[3] Kepadamu Aku Ceritakan

50 4 3
                                    

Saya hanya berusaha meraih yang paling gemilang sekaligus paling menyakitkan, padahal saya tahu bersama mengarungi masa dengannya adalah kemustahilan, kefanaan yang paling membutakan.

-Alonia Sora-


-o0o-


Sudah sebulan Loni menjadi maba di kampusnya. Baginya hal ini adalah hal yang tidak terlalu mengejutkan, dia ingin kembali ke masa kecilnya saja. Tidak ada yang menyenangkan, kecuali menikmati Jepang saja. 

Sebulan pula Loni menjadi tetangga sekaligus teman akrab Tanaka-san. Tanaka-san benar-benar orang baik. Di tengah kesibukannya menjadi mahasiswa senior, Tanaka-san masih sering membantu Loni mengerjakan tugas. Karena satu jurusan pula jadi Tanaka-san tidak begitu kesulitan membantu Loni. 

Loni dan Tanaka-san sama-sama jurusan ekonomi. Loni jadi merasa agak gembira karena akan ada teman yang membantunya belajar untuk mungkin 1-2 semester ke depan. Loni ingin cepat-cepat lulus dan lari dari kemarin hari. 

Hari ini salju yang kesekian kalinya telah turun kembali dengan lembut. Menyentuh mantel tebal yang dipakai Loni. Loni butuh penghangat ruangan, sekarang. 

"Hei, Sora-san!" sapa seseorang dari kejauhan. Loni menoleh ke arah suara. 

"Hai, Tanaka-san. Ada apa?" tanya Loni menanggapi. 

"Dingin-dingin begini, ke kedai ramen di Shibuya, yuk!" ajak Tanaka-san dengan sedikit bergetar karena menggigil. 

"Kenapa enggak di dekat asrama?" tanya Loni lagi agak curiga. Loni seperti sudah terbiasa dengan perilaku Tanaka-san. 

Tanaka-san melempar cengirannya, "Bosan."

Padahal aslinya tidak begitu.


-o0o-


Mereka sampai di distrik terramai se-Tokyo. Melewati berbagai manusia yang berlalu-lalang cukup melelahkan bagi Loni yang masih belum terbiasa dengan kebiasaan orang Jepang. Loni biasanya selalu mengendarai sepeda motor, namun kali ini dia tidak bisa karena tidak ada dan tidak punya. 

"Nah, ini dia kedainya!" sorak Tanaka-san gembira. Loni hanya terkekeh kecil.

"Sepertinya enak." 

Tanaka-san menanggapi sahutan Loni dengan acungan dua jempol. Karena terlalu lama berdingin-dingin ria di luar, mereka segera masuk ke dalam kedai yang hangat. Baru masuk, perut Loni sudah digempur rasa lapar karena tergoda dengan wangi-wangian yang ada. Wangi yang sangat lezat sampai rasanya Loni bisa menelan semua wangi tersebut. 

"Jadi, sampai mengajakku ke kedai begini, pasti ada yang mau dibicarakan, kan?" celetuk Loni to the point. 

"Wow! Jangan terlalu peka, Sora-san. Saya jadi malu," tanggap Tanaka-san dengan tertawa hambar. 

"Jadi?" Loni tanpa basa-basi lagi menatap lurus ke arah mata Tanaka-san. Tiba-tiba saja, edar mata Tanaka-san begitu lembut, sampai perempuan manapun yang melihat edar matanya akan meleleh dan terpincut. 

"Etto ...." 

Drak!

Pas sekali makanan mereka terhidang. Tanaka-san mengalihkan pembicaraan, "Lebih baik dimakan dulu selagi hangat. Ini enak, lho!"

Loni hanya bisa mengiyakan, "Itadakimasu."

"Itadakimasu!"

Suasana makan mereka saat itu begitu hening dan canggung. Keduanya sama-sama tegang dan sama-sama saling terka menerka, duga-menduga, berprasangka tentang apa yang akan terjadi berikutnya. Tanaka-san mencairkan sedikit hening dengan izin mengambil nasi. 

"Gochisousamadeshita!"

Mereka selesai makan begitu saja. Selama di perjalanan menuju pulang tidak ada yang membuka obrolan. Sampai mereka sampai di stasiun, Tanaka-san menyerah dan membuka obrolan terlebih dahulu.

"Sora-san ...."

"Hai," jawab Loni pendek. 

"Etto, bisa kamu ceritakan padaku tentang orang yang masih menggentayangi benakmu sampai saat ini? A-ano ... aku tidak bermaksud membuka luka lamamu, tapi aku hanya ingin tahu bagaimana dia bisa membekaskan luka sedalam itu," kata Tanaka-san agak gugup. 

Loni berjalan lebih cepat hingga mendului Tanaka-san, berkacak pinggang, kemudian membalikkan badannya ke arah Tanaka-san. Tampak di wajah Tanaka-san malu yang benar-benar tersurat. Wajahnya merah padam. Hati Loni dibuat luluh. 

"Untuk apa saya menceritakannya padamu, Tanaka-san?" tanya Loni dengan nada menginterogasi. 

"... I-itu karena aku ... menyukaimu."

Loni dibuat shock seketika. Dia sendiripun tidak bisa menahan semburat merah jambu yang akhirnya terpampang jelas di wajahnya. Jantungnya berdegup tak menentu. Badannya panas dan lemas seketika. 

Tanaka-san membungkuk tiba-tiba seraya berkata dengan tegas, "Sora-san, saya serius menyukaimu. Tanpa sepengetahuanmu, saya memerhatikanmu. Saya tahu saya masih baru dan belum tentu bisa melipur luka lamamu itu, tapi saya teramat sangat ingin memiliki hati Sora-san dan ingin Sora-san menjadi satu-satunya perempuan yang menyakiti hati saya untuk selamanya. Maukah Sora-san menjadi puannya saya?"

Ini baru sebulan. Apakah ini bentuk keberuntungan atau kesialan? Loni belum mengenal lebih jauh siapa Tanaka-san. Bahkan, Loni masih memanggilnya dengan nama marga dengan imbuhan -san. Loni benar-benar bingung untuk menjawabnya. 

"Tanaka-san, angkat kepalamu," ucap Loni, "mengenai tadi, saya berterima kasih sekali. Dan jujur saya bingung mau menjawab apa-"

"O-oh, soal itu kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Saya akan menunggu jawabannya sampai kapanpun!" serobot Tanaka-san membuat Loni tersenyum tipis. 

"Saya saat ini hanya bisa menceritakan sosok yang paling berkesan dalam hidup saya. Apakah Tanaka-san bersedia mendengarnya?" tanya Loni disusul anggukan mantap dari Tanaka-san. 

Loni menggandeng tangan Tanaka-san dan menariknya dengan berlari. Saat ini, mereka teramat sangat butuh penghangat ruangan. Badan mereka tidak akan sanggup menerima gertakan dingin yang lebih dari ini. 

Loni merasakan degup jantungnya makin tak beraturan. Siapa yang menyangka, di bawah temaram lampu jalan, di hening senja menuju malam, seseorang yang baru saja memiliki arti dalam hidupmu ingin menjadi seseorang yang jauh lebih dekat denganmu? Tidak ada yang menyangka. Bahkan Loni sendiripun.

Sekarang, bertabur gelap malam dihiasi temaram lampu jalan, mereka berdua berlari menuju pulang. 


=======================

NB:

Hai readersku tercintah. Maaf baru muncul ke permukaan lagi huehuehue. Sehabis ini, cerita mereka akan kembali tayang tiap malam Minggu mulai minggu depan! Yeaaay! Oiya, jangan lupa bacanya sambil dengerin lagu yang udah aku cantumin di tiap bab. 

Oke, aku mau kasih surprise kecil buat kalian. 

Aku mau kalian bayangkan alur bab setelah ini. Bayangan alur yang paling bagus, bakal kucampur di bab berikutnya dengan bayangan orisinilku. Nanti juga bakal di tag usernya kok! Ehe.

Jadi sekarang juga, komen bayangan bab selanjutnya kalian, ya! 

See ya next chapter!



Kita Menjadi KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang