Chapter 5 [last chapter]

106 5 0
                                    

Hai kalian, sebenernya udah ga ada semangat lagi buat ngelanjutin another soulnya. Tapi ga enak juga kalo harus menelantarkan cerita pertama di wattpad ini.hiks. yang baca dikit banget, ga sebanyak chapter sebelum-sebelumnya. Emang sih ceritanya ga menarik tapi yasudahlaahh. Kayanya endingnya ampe chapter 5 ini aja deh yaa. Udah ga tahan pengen ngepost cerita baru hehe. btw maaf lama ngepostnya hehe. Happy reading J

Astaga Ellena bener-bener bikin aku mati kutu didepan cermin. Dia sangat menyeramkan sekaligus menyedihkan, menjijikan. Aku tidak suka dengan darah, dan dia menangis darah. Ohtidak, darahnya menetes hingga menyentuh lantai. tawanya seperti tawa orang bahagia yang didalamnya terdapat kepedihkan. Tapi dia tetap berada dicermin, dia tidak berusaha untuk keluar dan mendekatiku. Dan saat itu juga kusimpulkan bahwa dia tidak dapat keluar dari balik cermin sebelum menemukan raga yang cocok untuk ditempati.

“Allena” seketika bulu kudukku merinding mendengar dia menyebut namaku. Ku beranikan untuk menatap matanya. Matanya sama persis dengan mataku.

“maaf El, aku ga bisa. Kamu seharusnya udah tenang disana bukan disini” kataku sedikit penekanan dalam kata disana.

“ta-“

“engga El engga. Aku ga akan pernah mau kamu masuk kedalam tubuh aku”

“kamu mau aku ga tenang dan selamanya ada dicermin yang menyeramkan ini?”

Aku terdiam, bagaimana pun aku ga mungkin ngebiarin Ellena terus berada dibalik cermin ini. Tapi aku ga rela, aku takut kalo roh ku ga akan balik lagi ke tubuhku.

“al, kumohon” kini Ellena tengah berlutut dibalik cermin itu. Aku ga tega.

“oke aku kasi kamu satu kesempatan aja buat masuk kedalam tubuhku, dan hanya sehari. Kamu harus janji setelah 24 jam kamu berada ditubuhku, kamu harus kembali” kataku sambil menundukkan kepalaku, ga percaya dengan apa yang baru saja kuucapkan.

“kamu serius?”

“hm”

“makasiiiiihhh” senyumannya mengembang dan dia kini tengah berlompat-lompat dibalik cerminku.

**

Pagi yang indah untuk menikmati udara yang sudah lama tidak ku hirup. Aku langsung merapikan pakaianku untuk berangkat kesekolah. Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengannya. Dia, yang membuat jantung ini berdegup dengan kencang. Dia, yang selalu membuat pipi ini memerah. Dia, yang ekh.. sangat perfect. Tapi sayang, ini bukan tubuhku.

Dengan sangat terburu-buru aku turun ke bawah untuk sarapan. Dan yang benar saja mama sudah berada disana dengan senyuman yang sangat mengembang. Mama terlihat sangat bahagia.

“pagi sayang”

“pagi malaikatku”

Terlihat mama sedikit terkejut mendengar ucapanku. Hihi aku baru sadar, hanya Ellena yang memanggil mamanya dengan malaikat.

“eh kamu kok manggil mama gitu?”

“kenapa ma? Ga boleh?” kataku sedikit cemberut

“bukannya ga boleh tapi mama jadi keinget sama Ellena” mama duduk didepanku dan tanpa kuduga mama menangis. Maafkan aku ma.

“ma… jangan nangis” aku beranjak dari tempat dudukku dan langsung menghampiri mama yang menangis. Ku peluk mama untuk menenangkan mama.

“ mama kangen Ellena” kata mama ditengah isak tangisnya.

“Ellena juga kangen sama mama” aku ikut menangis.

“ah sudahlah Ellena pasti udah tenang disana, kita harus mengikhlaskannya, mama udah ikhlaskok” kata mama menghapus air matanya dan  tersenyum.  Aku ikut tersenyum aku bahagia, mama sudah merelakan kepergianku.

Another SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang