satu

33 5 0
                                    

"Ampuni kami tuan muda, gadis itu telah meninggal"tukas seorang dengan raut wajah ketakutan.

Di ruang dengan arsitektur klasik maha megah itu seorang pemuda berdiri, ia menatap orang yang tangah memohon padanya untuk diberi belas kasihnya.

"Kau tau kan, jika tugasmu gagal apa yang akan kau terima??"

Pertanyaan itu sempurna membuat tubuh di depannya bergetar ketakutan.karena sejak dulu saat tugas yang diberikan oleh majikannya gagal maka, dia akan diberi dua pilihan pertama dia terbunuh atau kedua keluarganya yang dibunuh pilihan itu tak ada yang menguntungkan.

"Tapi tuan, semua itu terjadi begitu cepat, nona shora tertabrak oleh truk pengangkat barang saat ia melarikan diri" pria itu dengan suara penyesalan.

Pemuda itu masih menatap pria paruh baya yang tepat di depannya dengan tajam.

"Baiklah, hari ini kuampuni semua kesalahanmu tapi kau takkan mengulangi kesalahanmu lagi bukan? ".

"Pasti tuan, saya takkan mengulangi kesalahan saya "

Pemuda itu berbalik seraya mengangkat tanganya , mengisyaratkan agar ia segera menyingkir.

Pria paruh baya itu pergi dari ruangan itu.

Ia dengan cepat meraih ponselnya.

"Ayah, aku ingin memberitahu sesuatu yang penting. " pemuda itu memulai pembicaraan.

"Ada apa Ken, apakah itu kabar baik? "
Tanya ayah dengan nada berat.

"Tidak ayah, tapi sebaliknya.. "
Ken berhenti sejenak.

"Shora yah, dia tertabak mobil dan ia meninggal" Ken memberitahu dengan suara serak dan isakan yang sedikit menyesakan.

"Ap.. A yang kamu katakan... "
Panggilan terputus,  Ken yakin saat ini ayahnya sedang sakit jantung. Mungkin ayahnya tengah menjatuhkan ponselnya Karena setiap mendengar berita buruk ayahnya sakit jantung.

Ken kembali duduk di sofa lalu mengambil secangkir kopi panas.  Ia meminumnya pelan lalu menatap bingakai foto adiknya yang sedang tersenyum manis.

"Maafkan aku adikku yang manis"
Ia menatap foto adiknya lekat seraya tersenyum sinis penuh arti.

***

"Kau tak apa nak? "

Tanya suara berat itu saat gadis di depannya sadar dari tidur panjangnya.

Gadis itu terdiam, sepertinya tak kan mudah bicara karena bibirnya terlalu kelu untuk bicara.

Mata gadis itu berkedip pelan lalu terbuka secara perlahan, gadis itu berfikir keras apa yang terjadi ,tapi buntu .

"Tenang nak, tak usah berfikir keras apa yang telah terjadi padamu kau hanya perlu berfikir untuk sembuh nak".
Jawaban itu tepat seperti pria tua itu mengerti apa isi hatinya.

"Beristirahatlah dulu nak, Ayah akan buatkan makanan untukmu"
Jelas pria tua itu.

Gadis itu masih terdiam, rasanya otaknya memiliki beribu pertanyaanya yang belum terjawab.

Pria itu keluar dari ruangan dan pintu itu berdebam pelan.

***

"Tuan, apa gadis itu baik baik saja? "
Tanya pemuda itu dengan nada  khawatir.

"Dia baik2 saja haruto,dan terimakasih telah menolong gadis itu"

Haruto menatap pria tua itu lalu melangkah mengikutinya.

"Tuan, kenapa tuan berterimakasih padaku? "

Pria tua itu pergi menuju dapur lalu dengan gesit mulai memasak. Mendengar pertanyaan dari pemuda itu ia pun berhenti .

"Kau sangat ingin tahu? "
Haruto mengangguk pelan.

"Baiklah, pertama aku berterimakasih karena kamu telah menolong gadis itu, dokter bilang gadis itu kehilangan seluruh ingatanya karena benturan yang keras saat kecelakaan".
Jelas pria tua itu sambil tersenyum kecil
"Tuan hide kenapa anda tersenyum ?"
Tanya haruto tak mengerti dengan senyuman hide.

"Aku senang karena mulai sekarang aku tak kan sendiri lagi haruto, kau tak perlu menemani ku setiap waktu,  kau bisa pulang ke rumahmu, kembali pada ibumu " terang hide .

"Apa maksud tuan? "
Tanya haruto masih belum faham dengan penjelasan hide.

"Aku akan mengangkatnya menjadi anak ku satu satunya"

***

Nantikan kisah selanjutnya


SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang