"Me"

67 9 2
                                    

Author's POV

'perfect' gumam seorang gadis disertai senyuman merekah yang berasal dari sepasang bibir bervolume, memperlihatkan pantulan dirinya berlawanan didepan kaca.

Ia memulai satu polesan bedak tipis yang membubuhi pipinya, dan berhasil menciptakan warna pink dibibirnya yang cukup membuatnya tampak begitu menawan.

"Karin!! Apa yang kau lakukan diatas sana?! Tolong jangan merepotkanku! turunlah!! Kita sudah terlambat!" Gadis itu mulai menangkap darimana datangnya asal suara berat itu.

"5 menit lagi aku siap! Jangan tinggalkan aku!

Sontak gadis itu mulai terburu-buru membereskan beberapa alat polesan alias 'make-up' yang sejak tadi berserakan, begitu terdengar suara mesin tanda dihidupkan dari arah garasi.

Seperti biasa, gadis itu berpenampilan natural sehingga memperlihatkan aura manis tercipta dalam dirinya setiap kali orang memandangnya.

Karinda Aurellia, biasa dipanggil Karin. Memiliki paras wajah cantik dan imut. Di pipi bagian kiri terdapat lesung pipit berbentuk sabit setiap kali tersenyum.
Karin adalah gadis periang dan sangat polos. Dia tidak suka menangis kecuali jika diberi madu, dan akan menangis jika tidak sengaja memakannya. Keluarganya sangat menyayanginya sehingga khawatir karna menyadari anak gadisnya jadi begitu sensitif dengan madu, padahal sebelumnya Karin pernah memakannya dan tidak terjadi hal buruk pada dirinya yang menyangkut soal madu.

Dia mulai membuka lemari,mencari dan mengambil sebuah gantungan berisi jaket berbahan rajut, untuk menutupi seragamnya agar tidak basah karna diluar sedang gerimis. Hari ini dia juga memakai sepasang kaus kaki selutut yang senada dengan warna sepatu yang ia kenakan.

"Oke, stop. Jangan gugup! Ini bukan pertama kalinya kau sekolah, Karin."
Sambil menepuk-nepuk pelan dadanya  yang terasa sedikit sesak

Sejak tadi belum pernah ia merasa segelisah ini. Firasatnya buruk. Mungkin efek libur karna habis berduka 2 minggu lalu,setelah nenek yang sangat menyayanginya pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Sesekali ia memandangi jam dinding yang terus berdetak memakan waktu. Saat itu juga dia tersadar.

"Astaga, aku telat! Pekiknya

Bergegas dia mengambil tas dan merapikan tempat tidurnya sebelum melakukan aktivitas sekolah seperti biasanya, dan...

" Akk-- sakit sekali." Rintihnya dengan memijit bagian kepala yang terasa nyeri.

"Karin, kau tidak boleh lemah. Nenek pasti sedih jika melihatmu terlalu larut dalam kedukaan." Tekadnya sebelum akhirnya melesat keluar kamar untuk melanjutkan aktivitas.

AFTER COMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang