tiga

22 4 0
                                    

Shora menatap cermin. Dengan cepat mengikat rambutnya serta memakai baju pelayan restoran di sebuah kedai kecil yang menjajakan berbagai macam masakan Jepang.

"Ra, ada tamu yang menunggu"
Haruto adalah teman shora, ia dulu pernah dirawat oleh ayah dan selalu berkunjung di rumah.


Shora melangkah hendak keluar tapi tangan haruto menatanya.

"Tunggu! "




Shora menatapnya. Ada apa?
Tangan haruto gesit membenarkan rambut shora yang berantakan, nafas haruto berhembus pelan membuat
  nafasnya hangat menerpa wajahnya.

"Nah, seperti ini baru terlihat rapi"
Ungkapnya

Shora terlihat merona ,kenapa dekat sekali pikirnya, iakemudian beranjak menuju meja pelanggan kedai yang ramai sesekali disapa beberapa orang,ia tersenyum sopan.

Saat hendak menuju sebuah meja ia terhenti sejenak.kenapa sho ada disini??
Rasanya ia ingin beranjak kembali.lalu ia tersadarkan ia sudah berganti penampilan,dia tak kan mengetahuinya.

Shora mendekat ke meja yang dipenuhi sho dan kawan kawanya.ia tersenyum ramah menanyakan pesanan dan dengan gesit meraih pena,menulis pesanan tersebut.

Sho menatap shora,sesekali mengamatinya, shora merasakan tatapan tersebut lalu ia hendak beranjak saat selesai mencatat pesanan .

"Tunggu, aku kan belom memesan"
Ujar sho membuat shora berhenti.

"Kau sudah kupesankan"
Celetuk salah satu temanya membuat sho menatap tajam. Kau mengangguku.

"Kau dengar sendiri bukan? "
Shora berbalik dengan cepat kemudian memberikan kepada chef yang sudah siap memasak dengan cepat.

Shora menghela nafas pelan ,semua akan baik baik saja hatinya menenangkan diri.

Ia cepat berganti meja menanyakan pesanan yang lain, haruto juga pelayan di kedai ini tapi merka bekerja bergantian.

Ia masuk ke ruang istirahat menatap haruto yang masih disana.

"Kau tidak pulang? "
Shora bertanya sambil meraih air mineral meneguknya.

"Aku menunggumu ra, kita bisa pulang bersama, kan? "

"Baiklah, setelah usai kita pulang "
Jawabnya setelah meminum aur mineral.

"Aku akan lanjut kerja dulu "
Lanjut shora seraya pergi meninggalkan haruto yang masih terduduk.

Ia menatap punggung shora yang menghilang di bibir pintu. Dan sekarang sempurna menghilang.

Pintu itu berdebam pelan.

***

"Duduklah disini sebentar cantik"
Sesorang menarik tangan shora pelan ia menghempas tangan itu pelan .

"Maaf , aku masih banyak pekerjaan".
Shora berbalik berusaha cepat menghindari mereka, disana pula terdapat sho yang duduk terdiam.

"Jangan Buru Buru, sini temani aku makan sebentar"
Pria itu menarik pelan tangan shora.

Situasi yang menyebalkan.

"Lepaskan dia roy"
Sho menyuruh roy pelan.

"Ada apa sho?kamu tidak biasanya menegur perlakuanku".
Goda roy membuat sho terdiam

Sho terdiam sejenak
"dia harus bekerja roy" tukas sho.

"Tak apa sebentar saja "
Tarikan roy sangat kuat membuat shora mendekat ke meja itu.

Mukanya merah padam.
"Kau semakin cantik jika memerah seperti itu " goda roy.

Seperkian detik sebuah tangan menarik shora dari roy. Shora menoleh.
"Haruto? "

Haruto memasang wajah datarnya.
"Shora harus kembali bekerja kalau kau mau aku yang akan menemanimu makan" ucapanya datar tanpa ekspresi.

Shora menatap haruto kemudian tersenyum kecil ia beranjak pergi melewati haruto kemudian membisikan ke telinganya.

"Terimakasih haruto kun"
Seraya meninggalkan haruto.

"Bagaimana masih ingin kutemani? "
Tukas haruto.

"Lebih baik kau kembali bekerja juga"
Kalimat roy terdengar ketus.

Haruto kembali ke ruang istirahat.

Sepasang mata sho menatap haruto sampai ujung sana.

"Dia sangat cantik bukan?aku ingin menjadikanya pacarku"
Roy menatap teman temanya.

"Sayangnya bahkan dia tak melirikmu"
Gelak tawa terdengar di sudut-sudut ruangan.

****

"Kita pulang saja ra, kedai sebentar lagi juga akan tutup"
Ajak haruto seraya mengambil tas kemudian menatap shora yang terdiam.

"Tak apa ra, apakah kau masih trauma dengan sentuhan? "

Shora mengangguk pelan.

"Kalau begitu, kita akan menenangkan trauma mu di rumah ya? ".
Bujuk haruto

"Baiklah"
Ucap shora pelan.

Mereka melangakah kemudian berjalan menuju rumah. Rumah mereka berdekatan jadi satu arah jalan pulang.

Mereka berjalan penuh keheningan.
"Aku baik-baik saja haruto jangan mencemaskanku"

Haruto menangguk .
"Baiklah ra.. "

Saat mereka dah sampai tujuan haruto memutar tubuh shora.

"Istirahatlah yang cukup"
Ujar haruto padanya.

Shora mengangguk kecil.
"Sampaikan salamku pada ayah ya"pinta haruto padanya.

Shora kembali mengangguk.

Ia memasuki rumah kemudian membuka pintu ia mendapati ayahnya yang terbaring lemah.

"Ayah "
Panggil shora pelan. Yang dipanggil menoreh pada gadis itu.

"Kau sudah pulang nak? "
Tanya ayah perhatian.

"Tentu saja, ayah kan melihatku berdiri disini"
Ayah terkekeh bentar.

"Apakah kamu masih menyamar saat sekolah ra? " tanya ayah.

"Tentu ayah, aku mendengarkan kata-katamu itu Untuk menutup diri dari orang yang dapat membahayakanku bukan? "

Ayah mengangguk pelan.

"Tapi ayah kenapa hanya di sekolah saja kenapa saat diluar aku tidak menggunakan penyamaranku itu? "

Ayah menatap shora pelan
"Sudahlah ra, ayah pusing tidak bisa merangkai kata dengan baik".

"Sebaiknya kamu cepat kembali ke kamarmu " lanjut ayah.

"Baiklah yah, aku pergi dulu"
Setelah shora pergi meninggalkan ayahnya pria tua itu bergumam dalam hati.

Saat ini ,kau belum saatnya mengetahuinya ra..

****

Jangan lupa vote and coment
.
.
.
.
.
.
.
.
.
😁😁

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang