Maka izinkan aku menantangmu untuk yang terakhir kali.
Coba berikan aku seseorang yang sepertimu, agar aku bisa melupakan mu.
Jika itu terjadi, kuharap kau benar-benar pergi. Aku juga butuh waktu untuk berdamai dan menerima semuanya. Sehingga aku benar-benar tidak mengenalimu lagi.
Dihatiku, dan di dunia ini.Aku berharap suatu hari nanti, kita bertemu lagi dengan sosok yang berbeda dan kisah yang lebih menarik dari ini.
From: Andre
"Andre?"
Ucap Karin pelan.
"Ada apa, Rin? Surat apa itu?"
Mona yang sedari tadi hening membaca buku, dibuat penasaran dengan isi surat ini.
"Aku tidak tau apa maksud dari tulisan ini. Andre? Aku tidak pernah kenal dengan yang namanya Andre."
"Aneh. Kenapa dia mengirimkan ini padamu? Aku rasa dia salah orang.
Dan ini, lihat. Dia menuliskan sebuah note kecil :
'Mari berjumpa di taman Walkyrie
minggu pagi. Aku akan tetap
menunggumu'"Menurutmu, aku pergi tidak?"
Masih dengan wajah bingung, justru yang Karin fikirkan adalah bukan tentang siapa yang akan ditemuinya nanti, tapi dengan isi surat yang sangat menyedihkan itu. Apakah ini semacam surat putus cinta atau reinkarnasi sepasang kekasih?
"Terserah padamu, kalau penasaran temuilah."
"Kalau dia seorang penjahat,gimana?"
"Jangan khawatir, temanmu ini akan mengawasimu dari belakang."****
Minggu pagi. Di taman Walkyrie pukul 09.05 a.m"Ternyata kau sudah besar ya, Karin."
Sebaiknya aku tidak mengingat lagi kejadian itu. Yang terpenting sekarang adalah Karin sudah berada di hadapanku.
"Ss-siapa kau??"
"Baiklah, ternyata kau menerima surat dariku. Jangan takut, aku bukan penculik."
"Jadi kau pria didalam surat itu?? Kenapa kau mengirimkannya kepadaku? Aku bahkan tidak mengenalmu. Kau tau darimana alamat rumahku? Katakan!"'Bodoh. Kau tidak pernah berubah meskipun setelah kejadian itu. Kau masih Karin si banyak tanya seperti 7 tahun yang lalu.'
"Haha, yang mana akan kujawab terlebih dahulu?"
"Bukan urusanku, aku tidak mengerti kenapa kau melakukan ini padaku."
"Baiklah, kujawab. Tidak penting maksud dari surat itu dan soal darimana aku tau alamat rumahmu. Aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan disekitar sini. Lihatlah, disana ada toko ice cream. Kudengar kau penyuka rasa vanilla. Apa kau mau?"Karin's POV
"Tidak mau. Aku permisi."
Mana mungkin aku bisa percaya padanya walaupun tampangnya tidak seperti penjahat, tetap saja kami baru bertemu beberapa menit yang lalu. Huh, dasar pria aneh. Darimana dia tau semua tentangku. Sebaiknya aku pergi sekarang juga.
"Dan, 1 lagi. Jangan mencoba mencari tau tentangku."Karin bergegas menjauh dari tempat berdiri pria tadi. Dan tangannya tiba-tiba ditarik dari belakang.
"Tunggu! Dimatamu aku semenakutkan itu ya? Aku hanya ingin berteman denganmu."
Lagi, tanganku digenggam dan dia berhasil menarik dan membawaku pergi dengan tidak berdosa. Baiklah, aku ingin lihat apakah dia tulus."Berhenti! Berhenti disana. Mau kau bawa kemana Karin, brengsek? Lepaskan, atau aku teriak sekarang juga."
Astaga, aku tidak ingat kalau Mona mengawasiku dari belakang. Jelas dia terlihat khawatir karna Andre yang tiba-tiba menarikku untuk pergi bersamanya."Ah, ternyata kau juga membawa teman. Kalau begitu lebih bagus kalau rame. Perkenalkan, aku Andre murid pindahan kelas 11 IPA di SMA GAHARU."
"Aku Mona. Kau ber--"
"Ya, kita satu sekolah. Dan jangan lupa, aku senior kalian sekarang."
Benar-benar pria menyebalkan. Apa yang harus kulakukan? Kenyataan yang akan kuhadapi adalah kalau kami pasti akan bertemu setiap hari.
"Baiklah, tapi kemana kau akan pergi membawa Karin? Kau sedang tidak punya rencana jahat,kan?"
"Percayalah, aku hanya ingin berteman. Apa itu dilarang?"
"Sudah-sudah, lebih baik kita jalan dulu sambil mengobrol santai. Aku ingin tau orang seperti apa dirimu, apakah kau layak untuk menjadi teman kami atau tidak."
Bantahku. Kalau tidak begini, mungkin sampai siang Mona dan Andre akan bercekcok ria.
"Karna mungkin aku meninggalkan kesan yang buruk dipertemuan pertama, aku ingin meminta maaf dengan mentraktir ice cream dan kalian boleh memesan sebanyak yang kalian inginkan, setuju??"
"Setuju!"
Entah kenapa aku spontan mengucapkan setuju, tapi memang aku sudah lama tidak makan ice cream. Ini rezeki, jangan ditolak hehe
"Karinn, apa yang kau lakukan??"
Mona menatapku dengan tatapan was-was. Dia pasti bingung dengan sikapku sekarang.
"Tidak apa, Mon. Ikuti saja. Tidak ada salahnya, kan?"Sepanjang perjalanan, Andre dan Mona tidak mau mengalah, yang satu banyak bicara satunya lagi banyak tanya. Sekilas mengesalkan, tapi disisi lain ini pemandangan yang sangat menarik. Mungkin dengan cara ini pendekatan itu terbangun.
"Hei, kau. Pria jelek! Kau saja yang berjalan dipinggir. Tidak boleh dekat-dekat dengan Karin."
"Karin saja tidak apa-apa. Kau saja yang minggir!"
"Aku bilang, kau!"
"Tidak mau. Kau saja!"
Belum lagi pemandangan mereka berebut aku harus berjalan disamping siapa. Sungguh menggemaskan.'Wah, pria itu sangat tampan dengan kaos dan celana sport di pagi hari'
'Benar-benar pria yang sempurna'
'Seketika kantukku menghilang begitu melihatnya'
'Bagaimana kalau dia memakai ripped jeans??aku sangat ingin melihatnya'
'Beruntung sekali perempuan yang disampingnya itu'
'Aku tidak wajar pria setampan dia memiliki banyak wanita disisinya'
Ucap orang-orang disekitar kami."Lihatlah, kalian seharusnya beruntung jalan-jalan bersamaku. Apa aku setampan itu, ya?? Perkataan mereka terdengar tulus."
"Cih,percaya diri sekali. Mata mereka juling kurasa."
"Iya, kau tampan. Tapi banyak bicara dan tampanmu menghilang."
Kataku.
"Hei,ayolah. Kalau aku tiba-tiba berubah jadi pendiam kalian pasti tidak suka."
"Memang seharusnya seperti itu, kau hanya membuatku pusing."
"Akui sajalah, jangan malu-malu. Katakan saja, aku sudah terbiasa."
"Kau bahkan tidak setampan pangeranku."
"Pangeran?? Itu cuma ada didunia dongeng. Akulah yang paling tampan, hahaha"
"Diam kau, berisik sekali. Lihat pipimu yang makan ice cream jadinya."
"Ya ampun. Pipiku kenapa kau mencuri ice creamku...
kembalikan ice creamku..."
Ternyata Andre lucu juga ya, dia benar-benar dengan ucapannya kalau dia hanya ingin berteman dengan aku dan Mona.
"Dasar bodoh."
Mona yang biasanya selalu terlihat serius, akhirnya aku bisa melihatnya tertawa lagi seperti ini karna Andre.Semenjak hari itu, aku dan Mona bersepakat untuk berteman dan menjadikan Andre sebagai sahabat kami. Menurutku, kita bertiga bisa akrab dengan sikap Andre yang konyol itu. Sekarang, bertambah satu lagi orang yang aku sayangi. Ya, aku mulai menyayangi Andre sebagai seorang sahabat sama seperti aku menyayangi Mona. Walaupun Andre senior kami, tapi dia bilang sahabat itu tidak memandang usia dan pangkat. Bagiku, Andre datang sebagai pemanis antara aku dan Mona, yang selama ini Mona sudah ku anggap seperti kakakku sendiri. Bukan berarti selama ini Mona tidak pernah menghiburku, tapi karna kepribadiannya yang terkesan dingin jadi orang-orang yang belum mengenalnya menganggap dia itu cuek padahal dia adalah orang yang sangat perhatian. Dia selalu melindungiku, menjaga perasaanku dan selalu menasehatiku setiap kali aku ingin melakukan sesuatu.
Andre tiba-tiba saja merangkul kami berdua, dan dia bilang...
"Baiklah teman-teman! Kalian akan bertambah gendut jika terus berada disini. Bagaimana kalau kita coba kuliner yang ada disana. Aku akan mentraktir lagi."
"Apa kau bilang??!!"
Ucapku dan Mona serentak dibarengi jitakan keras kami yang mendarat dikepalanya.
"Akhh--- Kalian.."
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER COME
RomanceAku fikir semua orang akan menyukai madu. Tapi.. Ada apa denganku yang tidak menyukai madu? Apakah karna aku sudah lebih dari manis? Atau hanya karna menginginkan seseorang yang bisa membuat hidupku semanis madu itu? Bahkan aku berharap tidak perna...