Pt.1

51 7 2
                                    

Karin's Pov

Aku menuruni anak tangga tergesa-gesa, sejak tadi bunda berteriak memanggil agar aku turun.

"Kakak ngapain aja dikamar? Gak liat udah jam berapa ini, ntar telat nangis lagi." Tanya bunda yang merasa heran karna gak biasanya putrinya itu terlambat.

"Hmm, gak ngapa-ngapain kok bunda, khilaf telatnya hehe." ngomong apaan sih aku. Emang biasanya gak pernah telat sih, hari ini beda.

"Abang udah didepan tuh nungguin kakak, ini bunda siapin bekal aja buat makan disekolah, tapi janji harus dimakan ya?"

"Iya Bun,kalo kakak inget ya." cengirku tanpa rasa dosa.

" Ayo cepetan, sini salim sama Bunda dulu."

Bergegas aku berlari keluar setelah berpamitan sama Bunda dan mendapati Bg Alfi yang sedang memakai sepatu lalu menatap dingin ke arahku.

"Udah dandannya? Tetep gitu aja tuh muka."
Cibirnya dengan wajah kesal.

"Bawel ah, ayo cepetan aku telat nih!" Aku mendesak.

Kenalin, abangku si cuek alias kang swag, namanya Bg Alfi. Dia itu lahir waktu di dalem bus, makanya cetakannya gitu tapi dia baik kok aslinya penurut dan yang buat aku bangga jadi adeknya itu karna dia orangnya fashionable banget, jadi aku bisa mencontoh dan try on my outfit of the day atas rekomendasi dari dia, itu aja sih kegunaan dia hehehe canda ya.

****
(Di sekolah)

"Ahh syukurlah, untung gurunya belom dateng."

Aku meletakkan tas ransel didalam laci, sembari melihat ke arah sekeliling kelas yang ternyata masih sepi. Mataku tertuju pada gadis familiar bagiku, dia amat tampak serius melihat benda persegi panjang di genggamannya. Sangat bohong mengatakan kalau aku orang yang mudah bergaul dengan siapapun, walaupun banyak yang berkata kalau aku adalah gadis periang, aku biasa bergaul dengan orang-orang yang kupercaya dan dekat denganku saja. Jadi, tanpa fikir panjang aku langsung menghampiri sosok itu.

"Lagi liat apaan sih Mon?" Aku menepuk bahunya, ia kaget.

"Eh Rin, sejak kapan nyampe, udah lama?" Tanyanya tanpa menoleh kearahku.

"Barusan aja sih, lagi liat apaan sih serius banget. Ikutan dong aku juga pengen ngeliat" Aku merengek penasaran.

"Emang gak baca grup OSIS Rin?"

"Kau taukan aku gak pernah peduli dan gak mau tau tentang urusan OSIS." Memang benar, aku tidak suka membahas yang berbau soal OSIS, bukan karna aku tidak menjadi bagian dari itu, tapi karna aku lebih suka mengurus diriku sendiri dan fokus pada pelajaranku saja.

"Ya tapi kan, kau tidak bisa terus-terusan tidak peduli dengan organisasi itu Rin, sekolah ini juga terkenal karna kedisiplinannya dan itu semua karna kerjasama handal yang dibuat oleh pemeran organisasi sekolah kita." Mona berucap panjang lebar, seolah meyakinkan diriku bahwa aku secara tidak langsung sudah tidak menghargai lagi peraturan sekolah ini.

Yang barusan Mona bilang memang ada benarnya, aku salut dengan sahabatku yang satu ini meskipun dia memiliki kepribadian tangguh dan terkesan tomboy, tapi sesungguhnya dia berhati baik dan selalu mengingatkanku pada kebaikan.
Detik setelahnya, terlihat dari raut wajah Mona menunjukkan kekhawatiran dan kegelisahan, dia seperti sedang menyimpan sesuatu yang tidak ingin dia utarakan. Aku yang melihat itu penasaran dengan sikapnya dan mencoba menanyakannya.

AFTER COMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang