat selayaknya seorang teman."

Taeyong mengernyit, lalu kini pandangannya jatuh kepada orang dihadapannya itu. "Berbeda? Apa maksudnya?"

Jaehyun mengangkat bahunya sekilas, sebelum tangannya bergerak untuk mengambil tissue untuk menghapus noda yang tertempel dimulutnya.

"Entahlah, itu hanya perasaanku saja. Mereka seolah selalu memandangku dengan tatapan yang berbeda. Kau mengerti maksudku, bukan? Memandang seperti aku bukanlah teman-teman seperti biasanya."

"Itu karena kau terlalu kaya dan terlalu pintar." Guman Taeyong pelan. Namun untunglah, Jaehyun tak mendengarkannya karena lelaki itu masih fokus kepada eskrim yang kini telah habis setengahnya.

"Jadi setelah ini, apa lagi?" Pertanyaan dari Jaehyun membuat dahi Taeyong berkerut.

"Apa lagi? Maksudmu?"

D'Amour [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang