[4] Dimulai Dari

44 2 0
                                    

*better read with listening Labirin-Tulus*

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Nama saya Giran Sanjaya Mahardika. Saya pindahan dari SMAN Margahayu, Manado. Semoga kita semua bisa berteman akrab. Salam kenal," kata seorang laki-laki yang masa pubertasnya sudah sampai ke kata 'sempurna'. Bagaimana tidak? Masih kelas 1 SMA, tapi wajahnya sudah aduhai membuat hati para remaja perempuan meleleh.

Perawakannya membuat perempuan manapun tergila-gila, terkecuali Alonia. Loni tidak peduli dengan sosok tinggi berdada bidang yang tak lain dan tak bukan ialah Giran yang menjadi teman sebangku Alonia. Dimatanya, Giran ya, Giran. Hanya seorang teman baru untuknya. Sekaligus beban untuknya karena Loni sudah terlalu nyaman duduk sendirian di pojok kelas.

Dari pagi, Giran merupakan topik utama geng pergosipan Loni. Bahkan seantero sekolah membicarakan murid pindahan ganteng dari Manado. Telinga Loni panas. Sudah dua hari semenjak kedatangan Giran, tiada henti murid-murid cewek yang matanya mulai melek dengan yang bening-bening itu mengghibahi seseorang bernama Giran Sanjaya Mahardika.

"Apa spesialnya sih, dia? Hanya karena berwajah ganteng rupawan macam priyayi gitu kalian langsung tergila-gila. Pasti dia itu orangnya brengsek," ketus Loni menanggapi dengan bodoh amat percakapan geng rumpinya itu.

"Gila lu, Lon! Sebegitu ganteng lu bilang enggak ada spesialnya? Sakit lo!" sahut Indrika memelototi Loni.

"Abisin dulu bakso di mulut lo," tegur Loni bertaut alis, "lo yang sakit, Ndri. Ini udah dua hari dia jadi murid disini, dan lo masih kesanjung-sanjung sama muka priyayinya itu."

"Tapi jahat si, Lon, kalau lo sampai bilang dia itu brengsek. Emang lo siapanya dia, bisa tiba-tiba ngecap dia brengsek?" kata Indrika berusaha membalas perkataan Loni yang pedas.

Loni keselek bakso tiba-tiba, "Buset, belum jadi artis aja udah punya fans fanatik dia disini."

Indrika mencibir sambil cemberut.

*

Loni memiliki dunianya sendiri, itulah sebab dia tidak peduli dengan sosok kece badai yang menjadi teman sebangkunya. Loni lebih memilih main bareng Indrika dan Anggi ketimbang harus dikekang berdua saja dengan lelaki. Loni memang pernah punya trauma mendalam pada kaum adam. Kawannya memaklumi, tapi menurut mereka berdua, ini sudah saatnya Loni membuka hati.

Loni adalah siswi yang cukup populer di SMA-nya. Karena parasnya yang cantik, dan prestasinya luar biasalah yang membuat kaum hawa syirik. Kadang ada segelintir orang di belakang Loni mengutuk-kutuk Loni dan menyumpah-serapahinya, bahkan berkeinginan untuk menjampi-jampi biar buruk rupa. Tapi memang sial, namanya sudah takdir, yang sudah setelan pabrik pasti tidak akan bisa dirubah. Loni tetap akan cantik jelita meski beribu sumpah-serapah menghujani dia.

Kita Menjadi KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang