dua

23 5 0
                                    

"Kita sambut peserta selanjutnya shora san ". Ucap pembawa acara itu bersemangat .

Tepuk tangan memenuhi sudut sudut ruangan siswa lain pun sesekali berbisik.

"Lihatlah gadis itu, dia mempunyai bakat  mengagumkan, akan tetapi penampilannya tak enak dilihat"
Ujar seorang siswa yang mengomentari penampilan gadis itu, beberapa orang setuju dan beberapa orang menegur mereka supaya diam "ini sedang acara, apa kalian ingin menganggu acara sakral ini? " tatapan tajam itu seolah olah berkata seperti itu.

Benarlah yang dikatakan gadis itu, memang penampilan gadis itu terlihat buruk mulai dari rambutnya kaku tak beraturan, baju yang tak tertata rapi sepatu bututnya dan semua serba kurang dari standar siswa.

Ia adalah anak berprestasi di sekolah itu. Sekolah pianis terbaik di tokyo. Gadis itu menaiki panggung beberapa dewan sekolah yang menjadi juri duduk berderet di barisan depan melihat penampilannya,ia terlihat kurang baik dari segi penampilannya, tapi tak berpengaruh besar dari penilainya.

Tangan gadis itu berkeringat. Dia sedikit gugup lalu merilekskan fikiranyya mencoba fokus.

"Yang akan menjadi page runer nya adalah sho kun"

Mereka ber wah takjub karena sho ia adalah pemuda tampan bertalenta ia memiliki rahang yang tegas dan mata yang tajam.

Tepuk tangan terdengar dari sudut ruangan,kali ini sangat meriah.

"Lihatlah mereka berdua saingan shora menjadi page tunernya, ini adalah hal yang mengagumkan".
(* page tuner: istilah yang digunakan untuk menyebut pembalik notasi balok dalam permainan piano ketika partnernya butuh seseorang untuk membalik halaman notasi dengan tepat).

Sho berjalan menghampiri shora.lalu mengambil lirik lagu bernotasi yang ia pilih kemudian meletakannya di depannya.

Dentingan piano terdengar pelan, suara itu sangat lembut mengalir perlahan. Semua orang hanyut karena kelembutan melodi yang dimainkan oleh gadis itu.

Tatapan khwatir dari siswa lain terlihat.
Apakah semua akan baik-baik saja. Mereka takut kalau sho akan melakukan kesalahan. Misalkan sengaja terlambat dalam membalikan halaman notasi tersebut.

3 menit awal berjalan dengan baik, semua baik baik saja.

Wajah sho tampak tenang. Juri menatap kagum permainan shora yang memukau.
Sho terlihat tak suka dengan situasi ini.

3 menit berikutnya masih berjalan dengan baik, permainan itu hampir tiba pada puncaknya.

Satu persatu melodi terdengar dari jemari panjang shora saat melodi menjadi semakin cepat suasana aula pun tegang, ini hampir mencapai klimaks nya.

Ctakk!!

Semua tercengang menatap situasi ini. Halaman notasi terjatuh  dilantai.
Shora terdiam mata menatap tajam sho.
Sho kikuk hendak mengambil halaman tersebut. Permainan yang mengagumkan terhenti karena ulah sho juri menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sho hendak mengambil halaman notasi tersebut tapi tangan shora menghempaskan tangan sho, dan dengan cepat shora kembali ke posisinya  tanpa dengan panduan halaman notasi, tangannya melesat memainkan piano tersebut dengan cepat dan mengagumkan wajahnya yang rileks membuat semua orang kagum karenanya.

"Liatlah Ratu pianis kita"
Akashi, pria itu memuji kegeniusan shora saat memainkan piano.

Melodi terdengar semakin cepat lalu melodi itu melambat dan usailah permainan itu.

Tepuk tangan menggema keras di sudut ruangan shora berdiri lalu membungkuk berterima kasih kepada penonton sambil tersenyum kecil.

Ia menatap sho sebentar dengan Tatapan datar.
"Aku ingin bicara denganmu".

***

"Aku tidak sengaja menjatuhkannya"
Ucap sho dengan ketus tanpa perasaan bersalah. Shora menghela nafas pendek.

"Benarkah?? "
Nada bicaranya seperti tengah menyelidiki.

"Buat apa aku melakukan itu?? "
Tanya sho seraya matanya menatap tajam shora .

"Entahlah apa maumu sho, tapi aku yakin tadi memang disengaja"
Shora masih meragukan sho.

"Terserah kau saja menilaiku apa"
Sho melambai tangan kananya pergi begitu saja meninggalkan shora yang masih belum puas mengintrogasinya.

Sho pergi seraya tersenyum licik

***

"Selamat ra, kau menghabisinya telak tadi di atas panggung, kau benar- benar hebat sekali"

Mitsu gadis manis dengan rambut sebahu tengah menyelamati shora.

Shora masih melamun dengan pikiranya
Kemudian tersadar akan pernyataan mitsu. Ia menepuk jidatnya pelan.

"Aduh mitsu, sepertinya aku tidak enak badan nih"

Shora sedang tak ingin membahas soal ia dan sho, terlalu menyebalkan untuk diingat.

"Ohh.kalau begitu kau harus segera beristirahat ra, besok kita ada materi"

Nada lembut mitsu membuat shora tersenyum kecil. Mitsu merupakan teman satu-satunya yang dimiliki shora, mungkin karena keterbatasan penampilan yang dimilikinya serta latar belakang keluarganya yang serba kekurangan .

"Terimakasih mitsu ".

***

Shora sampai ke rumahnya,rumah sederhana yang berada di sudut jalan ia selalu masuk dari pintu belakang ketika pulang sekolah, gadis berumur 17 tahun itu berjalan cepat menuju kamarnya.

Ia mengambil mangkuk kecil berisi air panas kemudian membawa kain kecil ia menuju kamar mandi.

Ia melepas wig nya rambut yang semula pendek berubah menjutai panjang nan indah ia menyimpannya ke sebuah kotak lalu meletakan mangkuk tersebut, dengan gesit ia mengambil kain itu, mencelupkan ke air panas lalu perlahan ia tempelkan pada wajahnya.

Cairan berbentuk gel jatuh dari wajah shora wajah gelap nya berubah menjadi putih, ia menatap cermin .

Itu seseorang yang berbeda dari sebelumnya.

Kemudian ia mengambil kain yang berbeda, tangan gelap nya berubah halus dan putih.

Wajahnya bagaikan bulan Purnama yang bersinar terang.

Ia tersenyum pelan.

Inilah diriku yang sesungguhnya.

***

***shora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***shora

Tunggu kisah lanjutanyya.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang