Ana hanya ingin peraturan bahasa tetap berjalan.
Ana tau ini berat, tapi asalkan kalian tau,
Ini adalah amanah yang mulia.
_________________________Harun berjalan keluar dari kantor keamanan. Melewati deretan kantor ke IST an. Sembari membawa map berwarna biru Harun berjalan agak tergesa. Melewati beberapa santri lain yang menyapa, Harun hanya menyunggingkan senyum tipis. Setidaknya senyumannya telah membuat puas orang yang menyapanya.
Harun menuruni tangga menuju lantai dua. Masih tergesa Harun berjalan menuju tangga yang akan membawanya ke masjid pondok. Harun masuk ke masjid bagian ikhwan. Di sapunya segala sisi masjid, sosok yang ia cari tak kunjung ketemu."Akhi, cari siapa?"
Harun menoleh ke arah asal suara. Di tatapnya seorang berpeci putih dengan Al Quran yang ia bawa di dada. Jelas sekali ia anak mts."Akhi sedang mencari Akhi Qays. Dek eumm... Siapa yah?!" Harun menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa malu.
"Panggil saja zacky."
"Oh ya Zacky liat Akhi Qays tidak?"
"Tadi Akhi Qays dengan ustadz jundi pergi kesana"Zacky menunjuk ke arah timur. Harun mengikuti kemana jari telunjuk Zacky pergi. Akhwat? Untuk apa Qays dan ustadz Jundi ke sana?. Alis Harun menyatu, bingung.
"Zacky pergi dulu khi." ucap Zacky segera pergi.
Harun menghembuskan nafas berat. Di lihatnya map berwarna biru di tangan kanannya.
"Ys, kalau bukan karna amanah ini. Sungguh, aku tak ingin masuk kesana."
Harun menatap satir biru tua yang mebatasi akhwat dan ikhwan. Harun mendengus kesal.
________________
Pojokan masjid putri sedikit gaduh dengan berkumpulnya 4 orang santriwati. Di dekat etalase Nurul, Farda, Maisya dan Nisriina duduk berhalaqoh.
"Hanya berempat? Lu'lu mana?" tanya Nurul.
Semuanya menggeleng. Mewakili mulut mereka menyatakan bahwa mereka tak tau.
"Oke. Kita percepat saja karna waktu menunjukan pukul 2 siang. Kita punya waktu setengah jam untuk rapat. Aku mulai dulu yah.. Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh."
"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh"
"Ana to the point aja yah, eum jadi gini. Menurut rekap pelanggaran bahasa bulan ini, semuanya melonjak. Dalam seminggu para santri bisa masuk lebih dari 3 kali. Dan Ana rasa,,, ini masalah serius."Jelas Nurul selaku roisatullughoh yang lain ikut serius. Mereka merapatkan halaqoh, memajukan setengah badan mereka ke tengah.
"Kalau peraturan tak berjalan seperti ini terus, kita yang dapat dosa. Karna apa? Karna kita tidak amanah!"
Bagian lughoh yang lain mengangguk faham. Mengikuti alur pikiran Nurul.
"Rul, pelajaran Arobiyyatu bayna yadaik sudah di tambah waktunya. 4 kali seminggu. Kenapa mereka selalu melanggar?." tanya Farda selaku wakil roisah.
"Kita juga tak pernah lupa menambah list mufrodhat di setiap kelas." Tambah Nisriina.
"Mereka juga sudah KMI harusnya lebih taat peraturan. Mereka bukan lagi santri MTS." Tambah Maisya yang sendari tadi diam.
"Oke, itu juga di dalam pikiranku selama ini. Jangan salahkan mereka. Sekarang, kira kira, kita salah apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Senja
SpiritualSemua akan diulas. Kehidupan pesantren yang menurut kebanyakan orang menyeramkan. Menyibak tabir dan menjelaskan bahwa pesantren tidak mengekang. Membuktikan bahwa menyantri itu indah. Ketika orang lain mengisahkan indahnya kisah cinta di pesantren...