[5] Apa?

17 1 0
                                    

*Better read with listening to Dunia Paralel-Adhitia Sofyan*

*

*

*

*

*

"Sudah malam, Tanaka-san, lebih baik kamu pulang," ucap Loni sambil tersenyum, "besok saya akan cerita lagi."

"Janji?" tanya Tanaka.

"Janji." 

"Ya sudah, konbanwa," kata Tanaka siap berlalu meninggalkan Loni. Langkahnya tiba-tiba terhenti, membuat Loni terkejut, "Ada apa?"

"Mulai hari ini jangan panggil saya dengan marga. Panggil aku Akira atau ... sesukamu, lah. Ah, aku ini ngomong apa. Konbanwa, oyasuminasai. Semoga tidurmu nyenyak," ucap Tanaka sambil menahan malunya. 

"Konbanwa ..." lirih Loni berkata, "Kicchan."

 Whaaaat? Kicchan? Loni! Lo apaan sih!? bentak hatinya sendiri. 

*

Giran terdiam. Malam makin berlarut-larut. Nyaris jam 11 malam, namun matanya belum terpejam juga. Teringat dosa, mungkin. Gawainya masih menyetel lagu-lagu indie yang akhir-akhir ini digandrunginya. 

"Sialan, kenapa mesti lagu ini!" kutuk Giran pada gawainya sendiri. 

Nikmatilah lara!

Begitu sekutip lirik yang disemarakkan penyanyinya. Giran menyukai lagu ini ketika senja sedang bergulir waktu.  Kasihan Giran, lagu-lagu indie yang dia perdengarkan belum begitu banyak. Jadi hanya lagu yang itu-itu lagi yang terputar.  Herannya tiada kunjung bosan dia mendengar semua lagu. 

"Laranya cuman sementara, kan? Kayak lagu ini bilang?" gumam Giran dalam kesendirian. Dia dalam ke-tidak yakin-annya saat ini. Dia merasa laranya tidak akan sementara. Hatinya tidak cukup kuat. Ini karma baginya yang sudah menyakiti hati orang lain--bukan hanya hati Loni yang disakiti--Giran seharusnya bertanggung jawab! 

Percayalah, hati 

Lebih dari ini pernah kita lalui

Jangan henti disini

(Kutipan Sementara-Float)

Dia memang sudah tidak bisa henti. Henti sama dengan mundur. Henti tidak sama dengan memperjuangkan kembali. Giran masih ingin berjuang mendapatkan lagi kepercayaan Loni. Terkesan brengsek memang, tapi Giran ingin sekali lagi merasakan berada dalam dekap hangat Loni. Jujur sejujur-jujurnya, hatinya masih memilih Loni. Giran masih ingin memiliki Loni. Giran egois. Namun dalam keegoisannya, Giran masih punya rasa harus mengikhlaskan. Giran tidak pantas untuk seorang Loni. Loni berhak dimiliki orang lain. 

Kepalanya memutar serpih-serpih memori zaman SMA. 

*

2 tahun lalu. 

Giran tengah asyik diam, mendalami relung benaknya. Sebuah rutinitasnya tiap pelajaran yang ada kerja kelompok. Loni memerhatikannya dengan muka kecut. 

"Gir, lo lagi ada masalah?" tanya Loni tiba-tiba. 

Giran terkesiap, "Kenapa, nih? Tumben banget si Cant--"

"Bacot."

"--Tik, yeuh galak!" gerutu Giran. 

"Kalo lagi punya masalah cerita aja sama gue, kali aja gue bisa bantu. Walau gue enggak suka lo sih, tapi gue lebih enggak suka lagi kalo lo enggak bisa diajak kerja sama gini. Apa lo tega, lagi kerja kelompok sebangku lo malah diem aja dan cuma gue yang kerja? Lo tuh, ya."

"Bawel, anak manusia!" rutuk Giran. 

*

Lon, penawaran lo sampai saat ini masih berlaku enggak? Gue mau cerita, tapi korbannya kan, lo ya. Kok gua sebegini ndablegnya, sih, Giran membatin.

Pikirnya, dia inginkan dunia paralel. Dia ingin mengembalikan hidupnya bersama Loni, menuju bahagia. Dia ingin realisasikan lukisan angannya itu. Sayang seribu sayang, Loni saat ini cuma bisa menjadi bahan pelampiasannya saja.

Lelah. Matanya mengerjap-kerjap. Giran tertidur meninggalkan beban hatinya untuk 8 jam ke depan, setidaknya. 

Kalo gue bangun besok ... kira-kira faedahnya apaan?

Pikiran terakhir Giran malam itu. Hidupnya memang tidak berfaedah sampai detik ini. Dari kecil, Giran adalah orang yang lawak. Hidupnya lawak. Lawakannya tidak lawak. Hidupnya seperti bahan candaan saja, tapi Giran sampai saat ini tidak memandang hidupnya selucu itu. 

Dalam bunga tidurnya, Giran tinggal dalam gelap tanpa cahaya. 

*














NB.

Hi, sorry for short update. Coz I'm in a writer block, and this is the 3rd weeks (maybe) I haven't update Kita Menjadi Kata. Sorry for everything. Soon, I'll write it longer than this part. I promise. Still hopefully you guys like it:"))))) dan maaf untuk kegajean malam ini!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Menjadi KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang