Chapter 1

302 8 4
                                    

Ini adalah hari ketiga adik sekaligus saudara kembarku meninggal.  Suasana dirumah masih berduka. Tangisan mama selalu memecah kesunyian yang terjadi dirumah. Biasanya Ellena yang selalu membuat rumah menjadi ramai dengan suara cempreng dan keceriaannya.

 Ellena adalah seorang gadis yang disukai semua orang. Dia sangat ceria, beda dengan aku. Aku lebih suka menyendiri dan aku sangat membenci keramaian, maka dari itu aku lebih senang untuk menghabiskan waktuku dikamarku.  Mungkin wajah kami berdua sangat mirip sampai terkadang orang-orang sulit membedakannya, tetapi hati kami sangat berbeda, lebih tepatnya dari luar sama tetapi didalam sungguh berbeda. Dan aku tidak mempermasalahkan hal itu.

            “huhuhuhu……” tangisan mama terdengar lagi. Mau tak mau aku harus keluar dari kamarku dan menghibur mama.

“sudahlah ma, ini adalah rencana Tuhan dan kita gak bisa berbuat apa-apa lagi” hiburku pada  mama yang sedang memeluk foto Ellena, dan aku yakin omonganku barusan tak didengar oleh mama.

 Sepertinya mama masih tidak terima dengan kepergian Ellena. Mungkin karena Ellena adalah anak kesayangannya. Yap, dari dulu mama selalu mengutamakan Ellena dibanding dengan aku, mungkin karena sifat mama dan Ellena sama. Tapi aku juga tetap tidak mempermasalahkan hal itu.

            Deg… Ellena? Saat aku melihat wajah mama, samar-samar mataku melihat kearah ruang tv dan aku melihat sosok Ellena sedang duduk disofa ruang tv. Ketika mataku mengarah kearah sofa, ternyata tak ada orang disitu. Tapi aku melihatnya dengan jelas, aku melihat Ellena sedang menonton tv disofa. Ah sudahlah mungkin ini hanya halusinasiku saja.

            Setelah tangisan mama berhenti aku langsung berjalan menuju kamarku karna kebetulan hari sudah malam dan aku sudah mengantuk. Kamar ku berada dilantai 2, dan kamarku bersebelahan dengan kamar Ellena.

Aku berhenti tepat didepan pintu kamarku. Sebelum aku membuka pintu, kuperhatikan pintu kamar Ellena, pintu kamarnya dipenuhi dengan stiker-stiker dan coretan, berbeda dengan pintu kamarku yang polos. Aku sangat suka kebersihan dan kerapian, sedangkan Ellena tidak pernah memperdulikan kebersihan dan kerapian.

            Deg… Saat aku memegang gagang pintu kamarku, samar-samar mataku melihat Ellena sedang berdiri didepan pintu kamarnya sambil melihat kearahku. Dan setelah kuarahkan mataku kepintu kamar Ellena ternyata tak ada seorangpun berada disitu. Aneh, kalau ini hanya halusinasiku kenapa aku harus deg-degan. Kenapa aku harus takut. Perlahan aku berjalan kearah kamar Ellena, dan perlahan kubuka pintu kamar Ellena walau sebenarnya aku ragu untuk membukanya.

            Bagaikan kapal pecah, kamar itu sangat berantakan. Barang-barang Ellena terlihat berserakan dan berada tidak  pada tempatnya.  Aku duduk diatas tempat tidur Ellena. Biasanya kalau sudah malam seperti ini aku selalu memarahi  Ellena karna kebisingan suara tv kamarnya. Dan dia akan langsung memarahiku kembali karna aku mengganggunya menonton acara tv favoritnya haha.  Tanpa  sadar aku tertawa kecil mengingat kenanganku bersama  saudara kembarku itu. Dulu, ketika kami masih kecil  saat itu aku hampir saja dibully teman-temanku tetapi Ellena dengan keberaniannya dia langsung memarahi teman-temanku itu haha. Tapi saat diSMA sekarang ini, kami sangat  jauh. Kami sibuk dengan urusan kami masing-masing.

            Sambil mengingat-ingat  kenanganku bersamanya, aku membersihkan kamarnya. Hm sekarang kamar ini terlihat lebih rapi. Aku kembali duduk ditempat tidurnya. Deg…. Deg…. Bersambung :p

          Gimana ceritanya? Gak jelas yaa?:D makasih ya udah mau menyempatkan waktunya untuk baca ceritaku hehe. Mungkin masih banyak yang harus diperbaiki. Jadi kalo ada saran dll silahkan dicomment ;) dan jika kalian menyukai ceritanya klik vote aja hehe. tunggu kelanjutan ceritanya ya, aku belom tau kapan  chapter 2nya aku publish. So, happy waiting ^^

Another SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang