Ashara dan Sekitarnya

49 3 2
                                    

Orang-orang berhamburan keluar kelas, sepuluh detik setelah bell pulang berbunyi. Koridor lantai satu, dua, maupun tiga dipenuhi dengan anak-anak memakai kemeja putih dengan logo tiga laba-laba dengan tulisan "Tarantula Adhinarta" dikantong kirinya. Tentu saja, seragam perempuan tidak kelihatan logonya karena tertutup rompi kotak-kotak merah hijau khas Tulta.

"Nat, Sha, gue pulang yaa!" kata seorang laki-laki, dibalas anggukan dan lambaian oleh 'Nat' dan 'Sha'.

"Sha, lo mau langsung pulang aja?" tanya salah satu dari 'Nat' atau 'Sha' tadi.

Satunya lagi menjawab, "Iya, kayaknya. Gue puyeng banget." jawabnya sambil memegang dahinya.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju lobby sekolah. Lalu pergi ke tempat di mana mereka biasa duduk saat pulang sekolah. Menghempaskan badan mereka ke lantai. Selang beberapa detik kemudian, ada dua cewek lagi, menghampiri mereka.

"Hooshh.. Hosshh." mereka berdua ngosngosan, membuat Ashara dan Natea mengerutkan keningnya. "Abis ngapain?" tanya Ashara kepada Tara dan Fraza.

Masih dengan napas ngosngosan, Tara menjawab, "Tadi si Fraza ngejar Satka, karena botol minumnya diambil. Terus, gue malah ditarik sama Fraza. Ikut lari deh, gue." jelasnya.

"IH! Satka minum minuman gue, terus botolnya bukannya dibalikin malah dibawa kabur! Murka gue, anjir." Fraza melempar botol minumnya kesembarang arah.

Tara melotot, "Bego, abis lari-lari demi tuh botol, malah dilempar." Lalu ia memungut botol minum Fraza yang semenit lalu Fraza lempar.

Tanpa mempedulikan perdebatan Fraza dan Tara, mata Ashara malah tertuju pada seseorang. Laki-laki memakai hoodie pink, dengan airpods menggantung di telinganya. Dia sedang berjalan menuju lapangan basket outdoor, bersama dua temannya.

Natea menepuk lengan Tara. "Sshh. Shara pusing, lo pada berisik." katanya.

Mendengar namanya disebut, fokus Ashara kembali ke teman-temannya.

"Aaahhh, tayang-tayang. Kenapa tayaannggg??" tanya Fraza dengan nada dibuat-buat.

Ashara menghela napas, "Gue pusing, denger suara lo gue malah pengen pingsan aja, Za." katanya dengan mata sayu.

"Pak Den udah sampe, Sha?" tanya Natea ke Ashara. Dibalas gelengan Ashara. Natea memang pendiam. Kalau ngomong, maunya ngomong yang penting aja. Kecuali kalau dia lagi kesel sama orang, dia bakal paling depan buat menghujat orang itu. Mulutnya nggak bakal berhenti ngoceh. Beda dengan Natea, ketiga teman Natea malah berisik dan suka ngomong yang nggak penting. Anehnya, Natea betah!

"Kalo Pak Den sampai, lo langsung pulang ya." Fraza memberi saran. Ashara tersenyum mengiyakan lalu mengotak atik ponselnya. "Tumbenan lo, baik. Biasanya nyumpahin gue supaya gue sakit."

"Sekali-kali."

"Lo beneran mau langsung pulang? Biasanya lo pulang terakhir." tanya Tara.

"Yakan dia lagi sakit. Masa mau lama-lama di sekolah sih? Apalagi di sini ada elo. Makin puyeng nanti." oceh Fraza.

"Yang suka bikin orang puyeng tuh, elo kali. Malah gue yang dibawa-bawa." balas Tara tak terima.

Fraza yang memang sering berdebat dengan Tara tentu saja tidak mau kalah. "Apaan?! Tahun lalu pas hari terakhir kelas 10, lo dapet gelar 'terbacot' di kelas lo!"

"Kan di kelas gue! Kalo ada lo, pasti yang dapet gelar itu elo!" Tara masih tak terima.

"Bacot, ah." celetuk Ashara, membuat kedua temannya bungkam. Setelah itu, ponselnya bergetar.

"Halo, pak? Bapak tunggu di parkiran deket koperasi aja. Iya, aku kesana." setelah itu ia menutup telpon, dan pamit dengan teman-temannya. Tak lupa, Tara, Fraza, juga Natea mengucap get well soon ke Ashara.

ASHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang