Karin's POV
Aku merasakan bahuku diguncang pelan oleh sebuah tangan, sebelum akhirnya tersadar. Perlahan aku membuka mataku dan mencium aroma obat-obatan pekat yang menyeruak kedalam rongga hidungku. Mataku bergerak melihat setiap sudut ruangan yang berbentuk petak ini.
"Karin.." Panggil sosok bayangan hitam itu. Entahlah, apa itu sebuah bayangan atau manusia sekalipun, cahaya yang begitu terang membuatku tidak dapat melihat dengan jelas siapa sosok yang tengah berdiri menatapku. Samar-samar aku mulai melihat wujud asli sosok itu, saat dia mulai memposisikan dirinya dengan benar.
"K-kau, siapa? Aku ada dimana?" Aku terkejut saat menyadari bahwa itu adalah seorang lelaki.
Dia tak menjawab, aku melihat kearah bajuku dan mendapati jaketku sudah tidak terpasang disana. Tiba-tiba saja pria itu mendekatkan wajahnya kepadaku.
"A-apa, yang ingin kau lakukan padaku?" Tenggorokanku tercekat, yang semula dia memperhatikanku lekat, tiba-tiba saja mendekat kearah wajahku menghapus jarak diantara kami. Aku langsung memejejamkan mataku dan meremas bantalku kuat, takut karna dia berbuat macam-macam padaku, bisa kurasakan aroma wood yang berasal dari tubuhnya waktu dia mendekat.
"Tenanglah, aku tidak akan macam-macam padamu. Aku hanya ingin kau mendapatkan posisi yang cukup nyaman." Ucapnya disela-sela perlakuannya itu. Perlahan aku membuka mata dan memperlihatkan dirinya berusaha menyangga kedua lengannya agar tidak terjatuh diatasku. Dari sini, diam-diam aku memperhatikan wajahnya dengan jelas, aku tak menyangka dia memiliki bola mata berwarna abu-abu terang yang sangat indah. Sorot matanya tegas disertai ujung alis yang cukup runcing. Aku menghela nafas lega setelah dia selesai dengan urusannya, ternyata dia hanya membantuku dengan menaikkan panel pengatur naik-turun punggung untuk memposisikan badanku dengan benar, yang berada disisi kiri ranjangku.
"Pangeran? Apa.. kau pangeran, itu?" Aku langsung menutup mulutku, kenapa bisa-bisanya aku melontarkan pertanyaan bodoh itu.
Sepertinya dia tidak menggubris pertanyaanku, tapi barusan aku melihat dia tersenyum sekilas.
"Bagaimana, apa kau sudah merasa lebih baik sekarang? Apa kau butuh sesuatu?"
Sambil menuangkan air putih kedalam gelas, dan menyodorkannya kepadaku.
"Ini minumlah, agar kau tidak dehidrasi." Tawarnya."Sudah berapa lama kau disini?" Aku mengangkat bicara setelah meneguk beberapa tegukan air.
"1 jam yang lalu."
"Hah? Apa yang kau lakukan disini?" Itu berarti, sejak 1 jam yang lalu dia ada disini. Bersamaku, berdua, diruangan petak ini.
"Menjagamu." Dia berucap santai sambil mengambil sebuah jaket, lalu memakainya.
"Dimana Mona?" Aku bingung, daritadi samasekali aku belum melihatnya.
"Tadi orangtuanya menelfon, jadi aku menyuruhnya pulang. Dia sempat menunggumu, tapi kau masih belum sadar." Aku mengerti, orangtua Mona sangat keras padanya, tidak mungkin dia menungguku selama itu. Tadi, karna guru sedang rapat jadi seluruh siswa dipulangkan secara tiba-tiba, dan pastinya orangtua Mona mendapatkan SMS dari sekolah bahwa anaknya hari ini dipulangkan cepat.
Pria itu terlihat mencari sesuatu, sepertinya aku tau apa yang dia cari. Waktu sadar tadi, aku menemukan benda asing disamping bawah bantalku.
"Hey, apa kau melihat ponselku? Sepertinya tadi aku meletakkannya dinakas ini." Bingungnya, sambil meraba-raba seisi kantong dan membuka satupersatu laci nakas itu, padahal ponselnya ada padaku. Tapi sengaja aku menyembunyikannya. Menurutku, apa dia kelelahan menungguku dan akhirnya ketiduran dipinggir ranjangku, sampai aku menemukan ponselnya ada disamping bawah bantalku. Aku rasa,iya. Tapi kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER COME
RomanceAku fikir semua orang akan menyukai madu. Tapi.. Ada apa denganku yang tidak menyukai madu? Apakah karna aku sudah lebih dari manis? Atau hanya karna menginginkan seseorang yang bisa membuat hidupku semanis madu itu? Bahkan aku berharap tidak perna...